Namun, aku segera menghela napas panjang, memejamkan mata perlahan, mencoba menahan gejolak di dada. Aku harus pintar menghadapi perempuan seperti dia. Bukan dengan kemarahan aku bisa membuatnya kalah, tapi dengan ketenangan. Genggaman tanganku yang semula mengepal erat mulai melonggar perlahan. Aku menatap suamiku. Ia hanya diam, menatapku penuh kekhawatiran, bahkan kepalanya ikut menggeleng pelan. Pandangan mataku lalu beralih kepada Hana. Perempuan cempreng itu menatapku dengan angkuh, seolah dia sudah menang. Hmph, jangan harap! “Ya, wajar saja dia mengingkari janjinya. Soalnya, perempuannya seperti kamu—cempreng, banyak gaya, sombong, angkuh. Atau...” Aku berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada lebih pelan, “...mungkin ada alasan lain yang lebih menyakitkan hingga akhirnya membuat suamiku batal menikahimu.” Ucapanku tenang tapi tajam, membuat matanya membulat kaget. Bibirnya terkatup rapat, bergetar menahan amarah. Sementara itu, aku hanya tersenyum centil, men
Last Updated : 2025-06-11 Read more