Amarah Anrez begitu meledak-ledak, seolah-olah jika Aura ada di depan matanya saat itu juga, dia pasti akan menelannya hidup-hidup.Serra berdecak, lalu membumbui, "Anrez, menurutku sebaiknya kita jangan omongin Aura lagi. Kamu juga tahu sendiri, kemampuan Aura dalam membantah orang itu ...."Dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Bagaimanapun, dia itu putrimu. Jangan sampai merusak hubungan ayah dan anak."Sekilas terdengar seperti Serra membela Aura. Namun, semakin dia berbicara, semakin marah Anrez jadinya.Anrez tak kuasa teringat pada perdebatannya dengan Aura selama beberapa kali terakhir. Setiap kali, dia selalu kalah telak.Padahal jelas-jelas dia adalah ayah Aura, seseorang yang lebih tua. Namun, entah sejak kapan, Aura mulai tak lagi menghormatinya.Sambil menggertakkan gigi, Anrez meraih cangkir teh di depannya dan menghantamkannya ke lantai. "Aku ini ayahnya! Apa pun yang kubilang, dia harus terima! Di dunia ini, nggak ada anak perempuan yang bisa menentang ayahnya!"Ma
Read more