Kesal dan lelah oleh pikirannya sendiri, Anaby membalikkan tubuh. Jika Michael ingin mengganggunya, biar saja. Ia tidak sanggup lagi tidur dalam posisi ini—sendiri, rindu, dan terlalu dekat dengan seseorang yang bisa mengaduk-aduk perasaannya.Begitu ia berbalik, mata mereka bertemu. Michael masih terbaring tenang, satu lengannya disilangkan di belakang kepala.“Kenapa belum tidur?” tanyanya pelan, datar seperti biasa.Anaby mendengus, merasa ingin melemparkan bantal ke wajah pria itu.“Bukankah kau penyebabnya? Tapi, pura-pura tidak tahu,” rutuknya di dalam hati. Namun di bibirnya, Anaby hanya berucap, “Aku tidak terbiasa tidur di tempat lain. Apalagi, tidak ada…”Buru-buru, Anaby menghentikan ucapannya, matanya melebar. Tidak mungkin dia menyebut Bubu di hadapan Michael.“Kalau kau ingin memeluk sesuatu, katakan saja,” ujar Michael tiba-tiba.Bola mata Anaby membulat seketika. Ia berpikir mungkinkah pria ini memiliki indera keenam, sehingga bisa mengetahui isi hatinya.“Tidak perlu,
Terakhir Diperbarui : 2025-05-14 Baca selengkapnya