แชร์

Bab 182

ผู้เขียน: perdy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-29 23:50:28

Ia berbalik ke Alya. “Jadi ini solusimu? Bukan cari jalan tengah, bukan terbuka dengan kemungkinan lain—kamu langsung rancang kudeta?”

“Ini bukan kudeta. Ini restrukturisasi.”

“Dengan kamu jadi CEO dan aku jadi penonton?”

“Dengan kamu tetap punya posisi, tetap dapat kompensasi—”

“Untuk perusahaan yang dulunya milikku?”

Alya akhirnya menatap matanya. “Galan, realistislah. Kita kehilangan proyek besar. Kamu mau bermitra dengan kompetitor. Setidaknya dengan investasi ini, kita tetap mandiri dan punya peluang berkembang.”

“Di bawah kendalimu.”

“Di bawah kepemimpinan yang nggak terikat emosi.”

Galan menghela napas panjang. “Richard, berapa banyak Alya cerita tentang hubungan kami?”

“Cukup untuk paham dinamika kalian.”

“Apakah dia bilang bahwa dia mundur dari manajemen saat tekanan media meningkat? Bahwa selama tiga tahun terakhir kontribusinya hanyalah keluhan soal return investasinya?”

“Galan—” suara Alya memperingatkan.

“Apakah dia bilang,” lanjut Galan menatap Richard, “bahwa alasannya
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 288

    Tangan Nayla sedikit bergetar saat menatap pesan dari Agent Sarah. Kata-kata di layar terasa berat: Daniel ditemukan meninggal. Ada rekaman video terakhir. Sidang European Parliament dimajukan ke esok hari. Dan target berikutnya… mungkin dirinya.“Nayla?” suara Arvino terdengar dari arah tangga. “Ada apa? Semua baik-baik saja?”Untuk pertama kalinya setelah percakapan panjang dengan ibunya semalam, Nayla tidak lagi otomatis memilih untuk memikul krisis ini sendirian. Ia menarik napas, lalu memanggil:“Vino… aku butuh kamu. Dan Ibu juga. Ada keadaan darurat.”Dalam hitungan menit, mereka sudah berkumpul di ruang tamu—Nayla, Arvino, dan Ibu Mahardika yang cepat-cepat mengganti pakaian malamnya dengan baju harian. Harra juga ikut bergabung, terbangun karena suara-suara.“Daniel meninggal dalam tahanan polisi,” kata Nayla tanpa basa-basi. “Kondisinya mencurigakan. Dan dia meninggalkan pesan video untukku.”“Ya Tuhan…” bisik Harra. “Apa artinya…?”“Itu artinya orang-orang yang ingin membun

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 287

    Nayla berdiri diam di depan jendela ruang kerjanya. Ia mendengarkan langkah kaki yang mendekat ke arah pintu depan. Jantungnya berdetak stabil—bukan panik, tapi waspada. Pengalaman beberapa bulan terakhir telah melatihnya untuk menilai setiap situasi dengan kepala dingin.Langkah itu berhenti tepat di depan pintu.Kemudian terdengar ketukan. Pelan. Bukan gedoran mengancam, bukan hentakan putus asa. Hanya ketukan biasa, seolah-olah orang di luar sana tidak berniat menakut-nakuti.Nayla berjalan perlahan ke lorong, lalu mengintip melalui lubang pintu.Yang dilihatnya membuat napasnya tercekat.Ibunya. Ibu Mahardika, berdiri di teras dengan tas kecil dan termos di tangan. Wajah yang begitu familiar, dihiasi gurat kekhawatiran. Rambutnya diikat scarf untuk melindungi dari udara malam.Tanpa pikir panjang, Nayla membuka pintu."Ibu? Kenapa datang malam-malam begini? Ada apa?""Nayla, Nak," jawab ibunya sambil memeluk putrinya erat. Keharuman parfum yang akrab bercampur dengan aroma masakan

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 286

    "Daniel," ucap Nayla dengan suara tenang namun tegas, sambil memberi isyarat kepada Arvino untuk memanggil detektif polisi yang sudah menunggu di pintu. "Kamu seharusnya tidak menghubungi aku.""Tolong, Nayla. Dengarkan sebentar saja. Lima menit. Aku tahu aku tidak punya hak untuk meminta ini, tapi…"Ada sesuatu dalam suaranya. Bukan kemarahan, bukan ancaman, melainkan… kelelahan. Kekalahan yang terdengar begitu dalam."Lima menit," kata Nayla akhirnya. Arvino hanya menggeleng dengan wajah tak setuju. "Tapi percakapan ini akan direkam, dan polisi sedang melacak lokasi panggilanmu.""Aku tidak berniat mengancammu. Aku menelepon untuk… meminta maaf. Dan juga untuk memperingatkanmu.""Peringatkan? Tentang apa?""Nayla, aku bukan orang yang membuat video palsu itu. Aku juga bukan orang yang mengatur kampanye untuk menjatuhkan bukumu."Yang dirasakan Nayla bukan kelegaan, melainkan kebingungan. "Kalau begitu, siapa?""Orang-orang yang jauh lebih berkuasa dan lebih terhubung daripada aku. O

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 285

    “Kita harus pulang. Sekarang,” kata Nayla dengan suara terkendali, tapi ada nada mendesak di dalamnya.Perjalanan kembali dari danau berlangsung dalam keheningan yang penuh arti. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri. Harra duduk di kursi belakang, sibuk meneliti video palsu yang sedang viral lewat ponselnya. Arvino menatap jalan dengan serius, pikirannya sudah menyusun langkah hukum yang mungkin mereka ambil. Sementara itu, Nayla berusaha menjaga ketenangan yang baru saja ia temukan, agar tidak runtuh begitu saja.“Ibu,” suara Harra memecah sunyi, “video ini jelas-jelas rekayasa. Lihat deh—audionya nggak sinkron sama gerak bibir, dan pencahayaan di latar belakang juga nggak konsisten.”“Tapi,” timpal Arvino dengan nada berat, “sebelum para ahli menganalisis dan membuktikan kepalsuannya, kerusakan sudah terjadi. Kesaksianmu di European Parliament bisa terancam.”Harra menunduk. “Jadi… apa langkah kita?”“Kita lawan. Tapi bukan asal melawan—harus terarah, strategis,” jawab Nayla

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 284

    “Siapa yang mengancam pekerjaanmu?” tanya Nayla dengan suara tenang namun tegas kepada perempuan di ujung telepon.“Saya tidak tahu pasti. Ada seseorang yang menelepon bagian HR di kantor. Mereka bilang saya terlibat dalam ‘aktivitas politik kontroversial’ dan mengancam akan menghubungi klien besar kalau perusahaan tetap mempekerjakan saya.”Nayla merasakan simpul yang familiar di perutnya. Kali ini bukan ketakutan, melainkan amarah yang adil—dan tekad untuk melindungi.“Dengar aku baik-baik,” ucap Nayla dengan suara mantap sekaligus menenangkan. “Kau tidak melakukan kesalahan apa pun. Kau hanya menceritakan kebenaranmu demi membantu perempuan lain. Dan aku tidak akan membiarkanmu menanggung akibat hanya karena keberanian itu.”“Tapi Nayla, aku tidak bisa kehilangan pekerjaan. Aku punya dua anak—”“Kau tidak akan kehilangan pekerjaanmu. Beri aku kontak direktur HR-mu, dan izinkan tim hukumku langsung menghubungi perusahaanmu.”Begitu telepon ditutup, Nayla segera mengumpulkan Arvino d

  • Balas Dendam Sang Pendamping Setia   Bab 283

    “Kita harus segera merespons bukti palsu ini,” ujar Arvino sambil membuka laptop dan mulai menyusun draf pernyataan hukum. “Kalau kita terlambat, media bisa menafsirkannya sebagai pengakuan bersalah.”“Tunggu dulu.” Nayla mengangkat tangannya. “Sebelum bereaksi, aku ingin melihat dulu persis apa yang mereka tuduhkan.”Elena Rodriguez mengirimkan tautan artikel yang sudah dimuat di tiga media internasional besar. Nayla membaca seksama, sementara Harra dan Arvino ikut menunduk membaca dari balik bahunya.“Mereka menulis bahwa testimoni para perempuan dalam bukuku itu rekayasa,” kata Nayla setelah selesai. “Dan mereka mengklaim punya ‘sumber’ yang bisa membuktikan kalau aku tidak pernah benar-benar mewawancarai mereka.”“Itu jelas bohong,” sergah Harra, wajahnya memerah karena kesal. “Aku masih ingat Ibu melakukan wawancara lewat telepon dengan beberapa perempuan itu. Bahkan aku sempat membantu mengetik hasil transkripnya.”“Aku juga masih menyimpan semua rekaman wawancara, surat persetu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status