Semua Bab Pria 'Shift Malam': Bab 251 - Bab 260

Seminggu kemudian Aldi dan Imai pindah ke rumah barunya, Aldi benar-benar salut dengan kinerja Aira dan anak buahnya.Imai sampai melongo melihat bagusnya rumah minimalis modern ini, apalagi lagi-lagi dia dapat kamar yang bagus dan luas, masih bau cat lagi dan berdampingan dengan kamar Aldi, pakai AC pula.“Kayak mimpi saja…si Abang benar-benar malaikat bagiku..!” batin Imai bahagia.Limit 2,5 bulan kelar dalam waktu 2 bulan 3 hari saja dan hasilnya juga sangat memuaskan, 15 tukang bangunan yang Aira kerahkan bekerja sangat profesional.Aldi bahkan tak segan menambah modal kerja Aira hingga 20 miliaran. Sehingga perusahaan si janda cantik ini makin berkembang dan kebanjiran order dan tak punya hutang di bank, semua pinjamannya sudah di lunasi Aldi.Namun, akibat kesibukannya ini, mereka jadi tak leluasa bertemu dan lepas kangen, tapi Aldi memaklumi kesibukan Aira, sebab dia pun sibuk, selain sebagai 'dokter' ia juga sibuk bikin laporan ke dosen di kampusnya.Di saat bersamaan, Imai kin

Tanpa curiga Husna pun sebutkan alamatnya dan Aldi kini lega. “Makasih yaa mba Husna,” Aldi pun dengan alasan sudah lewat pukul 00.00 Wita pamit.Husna senang bukan main, malam ini dia dapat rejeki nomplok, selain tamunya nggak pelit, juga si tamu sangat sopan padanya."Ih jangan-jangan si tampan itu polisi intel yaa? Ahh rasanya nggak mungkin, mana ada polisi ngasih duit segede ini?" batin Husna masih senang sekaligus bertanya-tanya dalam hati.Aldi kini menuju ke alamat yang sebelumnya di sebutkan Husna, alamat ini menuju ke sebuah kompleks perumahanan yang ada di Kabupaten Tabalongin, kabupaten tetangga Balongin.Jaraknya tak begitu jauh, hanya sekitar 15 kiloan saja, apalagi jalanan juga lancar dan mulus.. Beda dengan Jakarta atau Bandung jarak segitu bisa di tempuh leih dari 2 jam, saking macetnya.Setelah dua kali berputar di kompleks perumahan ini, Aldi pun akhirnya menemukan mobil MPV itu parkir di sebuah rumah yang berpagar, tapi pagarnya tak di tutup.“Hmm…tak salah lagi, di

“Hampir saja aku bablas…!” batin Aldi, sambil menahan debaran jantungnya.Saat krusial Aldi sadar, tak seharusnya dia memanfaatkan Imai, sehingga dia berhasil menahan diri dan Imai pun tetap perawan.Saat Aldi mulai menusukan singkong istmewanya saat masih sama-sama berdiri, dia baru nyadar ketika Imai meringis dan akhirnya menyadarkan Aldi, kalau adik angkatnya masih perawan dan usianya pun belum genap 17 tahun.Akhirnya mereka secepatnya selesaikan acara mandi, lalu istirahat di kamar masing-masing. Siang-nya…“Maafin Abang yaa.” Aldi memandang Imai yang kini bisa tersenyum lagi sambil letakan lauk di meja makan.“Nggak apa-apa Bang, Imai juga yang salah, terpancing tadi pagi,” sahutnya sambil sediakan makan siang dan kali ini mereka sarapan bersama.Hari ini Imai putuskan libur sekolah, setelah mandi yang hampir saja berlanjut jadi ajang adu gelut yang mendebarkan.“Masih sakit nggak,” kata Aldi perlahan, masih menahan debur jantungnya.“Dikit…punya Abang gede banget, punyaku kan m

“Jadi…minimal 25 jutaan yaa modalnya,” kata Aldi lagi, sambung kisah Husna ini.“Yang pas sih…30 jutaan dok, nah itu bisa di bilang menarik konsumen untuk jahit di tempat aku, sebab banyak pilihan kain? Juga yang namanya usaha begitu, banyak saingan…!” sahut Husna apa adanya.“Kamu punya rekening bank nggak?” sahut Aldi tiba-tiba, hingga Husna kaget lalu mengangguk.Aldi sodorkan ponselnya dan minta Husna catat nomor rekeningnya itu.Dengan pikiran masih bingung Husna ambil ponsel merek Cina-nya lalu catat nomor rekeningnya karena tak hapal nomornya di ponsel Aldi, kemudian serahkan kembali ponsel mahal itu ke Aldi.Tak sampai 3 menit, Husna melongo, saat menatap ponselnya, ada transferan masuk sebesar…200 juta.“D-dok…i-ni dari dokter kah?” mata Husna terbelalak, jangankan pernah memiliki duit sebesar ini, mimpi pun Husna tak berani, tapi kini uang itu benar-benar ada di rekeningnya saat ini.Ini bukan mimpi, ini nyata! Husna sampai cubit lengannya sendiri, hingga Aldi senyum kecil me

“Ternyata kamu dokter di sini, eh perasaan kamu belum lulus kan jadi dokter? Kalau di hitung-hitung, paling kamu baru semester 8 kan?” ceplos Mayang, sampai lupa kenalkan pria di sisinya.“Iya kak, aku kan lagi koas di sini, kurang dari 1 bulan lagi kelar dan aku harus kembali ke kampus selesaikan program sarjana ke dokteran lalu lanjut koas lagi 1 tahunan di rumah sakit, nah baru dapat gelar dokter, eh Abang ini siapa ka? Suamikah?” jelas Aldi dan kini balik bertanya.“Oh i-iya Di, ini suami kaka. Mas Andi kenalin ini adikku yang dulu aku ceritakan,” Mayang kenalkan suaminya, walaupun dalam hati Aldi kaget juga. Pantas ngilang lama, ternyata sudah miliki laki, pikirnya.“Ohh ini yang namanya Aldi Sulaimin,” pria ini dengan hangat salami Aldi, dalam hati Aldi memuji juga pilihan Mayang.Suaminya ini tak kalah tampan dan mapan darinya, walaupun dari segi usia sudah matang, Aldi perkirakan antara 35-40 tahunan usianya.“Oh ya, siapa yang sakit? Kak Mayang atau Bang Andi, kulihat kalian b