Share

Bab 15

last update Huling Na-update: 2025-05-27 11:24:36

Sejak Alisha memberitahukan nomor kontak dan alamat tempat tinggalnya pada Bara, lelaki itu jadi lebih sering muncul di depan pintu rumahnya. Bahkan hampir setiap hari, Bara datang dengan alasan yang sama, membawakan sarapan untuk dia makan bersama Alisha.

Namun, pagi itu, Alisha membuka pintu dengan mata sayu dan langkah lesu. Kantuk masih menggantung di pelupuk matanya.

“Kakak nggak capek apa ke sini terus?” tanyanya pelan. “Hampir setiap hari, loh, Kakak main ke sini.”

Bara hanya tersenyum lalu menyerahkan kantong kertas berisi camilan hangat. “Kenapa? Bukannya kamu malah senang aku di sini?”

“Iya, tapi jangan pagi-pagi gini, kak. Aku masih ngantuk, emangnya kakak nggak kerja? Aku juga harus sekolah, tahu.”

“Kalau gitu, berhenti aja dari pekerjaan itu,” sahut Bara ringan.

Alisha menghela napas. “Ya nggak segampang itu, kak. Kakak minta aku berhenti kerja terus aku dapat uang dari mana kalau nggak kerja?”

“Aku bisa kasih ke kamu.”

“Gratis? Nggak mungkin.”

“Mungkin aja.”

“Aku nggak b
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 37

    "Segala yang kau injak di rumah ini, semua yang kau kenakan, makanan yang kau makan... semuanya berasal dariku," lanjut Marchel. Suaranya tenang, tapi penuh dengan tekanan yang membuat dada Andin sesak. "Jangan pernah berpikir kau bisa melawan keputusanku dan pergi begitu saja." Andin terpaku menatap Marchel, matanya memerah memendam kemarahan yang terlalu lama "Apa kau bangga bisa mengontrol hidup orang lain seperti ini?" suaranya bergetar. "Apa dengan kekuasaan itu, kau pikir bisa menggantikan kasih sayang yang Alisha butuhkan? Atau cinta yang seharusnya diberikan seorang suami?" Marchel tidak menjawab. Ia hanya menatap Andin—dingin, tajam, namun dalam diam itu ada luka yang tersembunyi rapi. "Kau kejam, Marchel," ucap Andin tiba-tiba, lirih. "Kau terlalu sibuk jadi pewaris… sampai lupa caranya jadi manusia." Marchel mendekat, menatap Andin dengan tatapan penuh luka yang diseli

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 36

    "Mending kita masuk ke kamar, yuk..." ucap Marco sambil melepaskan diri dari pelukan perempuan itu. Tubuhnya oleng, dan sebelum sempat melangkah lebih jauh, ia ambruk—tepat di pelukan Andin. Andin terpaksa menopangnya. Dengan susah payah, ia membopong tubuh Marco yang berat dan membawa lelaki itu masuk ke dalam apartemen. Perempuan tadi hanya memutar mata malas, lalu pergi begitu saja tanpa sepatah kata. Di dalam kamar, Marco terus meracau tak jelas, kata-katanya tak nyambung, nadanya penuh emosi tak terkendali. Andin tak lagi peduli. Ia hanya menidurkannya di atas ranjang dan berniat segera pergi. Hatinya sudah penuh sesak. Namun, saat hendak keluar, matanya menangkap sesuatu di dekat tempat sampah. Sebuah kertas dan bungkus tespek—agak tersembunyi, tapi masih terlihat jelas. Andin mendekat, mengambil benda itu. Tangannya bergetar saat membaca hasilnya. Positif.

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 35

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa mereka sadari, malam telah larut. Tawa dan tangis telah bercampur menjadi hangatnya percakapan antara ibu dan anak yang terlalu lama terpisah oleh keadaan. Andin melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir tengah malam. “Mama harus pulang, ya,” ucapnya pelan, nyaris berat hati. Ia mengusap rambut Alisha dengan lembut, seperti saat anak itu masih kecil. Alisha menunduk, menahan keinginannya untuk berkata “jangan pergi.” “Hati-hati di jalan, Ma,” jawabnya akhirnya, mencoba terdengar tegar meski matanya kembali memerah. Andin berdiri, lalu meraih tasnya. Sebelum membuka pintu, ia menoleh lagi. “Mama janji, Mama akan sering ke sini. Kalau kamu butuh apa pun, tinggal bilang. Dan… satu hal yang harus kamu ingat…” Ia mendekat dan menggenggam kedua tangan Alisha. “Kamu bukan anak yang tidak diinginkan. Kamu adalah bagian dari hidup Mama… yang paling berhar

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 34

    Andin resah, dia menunggu pesan dari Marco juga menunggu Marcel yang tak kunjung pulang. Apa mungkin Marcel tidak pulang malam ini? Kalau iya itu satu kesempatan untuknya menemui Alisha. Andin akhirnya memutuskan untuk menghubungi Marchel, entah apa tanggapan suaminya nanti. “Halo.” “Apa? Tumben kau meneleponku?” sahut Marchel dengan nada sinis. “Eh, nanti malam kau pulang nggak?” tanya Andin pelan. “Kenapa tanya? Mau berkeliaran lagi? Aku tak peduli, asal jangan kau bawa pulang anak itu lagi!” kata Marchel ketus, lalu langsung menutup teleponnya. Andin hanya bisa mengelus dada. Ia sudah terlalu sering menghadapi sikap dingin Marchel. “Untung dia kaya. Kalau nggak, mana mungkin dulu aku mau dijodohin sama batu kayak dia,” gumam Andin, setengah menertawakan diri sendiri. Tak lama kemudian, Andin tersadar akan sesuatu dari ucapan Marchel. “Eh,

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 33

    Kamar Andin diketuk dari luar. “Bu Andin,” suara lembut terdengar dari balik pintu. “Di luar ada teman Nona Alisha.” Andin yang sedang duduk membaca, langsung menoleh cepat. Ia meletakkan bukunya dan berdiri dengan cemas. “Teman Alisha?” gumamnya. “Ada apa?” Tanpa menunggu lebih lama, Andin segera berjalan keluar dan menuju ruang depan. Di sana, ia melihat seorang pemuda berdiri kikuk di ambang pintu. “Kamu... teman Alisha?” tanyanya sambil mendekat, sorot matanya tajam tapi juga penuh harap. “Iya, Tante...” jawab Bara pelan, menundukkan kepala sebagai tanda hormat. “Saya mamanya,” kata Andin, lalu menjabat tangan Bara hangat. “Di mana Alisha? Apa kamu datang bersamanya?” Bara menggeleng cepat. “Enggak, Tante. Alisha nggak ikut. Saya cuma ingin ngobrol… soal dia.” Mata Andin menyorot curiga, tapi ia mengangguk. “Oh, ya sudah. Ayo masuk dulu,” katanya sambil mempersilakan Bara duduk di ruang tamu. Setelah mereka duduk, Andin menatap Bara dalam-dalam. “Kenapa dengan A

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 32

    Sekarang… ia harus bagaimana?Yang ia lakukan hanya untuk melindungi dirinya sendiri dari harapan yang mungkin akan menghancurkan nya.Tapi kini, saat Bara benar-benar pergi, ia mulai bertanya… apakah ia terlalu sibuk menjaga diri, sampai lupa menjaga cinta yang telah di tunjukkan oleh Bara?Meski begitu, Alisha tetap melanjutkan pekerjaannya dan membuang perasaan bersalahnya pada Bara.Ia duduk di tepi ranjang kamarnya, menatap cermin di hadapannya, "Enggak," gumamnya pelan menatap refleksi dirinya di cermin. "Gue harus kuat. Bara cuma pacar, bukan suami. Jadi nggak semua omongannya harus gue turutin."Alisha mengingat kembali nada keras Bara saat menyuruhnya berhenti dari pekerjaannya. Katanya, pekerjaan sebagai pemandu lagu terlalu berbahaya. Tapi bagi Alisha, ini adalah cara bertahan hidup dan terus bisa membiayai sekolah sampai kedua orang tuanya kembali menemuinya. "Kalau gue turutin terus, dan ujung-ujungnya kita put

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status