All Chapters of Derita Istri yang Difitnah Mandul: Chapter 131 - Chapter 140

Masalah rumah tangga Bima dan Intan semakin pelik. Semakin ingin diperbaiki, hubungan mereka justru semakin berjarak. Belum selesai masalah lama, muncul masalah baru. Di saat Bima berusaha mempercayai Intan, istrinya itu justru bersikap yang membuat kecurigaannya menjadi. Dan kini sikap Intan berubah padanya. Cenderung cuek dan sering menghindar. Di satu sisi, Mira, terus mengompori pikiran Bima, mengatakan bahwa sudah seharusnya Bima melepaskan Intan, lalu menikahi perempuan pilihannya, Maya. Dia memang kecewa dengan sikap Intan yang sudah membohonginya. Namun, bukan berarti dia mau menceraikan istrinya begitu saja. Bima merasa berat untuk melepaskan perempuan sebaik Intan. Dilema itu membuat pikirannya tertekan. Apalagi hubungannya dengan Intan pun makin jauh dan sulit untuk diajak kompromi. Sampai malam itu, Bima melakukan hal yang mungkin akan membuatnya menyesal dikemudian hari. Malam itu, Bima masuk ke kamar. Intan yang sedang sibuk dengan ponselnya menoleh melihat suaminya

Pagi itu, Intan melihat toko ibunya ramai pengunjung yang makan. Dalam hati dia bersyukur usaha ibunya makin hari makin sukses. Ibunya bahkan juga memperkerjakan beberapa karyawan untuk membantunya. Intan berjalan memasuki toko itu. Ibunya tengah sibuk menghitung uang di kasir ketika dia mendekat. Intan mengedar pandang pada pengunjung yang memenuhi meja-meja itu. Suara orang bercakap-cakap dan tawa terdengar riuh. Intan punya maksud datang ke sini, tapi melihat toko ibunya yang ramai rasanya ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. "Eh, Intan, sejak kapan kamu ke sini?" tegur Risma yang baru menyadari kehadiran anaknya. Intan tersenyum lalu duduk di salah satu kursi yang ada di dekat kasir, satu-satunya meja yang kosong dari pengunjung. "Baru aja, Bu." "Kamu mau makan apa?" tanya ibunya. "Nggak usah, Bu, tadi aku udah makan sebelum ke sini, masih kenyang." "Makan di mana?" "Di luar." Risma mengangguk-angguk, lalu duduk di dekat anaknya. Dia melihat dari wa

Semenjak kejadian malam itu, Intan dan Bima benar-benar pisah ranjang. Intan tidur di kamar sementara Bima tidur di kamar lain, kadang pula hanya tidur di sofa ruang tamu. Mira yang melihat kerenggangan rumah tangga anaknya pun memanfaatkan situasi itu. Dia tak berhenti bertanya kapan Bima akan menceraikan Intan. Bima sebenarnya masih berat untuk menceraikan Intan. Namun, dia tak kuasa berdebat dengan ibunya hingga dia mengatakan tak lama lagi dia akan menceraikan Intan. Sesungguhnya Bima hanya berpura-pura ingin menceraikan Intan. Namun, Intan yang mengetahui Bima akan menceraikan dirinya merasa sangat kecewa. Dia pikir Bima benar-benar menceraikannya. Wanita itu tidak ingin jika rumah tangganya hancur hanya karena fitnah yang tidak dia lakukan. Tentu saja Intan tidak tinggal diam. Tak kuasa berlama-lama menunggu keputusan Bima yang entah kapan akan menceraikan Intan, Mira meminta untuk Bima melakukan PDKT dengan Maya. Bima sebenarnya tak setuju, tapi seperti yang dikatakan Intan

Hari-hari terus berlalu. Keadaannya masih sama. Hubungan Bima dan Intan kian hari kian berjarak. Selama itu mereka tidur pisah kamar. Intan melihat hubungan Bima dan Maya pun makin akrab. Mira semakin jadi menjodohkan mereka. Intan merasa rumah tangganya sudah sangat sulit untuk diperbaiki. Sampai suatu hari, Intan mendapati sebuah kejadian yang membuatnya benar-benar putus asa. Waktu itu dia baru saja pulang dari pasar. Dia masuk tidak lewat pintu depan, melainkan pintu samping yang langsung menuju dapur. Baru selangkah Intan masuk ke sana, dia terkejut dengan pemandangan di depan mata. Dia melihat tubuh suaminya yang sedang membelakanginya kini sedang berpelukan dengan seorang wanita, bahkan mereka tampak sedang ... berciuman. Sejumlah kantong belanjaan di tangan Intan seketika terempas ke lantai, beberapa buah-buahan dalam kantong itu keluar dan menggelinding di lantai. Bersamaan dengan Intan yang mengucap istighfar. Mendengar suara itu, Bima spontan menoleh ke arah Intan. B

"Sebaiknya kita nggak usah keliatan terlalu dekat deh, Kak Bima. Aku nggak mau lagi bikin kekacauan dan Kak Intan jadi makin salah paham." Maya mengungkapkan keresahannya pada Bima kala mereka sudah duduk di mobil. Sebenarnya Bima ingin mengantar Maya pulang, tapi tiba-tiba Maya mengajaknya bicara. Bima menatap Maya. "Gimana kita bisa jalanin rencana kita kalau kita nggak terlihat dekat. Yang ada nanti Mama curiga juga."Maya terdiam. "Soal Intan, lagian dia udah telanjur lihat dan pasti sekarang dia udah telanjur sakit hati. Semuanya udah telanjur. Jadi apa lagi yang mau disesali? Tinggal terusin aja. Kalau kamu nggak mau bikin Intan sakit hati terlalu lama, kita harus segera selesaikan masalah ini secepatnya." Penjelasan Bima yang panjang lebar itu membuat Maya bungkam. Bima lagi-lagi benar dan dia tidak bisa berkata apa pun lagi. Maya memberanikan diri memegang tangan Bima. Membuat Bima menoleh ke arahnya. "Aku turut prihatin, ya, sama kondisi rumah tangga Kak Bima dan Kak Int