All Chapters of Pemuas Nafsu Liar Majikanku: Chapter 221 - Chapter 230

Arya memeluk Aiden dengan erat, mana mungkin dia tega meninggalkan Papa yang selama ini memberinya kehidupan. Jika bukan karena Aiden pasti dirinya kini jadi gelandangan. “Mana mungkin Pa, bagi Arya Papa adalah papa Arya.” Ujar pria itu dengan mata berkaca. Meskipun Aiden kejam di luar tapi di keluarganya Aiden begitu hangat terkadang ucapannya menyakitkan tapi pasti benar. Dibanding dengan papa Yesa yang mungkin adalah Papa kandungnya cinta serta kasih Arya tetaplah milik Aiden. Tak ingin menyakiti Aiden, Arya memutuskan untuk mengubur masalah ini. Masa bodoh dengan Papa kandungnya karena bagi Arya Aiden sudah cukup. “Yesa aku mohon jangan ungkit masalah ini lagi, meski Papa kamu mungkin Papa kandungku juga tapi bagiku sekarang Aiden adalah Papaku.” Pinta Arya sembari menatap Yesa lekat. “Baiklah tapi bolehkan aku memanggilmu Kakak.” Pinta Yesa. Meski hanya Kakak tiri namun Yesa berharap Arya mau menganggapnya sebagai adik. “Boleh,” sahut Arya. Yesa kemudian memeluk Arya de

“Sayang sudah dong marahnya,” pinta Arya ketika Melati menggendong Arcelo. “Aku nggak marah,” sahut Melati tanpa menatap suaminya. “Kalau nggak marah senyum dong,” goda Arya. Melati yang kesel kini mengalihkan pandangannya menatap Arya dengan tajam. “Kalau kamu terus mengoceh lebih baik pergi sana! urusi saja wanita itu jangan mengurusi anakmu.” Makinya dengan dada yang bergejolak. Arya menatap Melati dengan sendu, “Kamu telah salah paham Sayang, Yesa itu bukan wanita lain melainkan…” Belum sempat melanjutkan kata-katanya Melati sudah menyahut. “Melainkan apa? kekasih?” ujarnya Ketus. “Sayang kamu kenapa tega menuduhku seperti itu? Yesa adalah adikku.” Ungkap Arya. Melati tertawa pikirannya yang sedikit lelah dan sakit hatinya membuatnya tak percaya dengan apa yang dikatakan suaminya. Menurutnya, setiap pria memiliki cara sendiri-sendiri untuk menutupi simpanannya.Ada yang mengganti kontak ponsel dengan nama yang tidak mudah dicurigai, ada yang memasukkan simpanannya ke dala

“Anak Grey dan Melati lucu ya sayang.” Arya basa-basi menatap istrinya yang kini berbaring membelakanginya. “Anak kita juga lucu,” sahut Melati. Tangan Arya melingkar di perut Melati sambil mengendus jenjang leher sang istri. “Sudah dong jangan marah terus, ini sudah semingguan lebih kamu masih saja ketus padaku,” protes Arya yang sudah tidak tahan dengan sikap istrinya. “Aku masih kesel sama kamu,” Dia berusaha melepas tangan Arya. Pria itu tersenyum licik kemudian mengungkung tubuh istrinya, “Kalau begitu aku akan memberimu kenikmatan supaya kamu tidak kesal lagi.” Melati berusaha meronta karena dia enggan melayani Arya, lagipula perutnya masih sedikit ngilu. “Ayolah sayang, aku sudah lama sekali tidak tuneup.” Seloroh Arya sambil memohon kepada istrinya. Melati menghela nafas, dia yang telah mendapatkan pencerahan dari Alea dan Aira mencoba untuk berdamai dengan diri sendiri toh Yesa juga adik dari Arya yang artinya.adik tirinya juga, masalah kemarin biarlah yang penting ke

“Bukankah Papa juga begitu, Kak Arya datang mendonorkan darah demi keselamatan papa tapi papa malah menyuruhnya pergi,” ungkap Yesa tanpa menatap Papanya. Wanita itu sudah kecewa dengan sikap sang papa, selama ini dia sudah bertahan. Berdampingan dengan rasa sakit, berdampingan dengan perihnya diabaikan tapi kali ini dia tak bisa lagi jika Papanya terus seperti ini dia akan pergi. “Papa tahu tapi hati Papa masih terasa sakit jika mengingat anak itu,” cicitnya pelan. Yesa menghela nafas menatap papanya dengan kesal. “Sampai kapan papa terus begini, berdamailah dengan diri sendiri, terimalah takdir. Bukankah meninggalkannya adalah pilihan papa sendiri tapi kenapa kini seolah menjadi orang yang paling tersakiti.” Wanita itu meluapkan kekesalannya. Itulah yang sangat sulit papanya lakukan, hidupnya telah dipermainkan oleh takdir, kenapa dulu dia tidak mati saja daripada diselamatkan dengan cara yang seperti ini. “Andaikan Papa bisa memilih papa lebih baik meregang nyawa waktu itu da

“Kalian tahu nggak Papa kalian benar-benar menggelikan tadi.” Alea tertawa keras jika ingat apa yang dilakukan Arsen dan Arcelo di kantor. Aiden melirik adiknya, dia sungguh kesal sekali karena dari tadi terus saja diledek sang adik. “Sudahlah sayang,” ujarnya. Arya dan Grey juga tertawa, CEO yang terkenal dingin dan arogan datang ke kantor membawa cucunya.“Ruangan Papa kamu seperti kapal pecah Grey, Arya.” Sambungnya. “Direkam nggak tante.” Arya semakin tertawa. “Jelas dong nanti Tante Kirim ke grup,” sahut Alea yang juga tertawa. Perutnya terasa kaku karena sedari tadi terus saja tertawa. Adrian dan Aiden saling pandang melihat para istri yang terus membully, mereka juga tak tinggal diam. “Biarkan saja mereka membully kita nanti setelah jam sembilan kita buat mereka ampun-ampun di kamar,” bisik Aiden. “Betul kakak ipar aku sudah tidak sabar untuk mengerjai istriku,” sahut Adrian. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, waktunya mereka pergi ke kamar masing-masing.