Galan tidak bisa tidur. Hampir tengah malam, tapi pikirannya terus berputar—Richard, Alya, ultimatum 24 jam, dan pertemuan dengan Nayla besok pagi.Ia bangkit dari ranjang dan berjalan ke dapur untuk mengambil air. Baru saja membuka kulkas, suara kunci di pintu depan membuatnya menoleh.Alya.Ia masuk dengan langkah goyah, sepatu heels di tangan, rambut agak berantakan. Bau wine tercium samar—bukan mabuk, tapi cukup membuatnya kehilangan filter."Aku kira kamu sudah pergi," ujar Galan dari ambang pintu dapur."Aku memang pergi," sahut Alya sambil meletakkan heels-nya di lantai dan tas di sofa. "Tapi aku sadar, kita belum selesai bicara.""Bicara atau berantem?""Terserah kamu mau sebut apa."Alya berjalan ke arah dapur dan langsung membuka rak wine. Tangannya mengambil sebotol Merlot mahal—yang dulu mereka beli di Tuscany, dua tahun lalu."Alya, kamu udah cukup minum.""Jangan bilang apa yang cukup buatku, Galan. Ternyata aku juga nggak cukup qualified buat ambil keputusan sendiri."I
Terakhir Diperbarui : 2025-07-30 Baca selengkapnya