Home / Romansa / Two Sides Of KIRANA / Kabanata 11 - Kabanata 20

Lahat ng Kabanata ng Two Sides Of KIRANA: Kabanata 11 - Kabanata 20

45 Kabanata

Bab 11 – Siluet dalam Keramaian

Sabtu malam.Dan Jakarta terasa lebih liar dari biasanya.Di satu sudut kota, Kirana berdiri di tengah kerumunan dalam club yang penuh lampu strobo dan dentuman musik EDM.Dress hitam ketat tanpa lengan selutut membalut tubuhnya. Bibir merah maroon. High heels mengkilap. Dia terlihat seperti versi yang tak akan dikenali oleh siapa pun dari kantor—termasuk Ares.Setiap Jumat dan Sabtu malam bukan tentang pelarian. Ini tentang kendali. Dimana dia mengendalikan dunianya supaya tidak tercampur, supaya tetap terukur dan berada dalam koridor hidupnya. Dia menari, tertawa, menenggak cukup banyak wine—cukup untuk melepaskan, tapi tidak untuk melupakan batas. Walaupun dirinya hanya berdiri di circle dengan 3 sahabatnya saja, di dunia malam beberapa bartender dan member VIP di beberapa club cukup mengenal paras wanita yang sering terlihat menjaga jarak tersebut. Hingga di satu momen, pandangannya teralihkan.Beberapa meter di depan, di dekat bar… ada sosok laki-laki tinggi, mengenakan kemeja
last updateHuling Na-update : 2025-04-14
Magbasa pa

Bab 12 – Hari Sakral Kirana

Minggu pagi.Apartemen Kirana sunyi. Tak ada suara TV, tak ada notifikasi ponsel. Bahkan dia tak membuka tirai jendela sampai lewat pukul sepuluh. Belum ada tanda tanda kehidupan manusia sampai pukul sepuluh. Hari Minggu untuk Kirana bukan hari untuk jadi produktif.Bukan juga untuk party di kehidupan malamnya.Ini adalah hari kudus versi Kirana—hari untuk diri sendiri, dan hanya diri sendiri.Dia melangkah pelan ke dapur. Membuat teh hijau. Tanpa gula.Pakai mug favorit berwarna ivory, dengan tulisan “Breathe” yang sudah mulai pudar.Hari ini dia memilih yoga.Mood-nya sedang tidak cocok untuk lari atau olahraga high impact. Dia ingin pikirannya tenang, ingin waktu berjalan pelan, dan mendengar tubuhnya bicara.Setelah satu jam yoga ringan dengan instruktur virtual, dan cukup berkeringat, Kirana duduk bersila di balkon. Rambut diikat seadanya, wajah tanpa make-up, hanya mengenakan tank top dan celana pendek ketat. Sinar matahari pagi menjelang siang itu menyentuh kulitnya, dan ang
last updateHuling Na-update : 2025-04-14
Magbasa pa

Bab 13 – Mode Kerja Aktif

Senin pagi.Meja kantor MahendraTech perlahan terisi. Suara keyboard mulai bersahut sahutan. Printer menyala.Dan di ujung ruangan kaca dengan pintu yang masih terbuka. Kirana duduk di kursinya dengan wajah tenang—rambut dicepol rapi, jas kerja berwarna abu-abu muda, bibir dengan warna netral.Weekend sudah ia tutup rapat-rapat.Sekarang saatnya kembali ke versi dirinya yang paling tertata rapi. Ares datang tepat waktu.Sedikit kaget karena Kirana sudah lebih dulu tiba dan tampak sangat siap dan terlihat segar. “Pagi,” sapa Ares sambil tersenyum manis, melewati pintu kaca Kirana, lalu hendak melanjutkan berjalan menaruh laptop dan duduk di mejanya “Morning,” jawab Kirana tanpa menoleh, masih sibuk membuka file laporan.Ares mengangkat alis sedikit. Oke, dia lagi di mode Kirana Kantoran.“Gue udah rekap hasil observasi Bandung,” ucap Kirana sambil menaikan tangan kanannya, matanya tetap ke layar. “Kita bisa presentasiin hari ini ke Pak Damar. Lo tinggal tambahin bagian ‘human behavi
last updateHuling Na-update : 2025-04-14
Magbasa pa

Bab 14 – Perspektif Baru

ini adalah Minggu ketiga mereka telah berkerja bersama. Project yang tadinya hanya satu kini berkembang jadi tiga. Klien suka hasil presentasi mereka di Bandung. TIm R&D dan tim produk suka oleh cara kerja mereka, dari data yang disajikan, pemecahan solusi yang tidak menyulitkan tim teknis dan juga tenggat waktu menyelesaian masalah oleh mereka, Oleh karena itu Dua tim internal lain minta Kirana dan Ares bantu sebagai advisor di project baru—karena kombinasi mereka dianggap efektif: Kirana yang sistematis, Ares yang adaptif. Awalnya Kirana mengira dia akan lelah harus kerja bareng terus dengan Ares. Tapi kenyataannya, justru sebaliknya. Kirana merasa cukup selaras dan dibantu oleh keberadaan Ares. Setiap kali Ares melempar ide out of the box, Kirana awalnya bereaksi skeptis. Karena first impression Ares yang terkesan main main dan menyepelekan. Tapi saat ide yang Ares berikan itu dibedah, sering kali justru… lebih masuk akal. > “Kalau kita pakai sistem loyalitas model spiral in
last updateHuling Na-update : 2025-04-16
Magbasa pa

Bab 15 – Magnet Sosial Bernama Ares

Hari Rabu, jam 15.20 – Ruang kerja tim projectKirana sedang mengutak-atik presentasi visual untuk klien. Matanya fokus ke layar, dahi sedikit berkerut. Ia ingin hasil yang presisi, tajam, dan langsung to the point. Tapi slide itu masih terasa... datar.Sampai tiba-tiba Ares duduk di sampingnya, membawa segelas kopi. “Lo butuh warna,” katanya tanpa basa-basi. Kirana melirik. “Warnanya udah cukup kok.” “Bukan warna visual. Tapi warna cerita,” jawab Ares sambil melihat slide. “Lo punya data, insight, dan solusi. Tapi nggak ada hook-nya. Orang perlu ngeh dulu, baru peduli.”Kirana membuka sedikit mulutnya, lalu menutup lagi. Kesal karena dia tahu Ares benar. “Gue bisa bantuin copy-nya. Biar tone-nya nggak kaku banget,” lanjut Ares, dengan ekspresi santai. “Lo bagian otaknya, gue bagian lidahnya.” “Lidah?” “Lo ngerti maksud gue, kan.” Dan Kirana, walau malas mengakuinya, tertawa kecil. --- Beberapa hari kemudian – Kantin kantorKirana melihat Ares duduk di tengah kerumunan tim l
last updateHuling Na-update : 2025-04-16
Magbasa pa

Bab 16 – Kirana yang Berbeda

Jumat malam.Lampu neon menyala di langit Jakarta. Musik berdentum. Asap tipis dari rokok dan parfum mahal bercampur di udara.Di sebuah bar semi-lounge bernama Tracker, Ares baru saja masuk bersama dua temannya dari circle luar kantor. Tempat itu tidak terlalu ramai, tapi cukup hidup. Musiknya deep house. Bartender-nya cekatan. Suasananya mahal, tapi tak terlalu mencolok.Ares sedang memesan minuman ketika matanya terpaku pada satu sosok perempuan di ujung bar.Seorang perempuan dengan dress hitam satin, rambut diurai, high heels silver, dan gelak tawa yang… terdengar sangat familiar.Ares mengerutkan dahi. Menajamkan matanya. Kirana?Tidak. Nggak mungkin. batin Ares dalam hati menyadari apa yang dia lihat.Dia bahkan tidak yakin. Posisi saat itu dari sudut kadang belakang yang terlihat jelas adalah kuping kiri Kirana. Cahaya lampu malam membuat semua orang terlihat berbeda. Tapi cara dia melempar rambut ke belakang, cara dia bicara dengan gestur tegas—itu Kirana banget. Wajahnya m
last updateHuling Na-update : 2025-04-16
Magbasa pa

Bab 17 Malam Kedua

Sabtu malam. Tempat berbeda. Suasana berbeda.Sebuah rooftop lounge di daerah Senopati. Musiknya lebih pelan dari semalam. Jazz elektronik mengisi udara, bercampur dengan angin malam Jakarta.Kirana duduk dengan dua sahabat perempuannya. Kali ini dia mengenakan dress merah wine—lengan panjang, tapi terbuka keseluruhan di bagian punggung. Rambutnya dikepang separuh, riasan wajahnya hangat dan memikat.Dia terlihat nyaman. Tidak menari. Hanya duduk santai, sesekali tertawa pelan dan menyesap mocktail-nya.Ares datang terlambat malam itu. Dia tidak tahu Kirana akan ada di tempat ini. Dia hanya ingin menikmati malamnya. Namun takdir berkata lainBegitu matanya menangkap sosok perempuan itu…Dia tahu. Lagi-lagi, itu dia.---Ares memilih duduk di area samping.Tempatnya cukup tersembunyi, tapi cukup jelas untuk melihat Kirana dari kejauhan.Dia tidak datang untuk menyelidiki. Tapi semesta seolah menempatkannya lagi-lagi dalam posisi sebagai penonton diam.Dan ia tidak bisa menyangkal bahwa
last updateHuling Na-update : 2025-04-19
Magbasa pa

Bab 18 - Mata yang Berbeda

Senin pagi – KantorKirana datang seperti biasa. Rambut diikat rapi, blazer netral, wajah tanpa ekspresi.Tidak ada sisa-sisa jejak Sabtu malam di matanya. Tidak ada mata panda atau mata beler. Setidaknya tidak terlihat… oleh orang biasa.Tapi Ares bukan lagi orang biasa.Buat dia, Kirana sekarang seperti lapisan baru yang belum selesai dibuka.Dari caranya menyusun to-do list di papan kerja bersama,dari cara dia merapikan kabel laptop sebelum meeting,dari suara pelan saat menyapa OB kantor yang lewat…Hari ini tidak ada yang terlewat di perhatikan oleh Ares, entah kenapa semuanya terlihat menarik.Semua itu jadi terasa beda. Lebih halus. Lebih penuh makna.Ares hanya mengamati. Diam. Tapi kali ini dia tidak sekadar mengamati karena kerjaan.> "Dia kayak puzzle... yang makin lo deketin, makin lo sadar kalau potongannya nggak sesimpel itu dan makin lo tau setiap potongannya makin lo mau nyelesein puzzelnya."Ares menghela nafas berkali kali, kesabarannya, keingintahuan, emosionalnya
last updateHuling Na-update : 2025-04-19
Magbasa pa

Baba 19 - Gesekan

Selasa siang – Ruang ProjectDeadline project retention campaign semakin dekat. Tim sedang menyusun struktur konten dan strategi aktivasi digital. Kirana mengetuai tim, sementara Ares bertugas sebagai pengarah storytelling dan user behavior supaya sejalan dengan survey keinginan lapangan. Tapi hari ini… suasana tidak mulus. Ada tanda tanda gesekan akan terjadi.“Yang kamu masukin di storyboard ini, terlalu dramatis. Ini user data-driven project, bukan iklan shampoo,” ucap Kirana dengan nada dingin, matanya menatap tajam ke proyektor. Protes Kirana di dengar tim strategy yang saat itu ikut dalam meeting.Ares menyilangkan tangan sambil menjawab. “Kalau lo cuma mau bikin slide berdasarkan angka dan insight mentah, orang nggak bakal ingat pesannya.”“Kita kerja buat klien fintech, bukan brand lifestyle, Res. Konteksnya beda.”“Gue tau. Tapi itu justru kenapa harus dibuat hidup. Kita bisa pintar dan tetap nyentuh, mereka kadang menentukan pilihan bukan cuma dari segi administrasi aja tap
last updateHuling Na-update : 2025-04-19
Magbasa pa

Bab 20 - Dua Jalan, Satu Tujuan

Rabu pagi – War Room KantorKirana memulai meeting lebih tenang dari kemarin. Tidak ada sisa ketegangan yang kemarin, tapi suasananya tetap serius.Slide pertama muncul di layar: “Option A – Data Structured Flow.”Itu milik Kirana.Terstruktur, rapi, penuh insight hasil observasi dan segmentasi user.Slide kedua: “Option B – Emotional Trigger Flow.”Itu milik Ares.Mengutamakan narasi storytelling dan respons emosional audiens berdasarkan behavior pattern.“Gue tahu kita kemarin agak beda arah,” ucap Kirana saat membuka meeting. “Tapi itu bukan berarti salah satu harus dibuang. Gue mau kita serahin ini ke tim produk dan marketing—karena ujung-ujungnya, mereka yang bakal aktif bawa ini ke market.”Ares diam. Tapi ada gerakan kecil di rahangnya. Ia tidak menyangka Kirana akan memilih cara ini. Dia kira Kirana akan menyingkirkan miliknya. Buat Ares itu cukup fair dan dia merasa dihargai.“Gue udah siapin summary poin plus dan minus dari dua pendekatan ini,” lanjut Kirana sambil menyalaka
last updateHuling Na-update : 2025-04-19
Magbasa pa
PREV
12345
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status