Cahaya pagi menelusup malu-malu dari celah gorden dan menghangatkan kulitku yang masih dibalut selimut tipis. Rasanya baru beberapa menit lalu aku memejamkan mata, tapi kini aku terbangun oleh sentuhan lembut di pipiku. Hangat, menenangkan, dan membuat dadaku kembali sesak oleh banyak rasa.Aku mengerjap pelan.Mas Afnan sudah lebih dulu terjaga. Tatapannya menembus mataku seolah mencoba membaca isi hati yang masih berantakan. Jarak wajah kami begitu dekat. Nafasnya yang teratur terasa menyentuh kulit wajahku.“Pagi, Sayang,” ucapnya lirih.Aku tak langsung menjawab. Tenggorokanku terasa mengering. Aku mengalihkan pandanganku dan menunduk. “A-aku mandi duluan ya, Mas,” bisikku nyaris tak terdengar dan berusaha bangkit dari tempat tidur.Tapi gerakanku terhenti. Mas Afnan menarikku kembali ke dalam dekapannya. Tubuhku refleks menegang, tapi sentuhannya menenangkan. Bukan mengekang, melainkan menahan agar aku tetap tinggal. Ag
Terakhir Diperbarui : 2025-06-12 Baca selengkapnya