Home / Romansa / Two Sides Of KIRANA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Two Sides Of KIRANA: Chapter 1 - Chapter 10

45 Chapters

Bab 1 - Asisten Baru yang Menyebalkan

Senin 08:30 Pagi ini seharusnya berjalan biasa. Kirana sudah tiba di kantor jam delapan kurang lima, seperti biasa. Dengan kopi hitam tanpa gula di tangan, blazer rapih, dan rambut digerai sebahu. Dia tipe perempuan yang tak pernah datang terlambat, bahkan saat hujan badai. Tapi hari ini… mood-nya rusak. Bukan karena tumpukan pekerjaan. Tapi karena HR baru saja mengirim email—mengabarkan bahwa ia akan kedatangan asisten manajer baru. Kirana menghela napas panjang. Kenapa baru dikabarin sekarang sih? Apalagi yang dia tahu anak baru ini adalah anak komisaris perusahaan. Tentu saja Kirana keberatan jika ada timnya yang malah hanya menjadi beban bagi divisi. Ia baru saja akan mengangkat cangkir kopinya saat pintu ruangannya diketuk. Tok tok tok. "Permisi bu Manager " ucap Ares “Masuk,” sahutnya singkat, sambil tetap menatap layar laptop. Pintu terbuka pelan. Dan saat suara itu terdengar, Kirana langsung menoleh. “Pagi, Bu Manager. Saya Ares Mahadewa, asisten manajer yang katanya
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more

Bab 2 - Hari Pertama dan Tim yang Kaku

Setelah sesi 'wawancara singkat' dengan Kirana yang terasa lebih seperti interogasi militer, Ares akhirnya keluar dari ruangan dengan santai. Dia sempat melirik Kirana sebelum menutup pintu.Senyumnya masih sama: menggoda, menyebalkan, dan penuh rahasia.Sementara itu, Kirana hanya bisa menghembuskan napas panjang.Seharusnya Areas adalah lulusan luar yang cukup punya pengalaman, tapi kenapa tingkah lakunya seperti fresh graduate yang belum tau cara bersikap. Kenapa dia harus semenyebalkan itu, sih?Beberapa menit kemudian, Kirana keluar dari ruangannya dan langsung menuju ruang kerja tim yang terdiri dari 33 orang. Di sana, beberapa staf sedang mengetik serius, sebagian lagi sibuk berdiskusi pelan.Kirana berdiri di tengah ruangan. Hendak memperkenalkan Ares sebagai tim barunya. “Morning, semuanya. Perhatian sebentar saya mau kenalin anggota baru di tim kita.”Ares masuk tepat setelah itu, berdiri di samping Kirana. Posturnya tinggi, wajahnya terlalu mencolok untuk tidak diperhatika
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 3 – Mendengar

Hari pertama belum berakhir, tapi Ares sudah merasa seperti lagi main catur. Lawannya? Seorang manajer dingin bernama Kirana Larasati yang bahkan belum mau tersenyum sejak tadi pagi.Baru kali ini Ares sulit membuat lawan bicaranya tersenyum, dari history Ares dia sangat mudah membuat lawan bicaranya cair atau tersenyum apalagi jika itu seorang mahluk bernama wanita. Setelah perkenalan dengan tim selesai, Kirana langsung mengajaknya ke ruang meeting kecil di sebelah ruang kerjanya. “Duduk,” ucap Kirana tanpa basa-basi. Ares duduk dengan santai, lalu membuka buku catatannya—yang sebenarnya kosong. Ia lebih suka mengingat daripada menulis. Tapi demi atasan perfeksionis ini, dia pura-pura siap mencatat. Dia tidak mau terlihat seperti bermain-main, walaupun dia tau dia punya ingatan yang baik tanpa menulis. Kirana berdiri di depan layar presentasi kecil dan mulai menjelaskan dengan pointer di tangannya. “Jadi gini. Divisi kita megang strategic growth—artinya semua hal yang berkait
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 4 – Lembur dan Penilaian Baru

Jam sudah menunjukkan pukul 20:35. Kantor mulai sepi. Beberapa lampu lantai bawah sudah dimatikan. Tapi di lantai delapan, ruang kerja divisi strategi masih terang. Hanya dua orang yang tersisa.Kirana dan Ares.Ares sedang duduk di depan dua layar monitor, men-scroll data panjang berisi perilaku pengguna aplikasi e-commerce milik perusahaan. Matanya fokus, tangan kirinya sesekali mencatat di iPad kecil yang selalu dia bawa.Kirana berdiri di sebelahnya sambil memegang mug kopi kedua malam itu.“Segmen 25–34 paling aktif buka aplikasi jam 9–11 malam. Tapi yang klik konten edukasi justru usia 30 ke atas. Kamu lihat juga?” tanya Kirana.Ares mengangguk. “Iya. Gue juga nemu anomali di sini,” ujarnya sambil menunjuk grafik. “Konten video pendek durasinya paling sering di-skip setelah 15 detik. Tapi yang bentuk artikel dibaca sampai habis, malah lebih disukai.”Kirana menaikkan alis. “Berarti orang-orang ini bukan cari hiburan. Mereka beneran mau belajar.”Ares melirik Kirana. “Mungkin mer
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 5 – Panggung Milik Si Pendatang Baru

Ruang presentasi dipenuhi belasan orang dari Divisi Produk dan Tim R&D. Beberapa wajah familiar buat Kirana, beberapa lainnya lebih baru. Tapi yang jelas, semua mata langsung menoleh saat ia masuk… bersama Ares. Sekilas mereka terlihat seperti dua pribadi yang saling melengkapi.Kirana tampil seperti biasa—blazer hitam, tatanan rambut rapi, clipboard di tangan. Profesional, tegas, dingin.Sementara Ares… datang dengan kemeja biru langit yang dilipat hingga siku dan celana bahan yang terlalu pas. Terlalu santai. Tapi entah kenapa, tetap memikat dan terkesan modis.“Lo beneran yakin mau presentasiin bagian lo?” bisik Kirana sebelum mereka maju ke depan ruangan.Ares mengangguk sambil tersenyum santai. “Gue bukan cuma ganteng, Kir. Gue juga bisa mikir.”Kirana menghela napas panjang. “Tidak perlu saya peringatkan berkali-kali untuk tidak memanggil saya Kir di depan orang.”Ares menyeringai. “Noted... Bu Kirana.”Mereka maju ke depan.Kirana membuka presentasi seperti biasa—to the point,
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 6 – Mungkin Salah Menilai

Satu jam setelah presentasi, Kirana duduk di meja kerjanya sambil mengetuk-ngetukkan pulpen ke clipboard. Layar laptop menyala, tapi fokusnya entah ke mana.Slide presentasi Ares tadi masih terbayang jelas di kepalanya.Data rapi. Insight tajam. Komunikatif. Bahkan cara menyampaikan idenya bisa bikin orang yang paling skeptis sekalipun... tertarik.Dan Kirana paling sulit mengakui satu hal:Dia sudah salah menilai Ares dari awal.Dia pikir cowok itu cuma titipan—anak komisaris yang diselipkan ke perusahaan sebagai formalitas. Modal tampang, gaya sok santai, dan sikap sok asik yang bikin dia ilfeel dari awal.Ternyata?Ares bukan cuma ngerti kerjaan. Dia lebih dari cukup. untuk melihat celah dan mengkomunikasikannya dengan benar dan menarik. Kirana menghela napas panjang. Cuma memang kekurangannya cuma satu, sikap dan tindakan dia yang terus menerus sok akrab dan mencoba friendly. Seolah menjawab pikirannya, suara khas itu muncul di balik sekat meja.“Bu Manager cantik... boleh ngaja
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 7 – Satu Kota, Dua Dunia

Tiga hari setelah presentasi sukses mereka, Kirana menerima email dari divisi pusat:“Observasi lapangan untuk Proyek Sigma – Kota Bandung, 3 hari, mulai Jumat Ini. Delegasi: Kirana & Ares.”Kirana hanya bisa menatap layar dengan ekspresi setengah jengah.Out of town. Bareng Ares. Tiga hari.Please…Dan benar saja.“Akhirnya short trip juga bareng lo, Bu Manager,” ujar Ares dengan gaya sok santai sambil menyandarkan tubuh di dinding ruang kerjanya.Kirana melirik tajam. “Kita kerja ya. Bukan liburan.”“Kerjaannya kan cuma observasi user. Wawancara. Jalan-jalan dikit pasti boleh dong.”“Gue nggak ikut jalan. Lo aja.”Ares hanya tertawa kecil. “Yakin lo bisa tahan tiga hari bareng gue?”Hari pertama, Bandung – sore hari.Jumat siang Kirana dan Ares tiba di hotel yang sudah disiapkan perusahaan—lokasinya strategis, dekat area coworking dan komunitas profesional muda yang jadi target riset mereka. Kamar dipisah, tentu saja, tapi tetap lantai yang sama.Malam pertama, mereka harus menghadi
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 8 – Atap dan Angin Malam

Udara malam Bandung selalu punya cara sendiri untuk membuat orang ingin diam lebih lama.Jam sudah menunjukkan pukul 22:47 saat Kirana berdiri sendirian di balkon kamarnya, memandang lampu-lampu kota dari lantai tujuh hotel. Suasana tenang, tapi pikirannya tidak.Hari itu terlalu... lancar. Dan entah kenapa, dia merasa nyaman dan cocok kerja bareng Ares. Dan itu justru membuatnya tidak nyaman.Apa mungkin gue terlalu keras menilai orang?Apa gue mulai terbiasa sama kehadiran dia?Dia tidak suka pertanyaan-pertanyaan itu.Ponselnya berbunyi.Ares:“Lagi gak tidur? Ke rooftop yuk. Mau ngobrol aja, sumpah.”Kirana sempat menimbang. Tapi akhirnya ia mengambil cardigan dan keluar dari kamar. Entah kenapa... dia merasa perlu ke atas.Rooftop Hotel – 23:03Tempat itu sepi. Hanya ada beberapa kursi santai dan suara angin malam. Ares duduk di pojokan, dengan kopi kaleng di tangan dan earphone tergantung di leher.Saat Kirana muncul, dia hanya tersenyum singkat dan mengangkat alis. “Gue kira lo
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 9 – Observasi Bukan Sekadar Mengamati

Pagi di Bandung terasa lebih sibuk dari biasanya. Jalanan padat, coffee shop penuh, dan coworking space yang jadi tujuan utama mereka hari ini sudah ramai bahkan sebelum jam sembilan.Kirana datang lebih dulu. Seperti biasa.Ia duduk di pojok ruangan, membuka laptop dan menyiapkan daftar pertanyaan untuk sesi wawancara hari ini. Rambutnya dikuncir setengah, wajah tanpa makeup berlebihan, tapi tetap rapi dan fokus.Ares muncul sepuluh menit kemudian. Dengan dua kopi di tangan—lagi.“Latte atau cappuccino?” tanyanya sambil duduk.“Gue kira lo gak bakal bawa,” sahut Kirana.“Gue bukan tipe yang ngulang kesalahan baik,” jawab Ares sambil menyerahkan latte ke Kirana. “Cappuccino gue.”Kirana hanya mengangguk, lalu kembali fokus ke layar. Tapi matanya sempat melirik Ares sebentar—cowok itu sedang serius membaca brief, menggaris bawahi catatan dengan stabilo warna kuning.Dia nggak cuma gaya doang, ternyata...Sesi Wawancara Pertama – Jam 09.30User pertama mereka adalah CEO startup kreatif
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more

Bab 10 – Kembali ke Dunia Masing-Masing

Event komunitas malam itu berlangsung hangat dan santai. Diadakan di sebuah kafe artsy dengan suasana setengah gelap, penuh obrolan ide, gelas-gelas mocktail, dan playlist indie yang tak terlalu mengganggu.Ares datang sendiri. Kirana memilih kembali ke hotel, pura-pura lelah—padahal sebenarnya ingin tahu. Dan seperti yang ia duga, Ares jadi pusat perhatian. Cara dia ngobrol, gesture tubuhnya, cara tertawa… membuatnya dengan mudah disukai semua orang.Beberapa kali Kirana membuka Instagram dan menemukan stories dari event itu. Muncul wajah Ares. Lagi berbincang, tersenyum, kadang bersulang dengan air mineral di tangannya.Kok lo bisa segampang itu masuk ke mana aja, sih? pikir Kirana.Tapi ia segera mengalihkan pandangan.Dia nggak mau peduli. Atau… berusaha untuk nggak peduli. Walaupun sebetulnya dia mulai cukup kagum dengan social skillnya atau mungkin sedikit terganggu. Dua hari kemudian – Jakarta, Jumat soreKirana kembali ke apartemennya, menghempaskan tubuh ke sofa sambil membu
last updateLast Updated : 2025-04-14
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status