Share

37. Provokasi Megan

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-05-09 19:50:39

“Apa yang kamu lakukan di sini, Megan?”

Suaraku keluar lebih tajam dari yang kuharapkan. Mataku langsung terkunci ke arah tangannya yang menggenggam tangan Drake.

Megan tersenyum miring.

“Langsung ke intinya, ya? Aku suka itu.”

Dia menoleh ke Drake dan menggenggam tangannya lebih erat, seolah ingin memastikan aku melihatnya jelas-jelas.

“Lihat ,Riel. Aku dan Drake… kami bersama sekarang,” katanya santai, tapi nada puas di suaranya menusuk telingaku.

Aku menatap mereka berdua. Hening sejenak.

Drake hanya menatapku balik, tanpa ekspresi, seolah ini semua bukan masalah besar.

Dia tersenyum sinis, seakan mengejekku.

“Sejak ... kapan?” tanyaku pelan, menahan suara agar tak bergetar.

“Sudah cukup lama,” jawab Megan cepat. "Ya, kan, Sayang?"

Megan memanggil Drake sambil menatap ke arahnya, seakan memamerkan kemesraan.

“Mungkin sejak kamu mulai sibuk dengan... rumah tanggamu yang menyedihkan itu," ejeknya dengan ekspresi puas.

Megan hanya tahu aku menikahi pria ko
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   42. Menguping!

    Setelah kejadian itu, hari-hari berlalu dalam ketenangan yang aneh. Rigen tidak banyak bicara padaku, seolah kejadian malam itu hanyalah angin lalu baginya. Aku juga tidak berusaha mencari jawaban lagi. Aku sudah cukup terluka dengan kata-katanya. Namun, di sela-sela kesunyian ini, aku mulai memperhatikan sesuatu. Pembicaraan yang kerap terjadi antara Rigen dan Jovian. Bisikan-bisikan yang samar, pertemuan yang berlangsung larut malam, serta ekspresi tegang yang jarang sekali kutemui di wajah Rigen. Sampai akhirnya, suatu hari saat aku melewati ruang kerja, aku mendengar sesuatu yang membuat langkahku terhenti. "Jadi kita sudah menemukan siapa dalangnya?" suara Rigen terdengar dingin, penuh perhitungan. "Ya," jawab Jovian dengan nada tegas. "Semuanya sudah jelas. Kecelakaan itu bukan kebetulan. Seseorang ingin memastikan Anda tidak akan bangun lagi dari koma." Aku menahan napas. Kecelakaan? Koma? Aku memang pernah mendengar Rigen mengalami kecelakaan sebelu

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   41. Kabar Mengejutkan

    Malam kemarin, seharusnya menjadi awal sesuatu yang baru. Namun, seperti yang sudah kuduga, keesokan harinya, Rigen kembali menjadi dirinya yang biasa. Dingin. Tak tersentuh. Seolah kejadian semalam tak pernah terjadi."Haaa, aku benar-benar lelah dengan sikap suamiku yang berubah-ubah. Tapi... mau bagaimana lagi? Dia tampan, sangat kaya, dan permainan ranjangnya luar biasa. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja.... "Aku mengeluh dalam hati sembari menghela napas panjang. Rigen benar-benar seperti binatang buas, yang moodnya berubah-ubah bagaikan rollercoaster. Aku bahkan tak terkejut lagi saat Rigen tidak menatapku saat sarapan. Bukannya kesal, aku malah merasa ingin menggoda pria itu, mengeluarkan sisi lain darinya seperti semalam. 'Huuh, lihat saja nanti, Rigen. Semakin kamu seperti ini, aku akan membuat kamu semakin tidak bisa lepas dari aku,' gumamku dalam hati dengan mata menyala-nyala, memandang Rigen yang tampak begitu mulia dengan ponsel di tangan dan kopi di d

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   40. Kamu Hanya Milikku

    "Meski kamu mungkin akan menjadi kelemahanku, anehnya aku tidak begitu membencinya, Riel." Rigen berkata seperti itu, memandangku dengan tatapan menggoda dan senyuman yang membuat hatiku tak bisa untuk tidak meleleh. "Aku senang mendengarnya, Rigen," jawabku dengan hati berdebar. Rigen tersenyum, mencium ujung hidungku dan berkata. "Jadi malam ini, benar-benar sepenuhnya milikku, ya? Aku akan menghapus semua bayangan lelaki yang pernah ada di kehidupan kamu sebelum ini, Riel. Kamu cukup harus hanya ingat aku." Aku tak menjawab sepatah kata pun tapi mengalungkan lenganku di leher Rigen yang tegas dan mencium bibir pria itu lebih dulu. Itu menandakan persetujuan. Dan sesaat kemudian, Rigen yang tertawa dengan tingkahku, melayangkan ciuman balasan sehingga beberapa saat kemudian, lidah kami benar-benar terjalin. Sejak kami mulai berciuman, tidak ada yang ragu-ragu. Rigen menanggalkan dress yang aku kenakan dengan mudah dan mencengkeram dadaku seakan sudah merindukan momen

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   39. Mencium Rigen

    Entah terbawa suasana atau apa, keberanian datang padaku.Memandang lekat wajah Rigen, aku mendekat perlahan, jantungku berdetak cepat di dada. Dalam cahaya remang malam, wajah Rigen tampak lebih lembut dari biasanya—bias kebisuan malam membuatnya nyaris tampak seperti pria biasa, bukan sosok dominan yang selama ini aku kenal.Lalu aku berjinjit dan mencium bibirnya.Awalnya lembut, ragu-ragu, tapi keberanian itu tumbuh cepat. Bibirku menyentuh bibirnya dalam ciuman yang lebih dalam, lebih jujur, lebih ingin. Aku menyusuri rasa yang selama ini hanya jadi imajinasi dalam benakku, dan saat jemariku naik menyentuh rahangnya, tubuhnya menegang pelan.Namun, dia tidak menolak.Justru sebaliknya—dia membalas, dengan ketenangan yang membuatku nyaris kehilangan keseimbangan. Ciumannya balik mencengkeram, mendominasi, membuatku merasa kecil tapi diinginkan dalam waktu yang sama.Tangannya naik ke pinggangku, menahanku agar tidak mundur. Napas kami menyatu dalam kehangatan samar yang mengis

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   39. Dipeluk Rigen

    Namun, Megan tidak berhenti.Dia justru menatapku tajam, penuh kemenangan. “Kamu pikir aku datang ke sini cuma buat pamer? Tidak, Kak. Aku ke sini untuk memberitahumu satu hal—dunia yang selama ini kamu kuasai, sudah bukan milikmu lagi.” Drake berdiri, mencoba menghentikan Megan. “Megan, sudahlah.” Dia menatapku dengan wajah yang tak lagi setegas tadi. Ada kebingungan di sana. Ragu. Bahkan sedikit bersalah. “Riel, aku… aku minta maaf kalau ini menyakitimu," ucapnya. Aku hahya balas menatapnya datar. “Kamu minta maaf karena menyakitiku, atau karena kamu tidak dapat reaksi yang kamu harapkan?” Drake terdiam. Megan meliriknya dengan tajam. “Oh, jadi kamu masih berharap dia menangisimu?” sindirnya. “Lucu. Katanya kamu sudah move on.” Drake menarik napas panjang, lalu menunduk. “Megan, kamu diam,” katanya pelan, tapi tegas. Aku mengangkat dagu, menatap mereka satu per satu. “Kalian pantas dapat satu sama lain.” Megan menyeringai. “Terima kasih. Itu memang rencanaku d

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   37. Provokasi Megan

    “Apa yang kamu lakukan di sini, Megan?” Suaraku keluar lebih tajam dari yang kuharapkan. Mataku langsung terkunci ke arah tangannya yang menggenggam tangan Drake. Megan tersenyum miring. “Langsung ke intinya, ya? Aku suka itu.” Dia menoleh ke Drake dan menggenggam tangannya lebih erat, seolah ingin memastikan aku melihatnya jelas-jelas. “Lihat ,Riel. Aku dan Drake… kami bersama sekarang,” katanya santai, tapi nada puas di suaranya menusuk telingaku. Aku menatap mereka berdua. Hening sejenak. Drake hanya menatapku balik, tanpa ekspresi, seolah ini semua bukan masalah besar. Dia tersenyum sinis, seakan mengejekku. “Sejak ... kapan?” tanyaku pelan, menahan suara agar tak bergetar. “Sudah cukup lama,” jawab Megan cepat. "Ya, kan, Sayang?" Megan memanggil Drake sambil menatap ke arahnya, seakan memamerkan kemesraan. “Mungkin sejak kamu mulai sibuk dengan... rumah tanggamu yang menyedihkan itu," ejeknya dengan ekspresi puas. Megan hanya tahu aku menikahi pria ko

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   36. Balas Dendam Drake

    "Hah. Sial." Memikirkan sikap kejam Rigen membuat aku semakin kesal saja. "Aku butuh udara segar," desahku, memandang langit-langit kamar dengan helaan napas panjang. Aku butuh sesuatu yang bisa mengalihkan pikiranku dari segala perasaan yang menyesakkan ini. "Tapi pergi ke mana? Aku tidak punya teman," keluhku, merasa semakin sedih. Drake, teman dekatku satu-satunya, juga menjauh sejak kejadian penolakan di hari ulang tahunnya itu. Jadi, meski sekarang aku pergi keluar, aku tak tahu harus menemui siapa. Tepat ketika aku memikirkan Drake, sebuah chat masuk darinya. [Riel, bisa bertemu sebentar? ] Drake mengirim pesan seperti itu. Sebenarnya aku cukup heran kenapa dia tiba-tiba mengirim pesan setelah sekian lama. Namun, karena aku benar-benar sedang ingin menjauh dari Rigen, aku langsung setuju dengan ajakan Drake tanpa berpikir dua kali. [Oke. Kita bertemu di mana?] Drake, seakan sudah menunggu balasan chat dariku, segera memberitahu sebuah kafe yang sering kami ku

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   35. Kegelisahan Rigen

    "Tuan, Anda terlihat kurang fokus. Apakah ada sesuatu yang mengganggu Anda?"Jovian, sang sekretaris sekaligus bawahan terpercaya Rigen, bertanya dengan hati-hati saat melihat sang bos yang pikirannya seakan sedang terganggu oleh sesuatu."Hmmm."Rigen hanya berdehem, keningnya berkerut dalam, seperti tengah memikirkan sesuatu yang sangat rumit. Jemarinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerjanya, matanya tertuju pada laporan, tapi jelas pikirannya melayang ke tempat lain."Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya Jovian, menawarkan bantuan dengan sopan."Tidak. Tidak. Ayo lanjutkan pekerjaan."Rigen menggeleng pelan, lalu mengalihkan pandangan ke laporan di depannya. Mereka tengah sibuk mencari bukti-bukti tentang keterlibatan Jason dalam kecelakaan yang hampir merenggut nyawa Rigen. Dokumen demi dokumen terbuka di hadapannya, tapi tidak satu pun yang benar-benar dia baca dengan konsentrasi penuh."Baiklah, Tuan."Meski tahu sang tuan tidak fokus, Jovian tetap memilih mematuhi peri

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   34. Bisakah Bersikap Manis Sedikit Saja?

    Aku menatap Rigen yang kini mengenakan kemeja putih yang sedikit terbuka di bagian dada, memperlihatkan bekas cakaran yang kutinggalkan semalam. Rambutnya sedikit berantakan oleh angin pagi, dan tatapan matanya menyapu tubuhku dengan cara yang membuat kulitku meremang. "Kenapa... kamu menyiapkan ini semua?" tanyaku pelan, suaraku sedikit bergetar. Rigen menatapku lama, lalu melangkah masuk mendekat. Setiap langkahnya menimbulkan tekanan yang aneh di dadaku, seolah udara menghilang bersamaan dengan jaraknya yang menyempit. "Apa kamu berharap aku akan bersikap dingin dan membuangmu setelah tadi malam, Ariella?" tanyanya dengan senyum samar yang tak bisa kutebak. "Sayangnya, aku bukan pria murahan yang memperlakukan wanitanya seperti barang bekas." Kalimatnya menusuk sesuatu dalam diriku. Tapi bukankah aku hanya istri kontrak? Menunduk, aku menatap jemariku sendiri, berusaha menenangkan gemuruh dalam hati. "Rigen…" bisikku. "Kamu sudah pernah melakukan ini sebelumny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status