FLASH BACK ONSebulan sebelumnya, Surya memandangi tamu-tamunya sore itu dengan pandangan berat. Ia duduk di kursi kayu jati yang biasa ia gunakan untuk menerima tetangga, tapi kali ini bukan urusan biasa. Mbok Darmi duduk paling depan, punggungnya tegak, mata kecilnya tajam. Di sebelahnya, Wulan membetulkan kerudungnya dengan jemari yang gemetar, walau bibirnya tampak tegas.“Asih,” gumam Surya lirih, berusaha mencari dukungan dari istrinya yang berdiri di dekat pintu. Namun, Asih hanya mengangguk singkat, seolah menyuruhnya mendengar dulu.Wulan menarik napas, lalu membuka suara dengan mantap. “Jadi, saya minta mas kawin tiga ratus juta, Pak.”Surya terdiam, seperti disambar petir di siang bolong. Matanya melebar, wajahnya mengeras. Ia memandang Wulan, lalu Mbok Darmi, bergantian. “Tiga… ratus juta?” ulangnya pelan, memastikan ia tidak salah dengar.Mbok Darmi mengangguk mantap. “Iya, pak Surya. Anak saya ini sudah mengandung darah daging Darma. Masa anak saya mau dikasih mahar ala
Terakhir Diperbarui : 2025-06-02 Baca selengkapnya