Semua Bab Terjerat Cinta CEO Posesif: Bab 11 - Bab 20

Alisha pun akhirnya pindah dari sana. Ia meninggalkan rasa yang justru semakin tumbuh di hati Bara. Pria dingin itu setiap harinya merindukan momen saat bibir Alisha menyentuhnya di malam itu—manis, namun kini hanya menjadi kenangan.Sementara itu, Alisha kini disibukkan dengan pekerjaan paruh waktunya sebagai kasir di minimarket. Penghasilannya lumayan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi masih belum cukup untuk menutupi semuanya. Ia masih harus membayar kos dan biaya sekolah, sementara rekeningnya kini diblokir oleh ayahnya."Harus cari uang di mana lagi gue?" gumam Alisha pelan, menghitung uang yang ada di tangannya."Dunia nggak adil banget buat gue," lirihnya, menatap kosong ke masa di mana dia harus pergi dari rumah itu. Ia menyesal telah membawa Darren malam itu. Seandainya tahu semuanya akan berakhir seperti ini, Alisha tak akan pernah membiarkan lelaki itu masuk ke rumahnya.Kini, Darren bahkan bersikap seolah tak mengenalnya sama sekali. Di sekolah, menoleh pun tidak."Udahl

"Kenapa murung?" tanya salah satu teman kerja Alisha saat mereka duduk berdua di sudut ruangan tempat karaoke."Eh, nggak apa-apa, kak. Cuma lagi bingung aja. Bulan ini kebutuhan numpuk banget, sementara uang udah mepet." Alisha menghela napas, matanya menatap kosong ke cangkir kopi yang tinggal setengah."Emang nggak ada yang kasih tips atau bonus?""Ada, tapi nggak banyak. Biasanya sih cukup, tapi bulan ini kayaknya pengeluaran tiba-tiba melonjak semua."Temannya mendekat, suaranya dikecilkan."Mau duit tambahan nggak?"Alisha langsung menggeleng, ekspresinya tegang. "Eh, maaf kak, saya nggak berani yang aneh-aneh...""Eh, dengerin dulu. Ini bukan jadi PSK kayak yang lo pikirin. Cuma nemenin om-om ngobrol, temenin makan, dengerin cerita. Kalau bisa lebih, ya kamu bisa mandi uang. Tapi kalau nggak bisa, ya udah tinggal bilang aja. Mereka ngerti kok kalau lo cuma mau nemenin."Temannya menatap tajam, "Lo masih orisinil?"Alisha menunduk, pelan menjawab, "Iya, kak.""Wah, kalau gitu ha

Bara masih menyelidiki siapa yang berani memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Alisha. Ia tak bisa membiarkan pelakunya dibiarkan bebas begitu saja.Sementara Alisha masih tidak bisa memberikan informasi pasti karena dia terguncang. Ingatannya malam itu kabur dan dia tak bisa mengingat jelas semuanya. Bara menggenggam botol minuman yang di sita dari lokasi kejadian. Hidungnya mengernyit saat mencium sisa aroma tajam yang samar. “Ini bukan kerjaan iseng,” gumamnya.Ia menelusuri daftar tamu satu per satu. Siapa yang sempat dekat dengan Alisha malam itu? Siapa yang punya motif? Dan siapa yang punya akses ke minuman itu sebelum disajikan?Saat Bara membuka rekaman CCTV dari sudut ruangan, detak jantungnya bertambah cepat.“Bajingan…” gumam Bara, rahangnya mengeras menahan amarah.Ia baru saja mendapat informasi penting—nama lelaki yang terlihat bersama Alisha malam itu. Seseorang yang memang terdaftar sebagai tamu undangan, tapi gerak-geriknya malam itu terlalu mencurigakan. Terla

Langit malam itu basah oleh hujan. Udara dingin menusuk kulit. Kos Alisha tampak sunyi, hanya terdengar suara gerimis menetes di atap seng.Alisha duduk di tepi ranjang, memeluk bantal. Matanya lelah karena menunggu. Ia merasa rindu dan khawatir pada Bara karena pria itu belum kunjung memberikan kabar kepadanya. Tak lama suara langkah pelan terdengar di depan pintu, seketika Alisha bangkit berdiri dan saat ia membuka pintu, dadanya langsung terasa sesak.Bara.Berdiri di sana, dengan rambut yang basah dan menggunakan hoodie hitam di tubuhnya. “Kamu... akhirnya datang juga.”Alisha tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia melangkah maju, menabrak tubuh Bara dan langsung memeluknya erat.Bara menyambut pelukan itu, menahan tubuh Alisha dan membiarkan gadis itu menangis di dadanya tanpa berkata apa-apa, hanya mengusap pelan punggungnya, seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja."Maaf..." lirih Alisha,

Sementara itu, Christine merasa ada yang aneh dari kakaknya beberapa hari ini. Sering pulang telat, berangkat lebih pagi dari jam kantor. Bahkan kemarin, dia melihat sang kakak berdandan selayaknya orang yang sedang kencan. “Oh my god, apa Kak Bara sudah punya pacar ya? Wah, ini bisa jadi berita yang hangat. Aku mau kasih tahu Alisha besok. Kira-kira gimana ya reaksinya? Secara dia kan udah lama nggak tahu kabar Kak Bara.” Gumam Christine. Dia ikut senang jika kakaknya itu mempunyai seseorang yang spesial. Siapa tahu dengan mempunyai kekasih, sifat Bara yang super cuek bisa sedikit mencair. Begitu pikir Christine. Hari ini di sekolah, Christine dengan tidak sabar menunggu Alisha sampai ke sekolah. Dia ingin segera memberitahukan kepada Alisha perihal Bara. Christine penasaran bagaimana reaksi Alisha nantinya. Namun hingga bel masuk sekolah berbunyi, Alisha belum juga sampai ke sekolah. “Apa dia nggak masuk ya?” Christine me