“Cepat! Bawa dia ke UGD!” suara panik Kania terdengar memerintah perawat rumah sakit.Di ruang UGD, suasana begitu tegang. Monitor jantung berdetak teratur, beberapa perawat bergerak cepat memeriksa tekanan darah dan menekan pendarahan di tubuh Raeshan. Kedua kakinya berlumuran darah, peluru masih bersarang di sana.Tiba-tiba pintu terbuka keras. Kania masuk dengan langkah tergesa.“Minggir! Jangan sentuh dia,” ujarnya dingin.Salah seorang perawat mencoba menjelaskan, “Dokter, saya hanya…”“Diam,” potong Kania sinis, menatap mereka seolah tidak berguna.Perawat-perawat itu saling pandang, lalu perlahan mundur. Kania mengenakan sarung tangan steril, wajahnya semakin serius. Ia memeriksa luka di kaki Raeshan, napasnya sedikit terengah saat melihat bekas peluru menembus otot kakinya.Perut Raeshan juga terluka, jadi Kania menyingkap kemeja yang ia pakai.“Luar biasa… bahkan terluka begini pun kau masih terlihat jantan, Raeshan,” bisiknya dalam hati, matanya berkilat dengan kekaguman ber
Last Updated : 2025-09-28 Read more