Arka menarik kursi mendekat ke sisi ranjang. Rindu bersandar pada bantal, wajahnya pucat namun sorot matanya berusaha tetap tegar. Di antara bunyi mesin infus dan aroma antiseptik rumah sakit, keduanya saling memandang, seakan tak ada orang lain di dunia ini. Arka mengusap wajahnya sejenak, lalu berkata dengan nada berat, “Tante, sebenarnya… awalnya aku hanya ingin menekan Dimas. Dia terlalu banyak main politik di kantor, terlalu sering menantangku seolah-olah aku ini bukan siapa-siapa. Aku pikir, dengan menurunkannya dari direktur ke manajer, dia akan sadar. Tapi ternyata, itu malah membuatnya makin merasa dipermalukan.” Rindu diam, menunggu kelanjutan. “Waktu itu,” lanjut Arka, suaranya sedikit serak, “aku menegurnya di depan beberapa staf senior. Aku bilang, dulu aku menghormati dia karena dia adalah suamimu. Karena aku menghargai ikatan keluarga itu. Tapi sekarang… setelah kalian bercerai, aku tidak lagi punya alasan untuk tetap menutup mata pada keburukannya.” Arka menunduk, k
Last Updated : 2025-09-23 Read more