Ibu Susu Anak Keponakanku

Ibu Susu Anak Keponakanku

last updateLast Updated : 2025-08-24
By:  Blue RoseOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
20views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bagi Rindu, kehilangan suami yang telah mengkhianatinya bukanlah luka terbesar—ia bahkan rela jika harus kehilangan orang yang menyakitinya. Tapi kehilangan anak yang belum sempat ia peluk? Itu adalah luka yang tak akan pernah sembuh. Sebulan setelah perceraian, Rindu pulang ke rumah orang tuanya. Ia berusaha menjalani hari-hari dengan tenang, meski hatinya hampa. Hingga suatu sore, kabar tak terduga datang. Keponakannya—Arka Kalendra—baru saja bercerai. Usianya tujuh tahun lebih muda dari Rindu, tapi anak yang baru lahir dua minggu masih sangat membutuhkan ASI. Awalnya hubungan Arka dan Rindu hanyalah simbiosis mutualisme. Namun waktu mengubah segalanya. Apakah Rindu dan Arka akan membiarkan perasaan mereka berkembang, atau justru menepisnya? Ikuti kisahnya sampai tuntas ya...(✿❛◡❛)

View More

Chapter 1

1. Jadi Ibu Asi?

"Detak jantungnya sudah berhenti, Bu Rindu… sepertinya anak ibu sudah pergi beberapa hari yang lalu."

Rindu merasakan guncangan hebat dalam hatinya atas pernyataan dokter itu.

Kini, ia duduk di ranjang rumah sakit, menatap kosong jendela yang diburamkan gerimis. Perutnya yang dulu berisi kehidupan kini terasa hampa. Seluruh ruangan seakan menekan dadanya, membuat napasnya sesak.

Rindu bahkan tidak sadar kapan tepatnya anaknya—satu-satunya harapan yang ia genggam selama ini—berhenti menendang dari dalam sana.

Ia hanya ingat, seminggu terakhir perutnya terasa kaku dan nyeri, tapi ia mengira itu hanya efek lelah.

Nyatanya, rasa lelah itu menjadi akhir dari segalanya.

Dokter menyebut salah satu kemungkinan penyebabnya adalah stres berkepanjangan.

Bagaimana ia bisa tidak stres? Sejak awal kehamilan, hidupnya seperti berada di medan perang. Perang melawan kenyataan bahwa suaminya, Dimas, berselingkuh. Bukti-buktinya jelas, ada chat yang tak bisa dibantah, foto-foto yang bukan kebetulan, tiket perjalanan yang tak pernah ia tahu.

Setiap malam, Rindu menatap perutnya yang membesar sambil berbisik pada dirinya sendiri, “Bertahanlah… demi anak ini.”

Tapi sekarang, anaknya sudah tidak ada. Rindu tidak punya alasan lagi untuk bertahan.

Dimas datang ke rumah sakit siang itu. Tatapannya dingin, tidak ada kata-kata yang mencoba menghibur.

“Gimana proses pemakamannya?”

Hanya itu saja yang keluar dari mulutnya.

Rindu menunduk, menelan ludah pahit. “Aku akan segera mengurusnya….”

“Kalau bisa cepat.”

"Tapi Mas, kita perlu bicara—"

“Lain kali saja,” Dimas menyela tak sabar. “Ada yang lebih penting saat ini.”

Dahi Rindu mengernyit saat Dimas menyerahkan sebuah berkas kepadanya. Wanita itu menatapnya sejenak, sebelum sepasang matanya yang sembab membelalak terkejut.

“Ini….”

“Mari kita bercerai.”

Seperti ada petir yang menyambar Rindu saat ini. Tangannya gemetar memegang berkas gugatan itu.

“Tapi….”

“Kita nggak cocok lagi,” kata Dimas tanpa ekspresi. “Dan sekarang kamu udah nggak ada anak. Nggak ada yang bisa kita pertahankan di sini.”

Kata-kata itu menusuk lebih tajam dari pisau. Seolah kematian anak mereka hanyalah kematian kecoa yang tak berarti, bukan luka yang seharusnya mereka tanggung bersama.

"Lagipula, aku nggak cinta lagi sama kamu. Jadi, tandatangani surat ini."

Semudah itu.

Seolah Rindu hanyalah sampah tak berguna, yang bisa dibuang kapan saja.

Anaknya bahkan belum dimakamkan, tapi Dimas tidak peduli dan menghantamnya dengan satu lagi kenyataan pahit yang harus ia telan bulat-bulat.

Rindu tidak tahu harus mengatakan apa. Sudah terlalu banyak rasa sakit yang ia terima belakangan ini hingga membuatnya mati rasa.

**

Tak lama setelah resmi bercerai, Rindu mendengar kabar bahwa Dimas menikah lagi dengan perempuan yang dulu menjadi selingkuhannya, sekaligus mantan pacarnya.

Rindu tidak menangis. Kehilangan Dimas bukanlah hal yang patut ia tangisi. Pria yang tak layak dicintai, tak layak juga menghancurkannya.

Tapi kehilangan anaknya? Itu luka yang tak akan pernah sembuh.

Rindu memutuskan pulang ke kampung dan tinggal bersama kedua orang tuanya.

Ia berusaha menata hati—juga hidupnya—setelah kehilangan anak yang telah lama ia nanti.

Hari-hari pertama di kampung terasa seperti kembali ke masa kecil. Namun setiap malam, ia masih terjaga, memandangi langit-langit sambil merasakan perutnya yang kosong.

Sore itu, ibunya masuk ke kamar sambil membawa secangkir teh. Duduk di tepi ranjang, ia menatap Rindu lama sebelum bicara.

“Kamu masih ingat sama Kak Ratna?” tanyanya pelan.

Rindu mengangguk. Ratna adalah kakak angkatnya—jauh lebih tua darinya, jaraknya dua puluh tahun.

Waktu orang tuanya belum punya anak, ayahnya punya bawahan yang rajin, yaitu Ratna. Dia yatim piatu, sendirian. Ayahnya sayang padanya, sehingga orang tuanya memutuskan untuk mengangkatnya menjadi anak.

Rindu ingat foto-foto lama di album keluarga. Foto itu menampilkan seorang remaja perempuan tersenyum kikuk di samping kedua orang tuanya.

Rindu tersenyum samar. “Aku ingat… kita sering main bareng waktu kecil.”

“Arka… anaknya Ratna, dia anak pertama. Kamu tahu kan, sejak kecil dia pintar sekali? Tapi…” suara ibunya merendah, “…sekarang dia sedang susah. Istrinya meninggalkan dia, dan bayi mereka yang baru lahir. Bayi itu masih butuh ASI.”

Rindu terdiam, mengamati wajah ibunya yang sedih.

"Pergi?" gumam Rindu. Bagaimana mungkin seorang ibu meninggalkan bayi yang baru lahir?

Ibunya menatapnya lama. “Ibu kasihan sama Arka. Dia harus kerja, anaknya sakit-sakitan. Bank ASI memang ada, tapi nggak mungkin terus-terusan. Dan kamu…” Ia berhenti sebentar. “…kamu masih mengeluarkan ASI.”

Rindu menunduk. Memang benar. Ia sudah kehilangan anaknya, tapi ASI-nya masih terus berproduksi.

"Gimana kalau kamu jadi ibu susunya saja, Rindu?"

"Ha?!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status