"Eh, makanannya sudah datang, ayo kita makan," ujar Aura dengan senyum canggung. Dia buru-buru mengambil sepotong steik dan meletakkannya di piring Jose. Kemudian, dia memandang Jose dengan senyum penuh harap, berharap Jose akan berbaik hati dan membiarkannya pergi.Namun, Jose hanya tersenyum tipis sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Dari balik asap putih, Aura bisa melihat mata Jose yang kelam."Bu Aura benar-benar pengertian," ucap Jose dengan nada datar dan sedikit menggoda. Namun, tangannya bergerak semakin tidak terkendali. Dia memandangi telinga Aura yang mulai memerah, lalu tertawa ringan. "Kenapa? Nggak mau ambilkan untuk Fendro juga?"Aura terdiam.Sesaat kemudian, dia memaksakan senyum. "Pak Fendro duduk agak jauh, dia pasti bisa ambil sendiri."Usai bicara, dia menurunkan tangannya dan mencengkeram tangan Jose yang bergerak liar, lalu menggaruk telapak tangan Jose. Isyarat itu sangat jelas.Tolong, berhenti!Jose memandangi wajahnya yang penuh ketegangan, lalu terkekeh pe
Baca selengkapnya