Home / Romansa / Two Sides Of KIRANA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Two Sides Of KIRANA: Chapter 21 - Chapter 30

45 Chapters

Bab 21 – Ritme dan Rasa Ingin Tahu

Kamis pagi – KantorDua minggu terakhir terasa seperti lompatan besar.Briefing pagi tak lagi kaku, diskusi jadi lebih terbuka, dan… Kirana mulai terbiasa dengan gaya kerja Ares yang tak terduga.Bahkan, tanpa sadar, mereka sering menyelesaikan presentasi dalam waktu singkat.Kirana membuat struktur, Ares menyempurnakan narasinya.Kirana menyimpulkan insight dari data yang ada, Ares menyusun logika konten yang menghidupkan suasana.“Kayak lo bikin kerangka tulang, terus gue kasih daging dan otot biar menarik, karena orang pasti gak tertarik kalau ngeliat tulangnya doang,” celetuk Ares saat mereka sedang mengatur storyboard di ruang kerja.Kirana hanya mengangguk tanpa menoleh. “Gue cuma berharap gak berakhir jadi zombie.”Ares tertawa. “Fair enough.”Siang hari – PantryAres sedang makan siang santai dengan dua rekan kerja: Niko dari tim UI/UX dan Cilla dari brand comm.Obrolan ngalor-ngidul sampai akhirnya menyentuh satu topik…“Eh, lo sekarang sering kerja bareng Kirana ya?” tanya N
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 22 – Jumat Malam Tanpa Panggung

19.36 – Kantor, Ruang ProjectHujan turun pelan. Kantor sudah mulai sepi.Tinggal dua orang yang masih duduk menatap layar masing-masing—Kirana dan Ares.“Klien baru aja balas. Mereka minta revisi tone campaign yang launching minggu depan,” ucap Kirana, menatap layar dengan wajah datar.Ares mengusap wajahnya. “Great timing. Padahal ini waktunya orang normal udah buka sesi wine.”Kirana hanya mengangkat bahu. “Gue biasa kok begini.”Ponselnya tiba-tiba bergetar. Notifikasi grup:“Kirana, jadi dateng gak?”“We’re already at the usual spot!”“Kok belum OTW?”Kirana membaca sekilas. Jemarinya langsung mengetik satu balasan:“Skip.”Lalu ponselnya dimatikan. Disimpan ke dalam tas.Ares yang duduk di seberangnya hanya menatap, satu alis terangkat. Dia mengira itu pasti teman teman Kirana di jumat dan sabtu malam.“Lo ngorbanin Friday night lo buat revisi?”Kirana menatap Ares sejenak. “Gue gak suka half-hearted. Kalau kerja, ya kerja. Kalau main, ya full gas.”Ares tersenyum pelan. “Kayakn
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 23 – Gigs dan Gairah Sabtu

22.41 – Gigs, Jakarta SelatanLampu neon merah muda dan biru berbaur jadi atmosfer elektrik yang tak pernah gagal menarik Kirana kembali.Di panggung kecil, band lokal sedang memainkan versi indie dari lagu RnB populer. Bass-nya dalam. Drum-nya menghentak. Tapi yang paling menyenangkan buat Kirana adalah—tidak ada yang mengenalinya sebagai ‘Kirana Manager Marketing’. Di sini, dia hanya Kirana. Titik.Dia datang bersama tiga temannya. Mereka memesan minuman ringan, duduk di sofa belakang dekat dinding graffiti, lalu larut dalam suara musik dan sorak sorai.Kirana malam ini mengenakan atasan hitam satin, celana palazzo putih, dan boots hitam. Sederhana, tapi cukup mencolok buat orang yang biasa melihatnya pakai blazer dan kemeja kerja.Dia menari pelan, kepala ikut mengangguk-angguk kecil. Senyum di wajahnya tampak lepas. Tak ada presentasi, tak ada data, tak ada revisi. Kali ini hanya momen saat itu tanpa pemikiran yang lain.Di sisi lain – Pintu masuk GigsAres baru masuk, menyesap su
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 24 – Hari Tanpa Nama

Minggu, 09.00 – Apartemen KiranaTak ada alarm. Tak ada notifikasi.Kirana bangun karena cahaya matahari yang menembus tirai. Ia berguling di kasurnya sebentar, menarik selimut kembali, dan membiarkan tubuhnya berdiam.Ini bukan hari untuk jadi produktif.Ini hari untuk… kembali ke titik nol.Setelah beberapa menit terpejam lagi, Kirana akhirnya bangun. Membuat lemon water, menyetel playlist instrumental favoritnya, dan menggulirkan matras yoga ke tengah ruang tamu.Sun salutation.Forward fold.Child pose.Setiap gerakan seperti menghapus suara musik dari Gigs semalam.Menetralkan gelombang emosi, dan mengalirkan kembali napas yang biasanya ia tahan sepanjang minggu.Suasana yang sangat berbanding terbalik dengan dirinya tadi malam. Tapi Kirana tetap dirinya.11.30 – Masih di apartemenHari Minggu Kirana bisa berarti tiga hal: yoga, olahraga, atau tidur.Hari ini dia memilih dua yang pertama.Setelah sesi yoga, dia ganti pakaian dan jogging ringan di taman sekitar apartemen.Tanpa m
last updateLast Updated : 2025-04-19
Read more

Bab 25 – Kembali ke Medan Perang

Senin, 08.53 – KantorKirana datang seperti biasa—tepat waktu, berpakaian rapi, dan membawa aura fokus yang mengintimidasi banyak orang.Blazer abu muda, rambut dicepol, sepatu pantofel hitam mengkilat.Perempuan ini kembali jadi versi terbaik dirinya: dingin, tegas, dan penuh kontrol.Senyumnya tipis tapi cukup untuk membuat tim merasa dihargai.“Pagi. Hari ini kita review presentasi buat klien CX. Pastikan semua insight sudah diperbarui. Kita meeting jam 10.”Tanpa perlu drama atau basa-basi, Kirana langsung masuk ke mode eksekusi.Ruang meeting jadi medan, dan Kirana selalu jadi jenderalnya.Cara diskusinya pas, cara mengapresiasinya pas, cara mengarahkannya pas. Tidak berlebihan dan tidak terkesan tidak dilakukan. Leadershipnya nyaris sempurna.09.47 – Area PantryAres sedang duduk santai, satu tangan menggenggam gelas kopi, tangan lain scrolling layar ponselnya.Melihat Kirana masuk, ia berseru pelan, “Selamat datang, Komandan.” Sambil membetulkan posisi loyo menjadi tegap. Kira
last updateLast Updated : 2025-04-21
Read more

Bab 26 – Data, Deadline, dan Dinamika

Selasa, 09.18 – Ruang kerja divisi strategiSpreadsheet terbuka di dua layar Kirana.Slide presentasi masih setengah jalan. Notion penuh catatan insight. Slack berbunyi tiap dua menit.Kirana duduk tegak, kacamata birunya bertengger di hidung, jari-jari lincah menandai metrik-metrik penting dari hasil survei digital consumer behavior dua bulan terakhir.“Kita butuh lebih dari keyword populer,” gumamnya.Dari sisi meja seberang, Ares mengangkat kepala.“Lo lagi breakdown topik Gen-Z lagi?”“Bukan cuma Gen-Z. Tapi cara mereka ngambil keputusan impulsif, padahal tetap merasa itu based on values.”Ares mendekat, melihat data yang Kirana tampilkan.“Ini survei yang lo minta dari tim research minggu lalu?”Kirana mengangguk. “Gue lihat pola yang sama. Produk yang berhasil bukan cuma karena viral, tapi karena mereka tahu kapan harus sounding value—dan kapan harus diam.” "Dan kebanyakan value mereka ini organik bukan buzzer atau campaign. Sistem community organik ini cukup kuat dan loyal, se
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 28 – Suara Serak dan Tugas Berat

Rabu, 07.14 – Suara Telepon MasukAres yang sedang menyuap roti bakar pagi di apartemennya, sempat kaget melihat nama di layar:Kirana (Kerja)Tumben pagi-pagi banget telepon...batin Ares “Hallo?”Suara di seberang sana pelan. Serak. Lelah.“Res…”Ares langsung duduk tegak hampir panik. “Lo kenapa?”“Gue nggak masuk hari ini. Badan gue panas… kepala berat banget. Tapi ada dua hal penting yang harus lo handle.”Hening sebentar. Ares nggak biasa dengar Kirana dalam kondisi selemah ini. Ada rasa iba di hati Ares. “Lo istirahat dulu. Gue siapin catatannya, kirim semua ke gue.”“Gue udah share di folder 'handover'. Brief-nya juga ada. Tapi kalau lo butuh konfirmasi... gue masih bisa jawab, asal nggak banyak ngomong, sejauh ini gue masih bisa standby chat, kalau respon gue lama telpon aja.”Ares tersenyum kecil, walau Kirana tak bisa lihat. “Aman. Hari ini lo libur ngomong. Gue yang turun.Nanti aman sama gue kok”“Satu lagi…”“Hmm? apa? ”“Jangan improvisasi terlalu jauh. Pegang struktur
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 29 – Sehari Sakit, Esoknya Bangkit

Kamis, 08.40 – Kantor PusatLangkah sepatu Kirana terdengar tenang tapi pasti.Blazer hitam, kemeja putih, dan rambut diikat rapi. Tak ada tanda-tanda sakit kemarin.Saat dia masuk ke ruangannya, beberapa tim refleks menyapa dengan suara pelan:“Kak Kirana… welcome back.”Kirana hanya mengangguk, senyum tipis. “Thanks. Hari ini kita langsung review deliverables ya. Gue udah cek sebagian semalam.”Ares yang baru datang dari pantry, membawa dua gelas kopi, berhenti di ambang pintu ruangan Kirana. Matanya memindai dari ujung kepala ke ujung kaki Kirana.“Gue pikir lo bakal absen dua-tiga hari. Masa sakit cuma sehari."Kirana menerima kopi yang disodorkan Ares tanpa banyak bicara, lalu duduk di kursinya.“Gue bilang gue sakit, bukan sekarat.”Ares terkekeh. “Ini lo kemarin beneran sakit? Kalau bukan suara lo yang serek kemarin gue sih gak percaya. Soalnya hari ini lo kayak... direstart penuh. Seger banget.”“Tidur 14 jam, madu lemon, sama Netflix tiga episode. Manusia cuma butuh dikasih i
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 30 – Jumat, Saat Semua Melambat

Jumat, 09.00 – KantorLangit mendung, tapi suasana kantor terasa ringan.Jumat selalu punya cara sendiri membuat ritme kerja sedikit lebih lembut. Kirana datang lebih siang dari biasanya, namun tetap tepat waktu. Rambut digerai, lipstik nude, dan sneakers putih menggantikan heels yang biasa.Ares yang sedang mengetik cepat di meja sebelah langsung menoleh begitu mendengar langkahnya. Ada sedikit senyum di wajahnya.“Pagi lo kelihatan… damai banget.”Kirana melirik. “Kenapa? Biasanya gue kelihatan kayak petir?”“Kadang kayak badai tropis. Tapi hari ini kayak awan tipis yang nyisain cahaya.”Kirana tertawa kecil. “Poet of the day ya, Res?”Ares hanya mengangkat bahu, sambil menyeruput kopi kalengnya. “Cuma observasi ringan. Hari Jumat emang beda auranya.”10.18 – Ruang BriefingKirana membuka pertemuan dengan nada santai. Suasana terasa cair. Beberapa anggota tim terlihat lebih rileks, mengingat banyak target minggu ini sudah terpenuhi.“Gue pengen hari ini kita rekap aja insight yang u
last updateLast Updated : 2025-04-23
Read more

Bab 31 – Cahaya Redup, Musik Keras, dan Wajah yang Familiar

Jumat, 22.45 – Lantai Dua, Club KarmaTempat itu gelap. Bukan gelap yang muram, tapi gelap yang penuh energi. Cahaya strobo menyapu setiap inci ruang, menciptakan kilatan singkat wajah-wajah yang berpindah, menari, tertawa, melompat.Ares berdiri di balkon atas, gelas minuman dingin di tangan. Bukan mabuk, hanya menemani.Matanya menyisir lantai dansa di bawah. Musik EDM sedang tinggi-tingginya. Beberapa wajah tampak familiar. Tapi satu menarik perhatiannya.Kirana.Bukan Kirana yang duduk di ruang meeting dengan blazer dan spreadsheet.Tapi Kirana dengan tanktop hitam dan rok kulit, rambut tergerai liar, bibirnya merah gelap, dan mata yang seperti menantang malam.Ares tidak langsung yakin karena penampilan Kirana yang selalu 180 derajat berbeda dengan yang dia lihat dikantor, jadi dia perlu meyakinkan diri dua kali bahwa itu memang Kirana yang dia kenal. Tapi cara dia bergerak… caranya tertawa dengan sahabat-sahabatnya… dan senyum miring yang muncul setiap beberapa detik—tidak sala
last updateLast Updated : 2025-04-24
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status