All Chapters of Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel: Chapter 311 - Chapter 320

Matanya menatap dinding yang kosong. Di sana dia membayangkan wajah Peter Davis dengan senyum tenang yang sangat dibencinya. Dokter muda itu telah merebut segalanya.Pasien-pasien kaya yang dulu menganggapnya dewa kini memandangnya sebagai penipu rendahan. Media yang dulu menulis artikelnya sebagai keajaiban medis kini menjadikannya bahan tertawaan.Yang paling menyakitkan adalah kehilangan rasa hormat dari murid-murid yang selama bertahun-tahun mengikuti ajarannya.Mereka kini menyadari bahwa selama ini hanya dibohongi oleh pertunjukan teatrikal yang dikemas dengan istilah-istilah spiritual yang kedengaran hebat.Bunyi kunci berputar di pintu sel membuat Gerry berhenti mondar-mandir. Dia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah dua belas malam.Ini bukan waktu normal untuk kunjungan atau pemeriksaan rutin. Bahkan waktu makan malam sudah lewat sejam yang lalu.Pintu besi tebal terbuka dengan bunyi berderit. Seorang sipir berperawakan sedang melangkah masuk dengan gerakan ha

Klinik Pengobatan Tradisional Sehat Sejahtera di Jalan Melati nomor delapan puluh delapan sudah tidak lagi terlihat seperti fasilitas kesehatan sederhana.Bangunan tiga lantai dengan fasad kaca modern berkilau di bawah sinar matahari pagi, mencerminkan kemegahan yang didanai secara diam-diam oleh Grup Steel milik Sandra.Antrean pasien membentang hingga ke trotoar, campuran antara pekerja kantoran berjas rapi dan ibu-ibu rumah tangga yang membawa anak balita.Lani, resepsionis muda berambut dikuncir rapi, sibuk mengatur nomor antrean dengan gerakan cekatan. Wajahnya yang bulat dan ramah selalu tersenyum meski keringat tipis mengalir di pelipisnya karena kesibukan.Di belakangnya, Pak Wong dengan kemeja putih bersih sedang menyiapkan ramuan herbal dalam botol-botol kaca kecil yang berjejer rapi di rak kayu mahoni.Suster Mira, wanita paruh baya dengan rambut pendek berwarna abu-abu, melangkah keluar dari ruang praktik utama sambil membawa berkas rekam medis.Langkahnya mantap tapi hati

Bu Karina mendekati mereka dengan langkah hati-hati. Wajahnya pucat dan tangannya sedikit gemetar saat menyerahkan selembar foto pada Peter."Ini foto penyelarasan yang dilakukan tiga hari lalu. Samuel mengatakan tabib yang dia bawa adalah ahli spiritual terkenal dari Tibet."Peter mengambil foto itu dan memandangnya dengan seksama. Dalam foto terlihat seorang pria berjanggut panjang sedang memasang sesuatu di dinding ruang tamu.Pria itu mengenakan jubah cokelat dan topi khas Tibet. Meski foto diambil dari jarak jauh, Peter bisa mengenali wajah itu dengan jelas.Gerry Romero.Rahang Peter mengeras sedikit, satu-satunya tanda bahwa dia mengenali orang dalam foto itu. Pria yang seharusnya masih berada di penjara kini berkeliaran bebas dan menyebarkan masalah baru."Di mana tabib ini memasang jimat atau benda penyelarasan?" Peter bertanya sambil mengembalikan foto itu.Samuel menunjuk ke dinding timur ruang tamu. Di sana terpasang lukisan burung bangau berukuran besar dengan bingkai kay

"Jimmy, pastikan tidak ada orang yang keluar masuk rumah setelah jam sepuluh malam. Matikan semua lampu kecuali lampu gantung di ruang tamu ini. Sediakan baskom berisi air garam laut dan tali merah sepanjang dua meter.""Anda akan mengatasi hantu itu sendirian?" Jimmy bertanya dengan nada khawatir."Hantu yang terikat jimat pemanggil hanya bisa diatasi oleh satu orang. Kehadiran orang lain akan membuat dia semakin agresif dan berbahaya."Jimmy dan Samuel mengangguk dengan wajah yang masih pucat. Mereka sudah terlalu jauh terlibat dalam masalah ini untuk mundur sekarang. Satu-satunya harapan mereka adalah kemampuan misterius dokter muda di hadapan mereka.Peter menatap jam tangan di pergelangan tangannya. Pukul tiga sore. Masih ada sembilan jam sebelum momen yang tepat untuk menghadapi hantu itu. Dia perlu mempersiapkan diri dengan meditasi dan mengumpulkan energi spiritual yang dibutuhkan."Saya akan kembali jam sebelas malam. Pastikan semua persiapan sudah selesai sebelum saya tiba."

Hujan rintik mulai membasahi jalan-jalan Kota Wada menjelang pukul tiga pagi. Di sebuah kediaman sewa berlantai dua di kawasan Tanjung Priok, Gerry Romero terbangun dengan tubuh berkeringat dingin.Pria berjanggut panjang itu bangkit dari kasur tipis sambil memegang dadanya yang berdebar tidak karuan. Tubuhnya gemetar hebat, seolah separuh jiwanya baru saja tercabut paksa dari tempat yang jauh."Tidak mungkin," Gerry bergumam sambil menatap telapak tangannya yang bergetar. "Piaraan itu seharusnya tidak bisa dikalahkan."Dia merasakan kehampaan yang mengerikan di dalam tubuhnya. Energi spiritual yang selama ini mengalir dari jimat pemanggil di mansion Tanuwijaya kini lenyap tanpa bekas. Ikatan dengan hantu perempuan yang sudah dia pelihara selama berbulan-bulan putus begitu saja.Gerry berjalan tertatih ke jendela kecil yang menghadap ke utara. Matanya yang merah karena kurang tidur menatap ke arah kawasan elite Menteng Heights dengan tatapan penuh dendam. Di suatu tempat di sana, sese