Surti menyenggol lengan Nayla pelan, kedua tangannya repot menyeimbangkan dua piring penuh dengan nasi goreng, sosis, roti lapis dan salad. “Ayo, duduk, Nay. Kamu liatin apa sih?” tanyanya, heran.Namun begitu ia mengikuti arah pandangan Nayla, Surti langsung terbelalak. “Itu… Pak Leo sama siapa?” bisiknya, penuh curiga. Dua wanita berpenampilan elegan tengah berdiri di depan Leo, tertawa pelan sambil menutupi mulut, sementara Leo tampak ikut tersenyum ramah.Nayla menggigit bibir bawahnya, dada tiba-tiba tertusuk sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. “Bawain piring aku, Ti. Aku mau ke sana dulu,” ucapnya cepat, menyodorkan piring berisi kue dan pudding ke tangan Surti.“Lho, Nay? Ini aja udah penuh, gimana bawanya—” protes Surti, tapi Nayla tak lagi mendengarkan. Ia sudah melangkah mantap, namun tetap anggun, meski dadanya bergemuruh.Saat mendekat, Leo baru saja menoleh dan hampir membuka mulut untuk memperkenalkan Nayla, tapi suara lembut Nayla memotongnya lebih dulu.“Maaf, permisi,
Last Updated : 2025-10-29 Read more