Rajendra berdiri tegak, napasnya berembus pelan. Pedangnya meneteskan darah merah, menodai tanah desa. Di depannya, Sura Lelana telah terkapar tak bernyawa, darah muncrat dari lehernya, memberikan aroma anyir yang mencekam. Suasana hening, dicekam oleh keterkejutan.Semua orang yang ada di sana, baik warga Desa Gunung Jaran maupun rombongan Amukti Muda Giriprana, terdiam. Mulut mereka menganga, melihat apa yang baru saja terjadi.Giriprana menelan saliva. Wajahnya begitu pucat, seolah-olah semua darah telah meninggalkan tubuhnya. Dia tidak menyangka. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Orang terkuat, prajurit terbaik yang dikirim langsung oleh ayahnya, Amukti Utama, telah mati. Kalah begitu saja di tangan seorang anak muda yang selama ini dia remehkan."I-ini tidak mungkin!" ucap Giriprana, suaranya bergetar. "Ini gila! Ini... ini adalah ilmu bela diri legendaris. Bagaimana... bagaimana bisa kau menguasainya?"Rajendra tidak menjawab. Dia hanya menatap Giriprana. Matanya, yang tadi
Last Updated : 2025-09-14 Read more