Home / Thriller / Samaran Terakhir / JEJAK DALAM BAYANGAN

Share

JEJAK DALAM BAYANGAN

Author: InkRealm
last update Last Updated: 2025-05-07 23:23:46

LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - KORIDOR YANG BERUBAH

STATUS WAKTU: Tidak Terukur

Adrian berdiri di tengah lantai kaca yang kini mulai merekah, serpihan-serpihan kaca berputar di sekelilingnya, seperti serpihan mimpi yang pecah. Elena telah menghilang ke dalam kegelapan, dan seolah untuk menambah rasa teror, dinding-dinding di sekelilingnya mulai menutup, merapat, dan berputar, menciptakan koridor baru yang tidak pernah ada sebelumnya.

"Elena!" Adrian berteriak lagi, namun hanya gema suaranya yang menjawab, terpantul dari setiap permukaan kaca yang kini berubah menjadi cermin, memantulkan wajahnya dari berbagai sudut. Tapi sesuatu terasa salah bayangannya di cermin itu tidak bergerak seperti dirinya. Mereka berdiri diam, menatapnya dengan mata kosong, senyum tipis yang mengerikan terukir di bibir mereka.

"Ini... jebakan lain," gumamnya, mencoba mengendalikan napasnya yang memburu. Ia tahu, di tempat seperti ini, rasa takut adalah musuh yang paling berbahaya.

Ia melangkah mundur, namun bayan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Samaran Terakhir   WAKTU YANG TERHILANG

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - AULA WAKTU TERHENTISTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian melangkah semakin dalam ke lorong tanpa bayangan, merasakan setiap detik seolah membekukan darahnya. Udara di sekitarnya mulai berubah, lebih berat, lebih pekat, seolah menghirup napas dari sesuatu yang hampir mati namun masih bernafas dengan susah payah. Ketika akhirnya ia mencapai ujung lorong, ruangan besar terbuka di hadapannya.Ia berdiri di tengah aula megah yang penuh dengan jam-jam antik, masing-masing berdenting pelan, namun jarumnya tidak bergerak. Lantai marmer di bawahnya retak, memantulkan bayangan-bayangannya sendiri dalam pola yang aneh. Di atasnya, sebuah jam raksasa tergantung, jarumnya terhenti pada angka 11:59, seolah waktu di tempat ini tak pernah mencapai tengah malam."Apa ini...?" bisiknya, mendekati salah satu jam di sisi dinding. Ia memperhatikan dengan saksama, melihat bahwa kaca jam itu bergetar pelan, seakan mencoba berbicara padanya.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar da

    Last Updated : 2025-05-07
  • Samaran Terakhir   JEJAK TANPA NAMA

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - LABIRIN MEMORISTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian melangkah ke dalam lorong yang baru saja terbuka, napasnya masih berat, tubuhnya terasa semakin dingin. Lorong ini berbeda dari yang lain. Dinding-dindingnya terbuat dari batu kasar, berlumut, dan berdenyut pelan seolah memiliki nadi sendiri. Cahaya redup dari lentera yang tergantung di sepanjang lorong itu berkelap-kelip, seolah menyadari kehadirannya."Dimensi ini... semakin aneh," gumamnya, mencoba tetap fokus meski pikirannya mulai dihantui oleh bayangan gadis yang baru saja ia temui. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia begitu mengenal tempat ini?Setiap langkah yang Adrian ambil menggema, seakan dinding-dinding labirin ini berbisik satu sama lain, menceritakan kisah yang tak pernah berakhir. Ia berhenti di sebuah persimpangan, tiga jalan bercabang di hadapannya, masing-masing menuju ke kegelapan yang sama pekatnya.Di dinding di depannya, ukiran samar muncul, berkilau dalam cahaya lentera:"HANYA YANG TIDA

    Last Updated : 2025-05-07
  • Samaran Terakhir   BAYANGAN MASA LALU

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - RUANG MEMORI TERLUPAKANSTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhnya tergeletak di atas lantai batu yang dingin. Lorong yang penuh dengan bayangan kini hilang, digantikan oleh ruang besar dengan dinding berlapis cermin retak, masing-masing memantulkan bayangannya dalam bentuk yang terdistorsi.Ia mencoba mengingat bagaimana ia sampai di tempat ini, tapi pikirannya terasa kabur, seolah ingatan-ingatan itu terhapus seiring dengan langkahnya yang semakin dalam ke dalam dimensi ini."Di mana aku..." gumamnya, meraba pelipisnya yang terasa nyeri. Di sekelilingnya, cermin-cermin itu berderak pelan, suara retakannya seperti bisikan yang tak henti-hentinya mengganggu pikirannya.Di salah satu cermin, bayangannya muncul, namun kali ini berbeda. Bukan hanya sosoknya yang terlihat, tetapi juga kenangan yang lama terkubur dalam pikirannya. Ia melihat dirinya yang lebih muda, berlari di tengah hutan, berteriak ketakutan, dengan mata

    Last Updated : 2025-05-07
  • Samaran Terakhir   Bayangan dalam Kegelapan

    Milan, Italia – Malam HariHujan turun dengan deras, membasahi jalanan kota Milan yang masih dipenuhi kerlap-kerlip lampu. Gang-gang sempit di pusat kota berbau aspal basah, asap rokok, dan aroma samar kopi dari kafe-kafe yang masih buka. Di salah satu sudut gelap, seorang pria berdiri tenang, mengamati jalan dari bawah tudung mantel hitamnya. Rokok terselip di antara jarinya yang kokoh, sesekali diangkat ke bibirnya sebelum bara merahnya berpendar di kegelapan. Ia tak sekadar berdiri di sana. Ia mengamati. Adrian Morello dikenal dengan julukan Phantom bukan kriminal biasa. Ia seperti bayangan, selalu satu langkah lebih maju dari hukum. Setiap kejahatan yang ia rancang dilakukan dengan presisi tinggi: tanpa saksi, tanpa bukti, dan tanpa identitas yang bisa dikenali. Polisi di seluruh Eropa menghabiskan bertahun-tahun memburunya, tetapi yang mereka dapat hanyalah teka-teki tanpa jawaban. Namun, malam ini ada yang berbeda. Adrian bisa merasakan atmosfer yang tak biasa. Ia tela

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   Permainan yang Dimulai

    Udara dingin Bellagio terasa lebih menusuk pagi ini. Kabut tipis menggantung di atas Danau Como, menciptakan suasana yang seolah membekukan waktu. Kota kecil ini sunyi, hanya terdengar suara ombak kecil yang memecah kesunyian. Di sebuah kafe kecil di pusat kota, Daniel Ferrara atau lebih tepatnya Adrian Morello duduk dengan tenang, menyesap kopi hitamnya. Ia sudah berada di kota ini selama hampir dua minggu, dan sejauh ini, penyamarannya berjalan sempurna. Sampai tadi malam. Tatapan mata Elena Rinaldi masih terbayang di benaknya. Adrian tak tahu apakah itu hanya kebetulan atau insting tajam wanita itu mulai bekerja. Namun, ia tak akan mengambil risiko. Jika Elena ada di sini, itu berarti ia harus lebih berhati-hati. Namun, apa yang membuatnya tetap duduk di sini, bukannya segera menghilang? Ia tahu jawabannya. Karena, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia ingin mengambil risiko. Elena menatap pria di seberang ruangan dengan penuh selidik. Ada sesuatu tentangnya yang

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   Jejak yang Terlupakan

    Malam di Bellagio begitu sunyi. Kota kecil ini tertidur lebih awal dibanding Milan, membuat jalanan terasa seperti dunia lain yang sepi, hanya diterangi lampu-lampu kuning temaram. Di dalam apartemennya, Elena menatap papan di dinding tempat ia mencatat berbagai informasi yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun tentang Adrian Morello. Kini, ia menambahkan satu nama baru: Daniel Ferrara. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang tidak biasa tentang pria itu. Namun, ia tahu bahwa tanpa bukti, hanya mengandalkan firasat bisa berbahaya. Ia memutuskan untuk berpikir seperti seorang pemburu. Apa yang harus ia lakukan jika Adrian benar-benar ada di sini? 1. Cari bukti keberadaannya sebelum Bellagio. Jika ia adalah seseorang yang menyamar, pasti ada celah di identitasnya. 2. Perhatikan kebiasaannya. Seorang penulis misteri seharusnya memiliki pola tertentu, tetapi Daniel terasa terlalu misterius untuk seorang penulis biasa. 3. Pancing dia keluar dari zona nyamannya. Jika dia bena

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   Langkah di Antara Bayangan

    Bellagio yang biasanya damai kini terasa berbeda. Perampokan toko perhiasan dua hari lalu masih menjadi perbincangan. Namun, yang lebih mengkhawatirkan bagi Elena bukanlah perampokan itu sendiri melainkan simbol Phantom yang ditinggalkan di TKP. Simbol itu bukan sembarang tanda. Itu adalah pesan. Tapi untuk siapa? Elena berdiri di depan papan investigasinya, menatap dua nama yang kini menjadi pusat dugaannya: Adrian Morello dan Daniel Ferrara. Jika Adrian benar-benar ada di Bellagio, mengapa ia meninggalkan jejak yang begitu mencolok? Dan jika bukan dia, lalu siapa? Ia harus mencari tahu. Dan untuk itu, ia perlu menguji seseorang. Malam itu, Adrian duduk di balkon rumahnya, menyesap anggur merah sambil memikirkan langkah berikutnya. Ia tahu Elena semakin curiga. Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah fakta bahwa seseorang telah menggunakan tanda Phantom. Siapa pun itu, mereka ingin menarik perhatiannya. Dan Adrian tidak suka dipancing keluar dari bayangannya.

    Last Updated : 2025-03-24
  • Samaran Terakhir   Bayangan di Balik Kebenaran 

    Elena duduk di kantornya, menatap laporan sidik jari yang masih terbuka di laptopnya. Marco Santoro. Lima tahun lalu, dunia kriminal percaya bahwa pria ini telah mati dalam sebuah penyergapan besar di Roma. Tapi kini, sidik jarinya muncul di tempat perampokan di Bellagio. Ini tidak masuk akal. Jika Santoro masih hidup, maka ada dua kemungkinan: 1. Adrian Morello tahu dan merahasiakannya. 2. Ada pihak lain yang mencoba menggunakan nama Phantom untuk sesuatu yang lebih besar. Elena menarik napas dalam. Jika Adrian benar-benar Phantom, maka ia pasti memiliki jawaban atas ini. Dan hanya ada satu cara untuk mengetahuinya yaitu membuatnya berbicara. Malam itu, Elena menunggu Adrian di tepi Danau Como, di tempat mereka biasa bertemu. Ketika pria itu akhirnya datang, ia memperhatikan sesuatu yang berbeda. Ada ketegangan di wajahnya, seolah pikirannya terbebani sesuatu yang besar. Elena memutuskan untuk langsung ke intinya. "Kau dengar tentang sidik jari yang ditemuk

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN MASA LALU

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - RUANG MEMORI TERLUPAKANSTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhnya tergeletak di atas lantai batu yang dingin. Lorong yang penuh dengan bayangan kini hilang, digantikan oleh ruang besar dengan dinding berlapis cermin retak, masing-masing memantulkan bayangannya dalam bentuk yang terdistorsi.Ia mencoba mengingat bagaimana ia sampai di tempat ini, tapi pikirannya terasa kabur, seolah ingatan-ingatan itu terhapus seiring dengan langkahnya yang semakin dalam ke dalam dimensi ini."Di mana aku..." gumamnya, meraba pelipisnya yang terasa nyeri. Di sekelilingnya, cermin-cermin itu berderak pelan, suara retakannya seperti bisikan yang tak henti-hentinya mengganggu pikirannya.Di salah satu cermin, bayangannya muncul, namun kali ini berbeda. Bukan hanya sosoknya yang terlihat, tetapi juga kenangan yang lama terkubur dalam pikirannya. Ia melihat dirinya yang lebih muda, berlari di tengah hutan, berteriak ketakutan, dengan mata

  • Samaran Terakhir   JEJAK TANPA NAMA

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - LABIRIN MEMORISTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian melangkah ke dalam lorong yang baru saja terbuka, napasnya masih berat, tubuhnya terasa semakin dingin. Lorong ini berbeda dari yang lain. Dinding-dindingnya terbuat dari batu kasar, berlumut, dan berdenyut pelan seolah memiliki nadi sendiri. Cahaya redup dari lentera yang tergantung di sepanjang lorong itu berkelap-kelip, seolah menyadari kehadirannya."Dimensi ini... semakin aneh," gumamnya, mencoba tetap fokus meski pikirannya mulai dihantui oleh bayangan gadis yang baru saja ia temui. Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia begitu mengenal tempat ini?Setiap langkah yang Adrian ambil menggema, seakan dinding-dinding labirin ini berbisik satu sama lain, menceritakan kisah yang tak pernah berakhir. Ia berhenti di sebuah persimpangan, tiga jalan bercabang di hadapannya, masing-masing menuju ke kegelapan yang sama pekatnya.Di dinding di depannya, ukiran samar muncul, berkilau dalam cahaya lentera:"HANYA YANG TIDA

  • Samaran Terakhir   WAKTU YANG TERHILANG

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - AULA WAKTU TERHENTISTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian melangkah semakin dalam ke lorong tanpa bayangan, merasakan setiap detik seolah membekukan darahnya. Udara di sekitarnya mulai berubah, lebih berat, lebih pekat, seolah menghirup napas dari sesuatu yang hampir mati namun masih bernafas dengan susah payah. Ketika akhirnya ia mencapai ujung lorong, ruangan besar terbuka di hadapannya.Ia berdiri di tengah aula megah yang penuh dengan jam-jam antik, masing-masing berdenting pelan, namun jarumnya tidak bergerak. Lantai marmer di bawahnya retak, memantulkan bayangan-bayangannya sendiri dalam pola yang aneh. Di atasnya, sebuah jam raksasa tergantung, jarumnya terhenti pada angka 11:59, seolah waktu di tempat ini tak pernah mencapai tengah malam."Apa ini...?" bisiknya, mendekati salah satu jam di sisi dinding. Ia memperhatikan dengan saksama, melihat bahwa kaca jam itu bergetar pelan, seakan mencoba berbicara padanya.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar da

  • Samaran Terakhir   JEJAK DALAM BAYANGAN

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - KORIDOR YANG BERUBAHSTATUS WAKTU: Tidak TerukurAdrian berdiri di tengah lantai kaca yang kini mulai merekah, serpihan-serpihan kaca berputar di sekelilingnya, seperti serpihan mimpi yang pecah. Elena telah menghilang ke dalam kegelapan, dan seolah untuk menambah rasa teror, dinding-dinding di sekelilingnya mulai menutup, merapat, dan berputar, menciptakan koridor baru yang tidak pernah ada sebelumnya."Elena!" Adrian berteriak lagi, namun hanya gema suaranya yang menjawab, terpantul dari setiap permukaan kaca yang kini berubah menjadi cermin, memantulkan wajahnya dari berbagai sudut. Tapi sesuatu terasa salah bayangannya di cermin itu tidak bergerak seperti dirinya. Mereka berdiri diam, menatapnya dengan mata kosong, senyum tipis yang mengerikan terukir di bibir mereka."Ini... jebakan lain," gumamnya, mencoba mengendalikan napasnya yang memburu. Ia tahu, di tempat seperti ini, rasa takut adalah musuh yang paling berbahaya.Ia melangkah mundur, namun bayan

  • Samaran Terakhir   SIMBOL-SIMBOL TERSEMBUNYI

    LOKASI: DIMENSI BAYANGAN - RUANGAN TAK BERTANGGASTATUS WAKTU: Tidak TerukurSaat tubuh mereka menghantam lantai keras, Elena dan Adrian terlempar ke dalam ruangan baru yang lebih aneh dari sebelumnya. Lantainya terbuat dari kaca hitam berkilau, seolah setiap langkah mereka bisa memecahkan permukaan dan menjatuhkan mereka ke dalam kehampaan di bawahnya. Dinding-dinding di sekeliling mereka bergerak perlahan, memutar, menciptakan pola-pola yang berubah setiap beberapa detik, seolah-olah ruangan itu sendiri sedang berpikir.Adrian bangkit dengan susah payah, menggenggam lengannya yang terasa nyeri. Elena di sampingnya terbatuk pelan, mencoba menstabilkan napasnya. Udara di ruangan ini lebih dingin, berbau logam dan sesuatu yang membusuk."Di mana kita sekarang?" Elena bergumam, matanya berkeliling, mencoba memahami lingkungan baru ini. "Apa ini semacam... ilusi lagi?"Adrian menatap lantai kaca di bawah kakinya. Di bawahnya, dia melihat bayangan-bayangan bergerak, sosok-sosok yang tampa

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN DI BALIK KABUT

    LOKASI: DI DALAM GEDUNG TUA - LORONG TAK BERUJUNGSTATUS WAKTU: Tak TerukurLangkah mereka bergema di lorong yang terasa semakin menyempit. Dinding-dinding bata di sekeliling mereka berdetak pelan, seakan jantung dari makhluk hidup raksasa yang terbangun dari tidur panjangnya. Setiap langkah adalah perjudian, seolah lantai kayu tua di bawah kaki mereka bisa runtuh kapan saja, menelan mereka ke dalam kegelapan tanpa akhir."Adrian... perhatikan ini," bisik Elena, menunjuk ke dinding di sebelahnya. Pada bata yang berlumut itu, terukir simbol-simbol kuno yang terus berdenyut dengan cahaya merah samar, seolah tinta dari darah segar. Bentuknya seperti mata yang mengintip, terus mengikuti setiap gerakan mereka. "Ini bukan hanya labirin biasa. Ini lebih seperti... jebakan yang hidup."Adrian memperhatikan simbol itu dengan alis berkerut. Ia mendekat, jari-jarinya hampir menyentuh permukaan dingin batu itu ketika tiba-tiba simbol tersebut bergetar, seakan merespons kehadiran mereka. Dalam sek

  • Samaran Terakhir   DI DALAM GEDUNG TUA

    LOKASI: DI DALAM GEDUNG TUASTATUS WAKTU: Tak TerukurGelapnya tempat mereka dalam sekejap. Ruangan tempat mereka berdiri menjadi kosong dalam sekejap mata, lalu dikelilingi kabut hitam pekat yang seolah hidup, bergerak perlahan, seakan bernapas di sekitar mereka. Suara bisikan itu masih menggema, semakin dalam, semakin mengikat setiap percakapan, setiap gerakan mereka. Aroma lembab dan besi tua memenuhi udara, membuat setiap tarikan napas terasa berat.Elena dan Adrian saling mengacungkan senjata mereka, berusaha mencari arah di dalam kekelaman yang menyelubungi. Setiap langkah yang mereka ambil terasa seperti melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, seolah-olah mereka terjebak di dalam labirin narasi yang tak berujung. Dinding-dinding bata di sekitar mereka tampak bergerak, berdenyut seperti daging hidup, seolah bangunan ini sendiri adalah makhluk hidup yang mempermainkan mereka."Ini tidak nyata," bisik Elena, meski dia sendiri tahu kata-kata itu tidak akan mengubah apa pun. Suaran

  • Samaran Terakhir   LABIRIN NARASI

    LOKASI: DI DALAM GEDUNG TUASTATUS WAKTU: Tak TerukurGelap menyelimuti mereka dalam sekejap. Ruangan tempat mereka berdiri menjadi kosong dalam sekejap mata, lalu diselimuti oleh kabut hitam pekat. Suara bisikan itu masih bergema, semakin dalam, semakin mengikat setiap percakapan, setiap gerakan mereka.Elena dan Adrian saling menggenggam senjata mereka, berusaha mencari arah di dalam kekelaman yang menyelubungi. Setiap langkah yang mereka ambil terasa seperti melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, seakan mereka terjebak di dalam labirin narasi yang tak berujung."Ini tidak nyata," bisik Elena, meski ia sendiri tahu kata-kata itu tidak akan mengubah apa pun."Apakah kita benar-benar masih berada di dunia yang sama?" tanya Adrian, suaranya penuh kebingungan. "Kenapa semuanya terasa... seperti cerita yang hidup?"Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar di belakang mereka. Mereka berdua berbalik, siap, namun tidak ada siapa pun di sana hanya dinding kosong dan lorong yang terbentang

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN DARI MASA LALU

    Belum sempat mereka memahami situasi, ponsel Elena kembali berdering. Nama yang muncul di layar membuat darahnya berdesir."Detektif Elena, ini Kapten Ramos. Ada kasus pembunuhan aneh di gedung tua di pusat kota. Kamu harus segera ke sana. Ini... bukan kasus biasa."Elena menelan ludah. "Baik, Kapten. Dalam perjalanan."Ia menutup telepon, menatap Adrian. "Kau ikut denganku. Ini bisa saja berkaitan dengan semua ini."Adrian mengangguk, tatapannya tajam, penuh ketegangan. "Kita selesaikan ini."Tanpa banyak bicara lagi, mereka melangkah ke arah mobil patroli yang diparkir di sudut jalan, siap menghadapi apa pun yang menanti mereka di gedung tua itu. Tapi langkah mereka terhenti saat melihat seseorang menatap mereka dari kejauhan seorang pria dengan jas hitam dan topi fedora, yang menghilang begitu mereka mencoba mendekat.Mereka saling pandang. Sepertinya, bayangan dari masa lalu Adrian... baru saja muncul kembali.GEDUNG TUA DI UJUNG KOTASirene mobil patroli memecah kesunyian malam s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status