Entah terbawa suasana atau apa, keberanian datang padaku.Memandang lekat wajah Rigen, aku mendekat perlahan, jantungku berdetak cepat di dada. Dalam cahaya remang malam, wajah Rigen tampak lebih lembut dari biasanya—bias kebisuan malam membuatnya nyaris tampak seperti pria biasa, bukan sosok dominan yang selama ini aku kenal.Lalu aku berjinjit dan mencium bibirnya.Awalnya lembut, ragu-ragu, tapi keberanian itu tumbuh cepat. Bibirku menyentuh bibirnya dalam ciuman yang lebih dalam, lebih jujur, lebih ingin. Aku menyusuri rasa yang selama ini hanya jadi imajinasi dalam benakku, dan saat jemariku naik menyentuh rahangnya, tubuhnya menegang pelan.Namun, dia tidak menolak.Justru sebaliknya—dia membalas, dengan ketenangan yang membuatku nyaris kehilangan keseimbangan. Ciumannya balik mencengkeram, mendominasi, membuatku merasa kecil tapi diinginkan dalam waktu yang sama.Tangannya naik ke pinggangku, menahanku agar tidak mundur. Napas kami menyatu dalam kehangatan samar yang mengis
Last Updated : 2025-05-10 Read more