“Mas ...,” suaraku tercekat. “Mas juga masih cinta aku, ‘kan? Lihat aku, Mas. Tatap aku. Aku nggak khianatin Mas. Aku mohon ... jangan pergi. Jangan tinggalin aku ....”Mas Afnan masih tak bergeming, tapi aku bisa lihat kerongkongannya bergerak. Dia menelan ludah dengan berat. Pandangannya tertuju ke lantai. Seakan takut kalau dia menatapku, semua pertahanan itu akan runtuh.Aku melangkah lebih dekat.“Mas, lihat aku,” pintaku dengan suara bergetar. “Tatap aku baik-baik. Apa Mas udah nggak cinta sama aku?”Tak ada jawaban.Mataku membasah lagi. Dada sesak. Aku menahan tangis yang sudah tak tertahan. Aku mulai kehabisan cara. Aku sudah menangis. Memohon. Bicara dari hati. Tapi dia tetap diam.Kalau ini satu-satunya cara agar dia sadar ... agar dia ingat siapa aku, baiklah! Akan aku lakukan. Dengan tangan gemetar ini, aku nekat menjangkau dasi yang melingkar rapi di leher kemejanya. Dengan gerakan mendadak, aku menariknya.Mas Afnan kaget. Matanya membesar karena terkejut, dan sebelum i
Terakhir Diperbarui : 2025-06-10 Baca selengkapnya