Seminggu setelah percakapan itu, hidup kembali berjalan normal. Setidaknya, itu yang Nayla coba yakini. Di kantor, dia dan Arvino tetap profesional—presentasi berjalan lancar, meeting dengan klien seperti biasa, dan sesekali bercanda saat beban kerja mulai berat. Tapi ada sesuatu yang berubah dalam cara mereka saling melirik. Sekilas, hampir tidak terlihat, tapi cukup membuat udara di antara mereka terasa lebih hidup.Malam itu, Nayla menghadiri peluncuran buku karya salah satu kliennya di sebuah hotel mewah di kawasan Sudirman. Acara yang sederhana tapi elegan, dihadiri para penulis, editor, dan beberapa pengusaha kreatif. Nayla mengenakan blazer hitam dan celana kulot krem—formal tapi tidak berlebihan.Dia sedang berbincang dengan penerbit tentang strategi pemasaran digital ketika matanya menangkap sosok yang berdiri di dekat meja registrasi. Tinggi, berjas abu-abu, rambut disisir rapi ke belakang. Galan.Jantung Nayla berdetak lebih cepat, bukan karena rindu, tapi karena shock. Dia
Terakhir Diperbarui : 2025-08-05 Baca selengkapnya