Hari-hari setelah malam itu tak berjalan mulus bagi Rindu. Ia menghabiskan waktu di kamar, lebih banyak diam sambil menggendong Baby Luna. Anak itu tertawa kecil, menepuk-nepuk wajahnya dengan tangan mungil yang lembut. Tapi entah kenapa, setiap kali Rindu menatap mata jernih itu, dadanya sesak. Ada rasa bersalah, sedih, dan takut bercampur jadi satu. Tangis Luna kini makin sering terdengar, terutama setiap kali lapar, dan di situlah Rindu mulai menyadari apa yang menyebabkannya. Ternyata produksi ASI-nya menurun drastis. Dulu setiap kali Luna menyusu, terasa aliran hangat yang menenangkan. Sekarang, hanya ada sedikit rasa nyeri. Luna menatapnya dengan mata berkaca, mulutnya masih berusaha menyusu, tapi tidak ada apa-apa yang keluar. “Ya Allah...” Rindu menatap bayi asinya dengan panik. “Kenapa, Sayang? Kenapa sekarang susah keluar?” Ia mencoba lagi, ia mencoba berganti posisi, berganti sisi kanan dan kiri, tapi hasilnya tetap sama. Hanya sedikit cairan yang keluar, dan itu t
Last Updated : 2025-10-07 Read more