Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri의 모든 챕터: 챕터 91 - 챕터 100

“Kalau begitu aku pulang dulu. Tolong kabari aku jika Mbak Sania sudah membalas pesan Mbak Nana,” kata Diah. Dia melihat jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.“Oke. Hati-hati di jalan, Di,” jawab Nana.Diah dan Nana bangkit dari kursi mereka. Diah menyalami Nana seperti biasa dengan gaya khas para wanita yaitu cium pipi kanan dan kiri. Kemudian Nana mengantar Diah hingga ke teras. Nana memastikan mantan adik iparnya sudah masuk mobil. Mereka saling melambai sejenak lalu mobil Diah melaju meninggalkan halaman warung Nana.Nana menghela nafas pelan. Menatap kosong ke tempat mobil Diah berada sebelumnya. Hatinya menjadi hampa kembali. Kehampaan yang harus Nana rasakan saat ia tengah sendiri atau sedang bekerja. Nana harus banting tulang untuk menjamin kebutuhan anak-anak di masa depan. Matanya tertumbuk pada mobil lain yang berhenti di halaman. Nana segera masuk ke warung. Dia membereskan dua gelas cangkir yang ia gunakan bersama Diah saat mereka bicara tadi.Tidak lam

“Tidak. Aku tidak ada masalah,” jawab Pak Indra. Dengan cepat mengubah ekspresinya dan menguasai keadaan agar tidak terasa canggung karena dia merasa terkejut.“Baiklah.” Sania mengangguk sambil lalu. Kemudian dia berjalan menuju kasir.Harno yang duduk menghadap meja kasir bisa melihat dengan jelas apa yang tengah dilakukan Sania. Pandangannya tidak hangat dan sopan seperti tadi. Harno hanya memandang Sania datar. Berusaha menahan emosi yang berkecamuk dalam pikirannya.Sosok Sania tidak terlihat lagi ketika wanita itu masuk ke area kasir. Sekilas pandang, Harno melirik Sania yang tengah berbincang dengan kasir yang berjaga. Kemudian Sania hilang dari pandangan saat wanita itu naik ke lantai dua.Pak Indra menghela nafas lega begitu tidak melihat Sania lagi. Pria paruh baya itu melihat ke sekeliling warung yang cukup ramai dengan pembeli. Entah kenapa perasaannya tidak enak saat memasuki warung tadi. Apalagi setelah Sania mengajukan pertanyaan yang menyudutkan Arni, Pak Indra terpaks

“Apa yang mereka inginkan sampai tiba-tiba datang ke warung kamu sih, Na?” tanya Sania yang berjalan bolak-balik di teras.Ketenangan wanita itu akhirnya lenyap. Bukan karena melihat wajah Pak Indra yang tiba-tiba ada di sini padahal setahu mereka sekarang Pak Indra tinggal di Batam bersama Arni. Namun Sania tidak tenang lagi saat melihat wajah Harno yang berdiri di hadapannya tadi. Padahal Sania sudah berusaha menekan rahasia Pak Lucky yang mungkin bisa jadi masalah di kemudian hari. Sayangnya Harno tiba-tiba muncul setelah pria itu mengundurkan diri.“Mungkin mereka juga tidak menyangka bisa bertemu denganmu, San. Terutama dengan pria yang bernama Harno,” jawab Nana tenang sambil menyantap es lemon teanya.Awalnya Nana memang tidak mengetahui sama sekali tentang pria muda yang datang bersama mantan papa tirinya, Pak Indra. Namun saat tadi Nana menguping percakapan mereka di anak tangga terakhir dan mendengar Sania menyebut nama Harno, Nana langsung paham bahwa sosok pria itu adalah

“Silahkan duduk dulu, Bu Nana,” kata Harno. Dia berdiri lalu menunduk hormat pada Nana. Sikapnya terlihat sangat lembut dan penuh kesopanan.Nana balas tersenyum sopan. Dia duduk tepat di depan Pak Indra. Sedangkan Sania duduk di depan Harno. Meja makan dengan empat kursi itu tidak terlihat aneh. Hanya diduduki dengan dua wanita muda, satu pria matang dan satu pria paruh baya. Namun siapapun tahu jika keempat orang itu tidak terlihat akur. Mereka mengeluarkan aura kecanggungan bercampur permusuhan.Apalagi Pak Indra yang memandang Nana dengan tatapan tajamnya. Siapapun akan tahu kalau Pak Indra punya masalah dengan Nana. Pak Indra memang sengaja tidak menyembunyikan ekspresinya sama sekali. Dia ingin menunjukkan bahwa dari lubuk hatinya yang paling dalam, Pak Indra masih punya dendam pribadi pada Nana.Berbanding terbalik dengan Pak Indra yang menatapnya tajam, Nana justru menunduk hormat pada mantan ayah tirinya. Bibirnya melengkung hingga ke mata. Nana menunjukkan senyum yang terlih

“Tidak ada Bu Nana. Saya sangat setuju dengan keputusan anda. Sebelumnya sekali lagi saya minta maaf karena menuduh anda tanpa bukti. Selain itu, saya berjanji di masa depan tidak akan membuat masalah dengan anda,” kata Harno.Sania memutar bola matanya jengah. Jika dilihat dari senyum Harno yang mencurigakan, dia merasa jika rencana Harno dan ayahnya mungkin akan segera berjalan dalam waktu dekat. Sepertinya Sania yang harus segera bergerak demi mengamankan Roni. Bukan Nana dan Diah.Diam-diam dia mengetikan pesan di grup keluarga intinya. Dimana hanya ada nomor Sania, adik, ibu dan tim pengacaranya. Agar mereka lebih mudah berdiskusi tentang langkah hukum yang harus dilakukan.[Papa ingin membalas dendam pada salah satu gundiknya yang bernama Arni. Sepertinya Papa akan cuci tangan dengan menggunakan tahanan lain sebagai kambing hitam. Tahanan ini adalah mantan suami siri Arni dan mantan suami sahabatku, Nana.]“Saya juga berterima kasih pada anda karena sudah mau mendengar pembelaan