Semua Bab Cinta Dingin Tuan Besar : Bab 31 - Bab 40

"Bukan adik kandung? Aku nggak ngerti?!” Jodhy menatap wajah gadisnya dengan dalam.Sejenak Marla menghela nafasnya, dia akan sedikit kesulitan bercerita dengan sesak didada yang masih dia rasakan."Aku hanya anak adopsi Jod!" kata Marla lebih lanjut."Anak adopsi, maksudnya?" Jodhy mengerutkan keningnya saat mendengar pengakuan dari Marla."Aku dibesarkan di panti asuhan, hampir dua tahun ini aku diadopsi mereka. Dan setelah tadi pagi aku menyadari juga mendengar langsung dari Nenek memang sudah merencanakan-Nya dari awal. Nenek memang memilihku untuk di dinikahi oleh kakak—ku."Aku tertunduk karena sedikit malu menceritakan asal usulku pada Jodhy dan di mata ayah Jodhy yang baru saja dikenalnya."Kamu besar di panti?" Papa Jodhy menyela bicara, ia tampak teringat dengan sesuatu, begitu pun dengan Jodhy yang mendengar kisahku."Iya … Om, Aku ini hanya anak yang dibuang oleh kedua orang tuaku dan aku anak yang nggak pernah mereka inginkan," jelas sekali Marla terluka saat dia

Sejauh apapun gadis itu berlari dan menghindar. Mereka tetap berhasil menangkap dan membawanya pulang.Richard menarik tangan gadis itu dengan kasar dan memaksanya ikut.Ascar lega saat melihat kepulangan gadis itu. Setidaknya dia ditemukan dalam kondisi baik-baik saja setelah tiga bulan pencarian.Meski dadanya bergemuruh dan hatinya pedih saat melihat kakaknya bersikap kasar. Dia tidak bisa berbuat banyak. Ascar tidak berhak ikut campur.Richard menarik gadis itu masuk hingga kamar neneknya. Seketika tubuhnya langsung dihempaskan hingga dia tersungkur dan bersujud.Marla dikejutkan dengan sosok neneknya yang duduk di kursi roda. Pandangan matanya kosong, sayu, putus asa dan sedih. Tidak terlihat semangat untuk menjalani hidupnya.Neneknya terlihat rapuh."Lihatlah ulahmu!" hardik Richard dengan amarah yang sudah tertahan berbulan-bulan.Seluruh tubuh gadis itu bergetar. Dia mendekati neneknya perlahan. Wajahnya pucat. Tanpa kuasa gadis itu meneteskan air matanya."Apa kau tau? Berbu

Sudah dipastikan dengan kehadiran Marla, dia diharuskan menghibur para tamu dengan permainan pianonya. Yang tidak Marla ketahui, Jodhy beserta keluarga juga merupakan salah satu undangan. Ternyata undangan yang Julie berikan saat itu adalah undangan untuk datang ke pesta ini.Julie yang terus menggandeng tangan Jodhy ketika keluarga mereka sampai. Tidak akan melepaskan Jodhy sedikitpun. Dipepet terus tidak boleh lepas.Master of ceremony acara sudah melirik kehadiran Marla dan langsung meminta gadis itu naik ke panggung. Memainkan satu lagu tentunya. Sudah dipastikan tidak akan bisa dihindari lagi oleh Marla dan para tamu yang sudah sangat mengetahui keahlian gadis itu bermain piano.Pasti itu menjadi kebanggaan Richard dan seluruh keluarga besar Austin karena sudah memilikinya. Richard membawanya ke arah panggung dan diikuti nenek, Ascar, madan Ester yang berada di belakangnya.Suara tepuk tangan bergema. Kebanyakan orang sudah mengerubungi panggung untuk memberikan jalan dan menyak

Tanpa mendengarkan perkataan nenek, gadis itu masih sibuk mondar—mandir ke bawah untuk mengambil tempat untuk mengelap tubuh Erika. Marla ingin memastikan wajah dan tubuh temannya dibersihkan dengan baik.Sambil mengelap dan memeriksa kondisi luka di tubuhnya. Marla terus sesegukan menangis. Pakaian yang dikenakan tidak layak. Seperti pakaian pengemis. Sobekan dimana—mana dan bau yang benar—benar ingin membuat Marla muntah.Marla harus melepaskan dengan segera dan menggantikannya dengan yang paling baik.Richard dan Ascar yang cemas dengan sikapku pasti tidak akan membiarkan, mereka tetap di samping gadis itu. Memperhatikan saat Marla merawat dengan telaten.Saat melihat gadis itu keluar membawa baju tidur ingin mengganti. Ascar baru masuk kamar. Sedangkan Richard masih bersandar dan menatapnya dari tembok kamarnya.Setelah selesai berganti baju pun Richard masih dalam posisinya. Terlepas dengan kejadian tadi dalam pesta, Richard sangat mengkhawatirkan kondisi Marla saat ini.“Aku sud

Margaret (Nenek Richard) dan Marcella (Nenek Jodhy) mereka adalah dua putri tunggal dari keluarganya dan mereka bersahabat. Sedari kecil mereka bertetangga dan kedua orang tuanya juga sangat dekat. Sampai banyak yang mengira kalau mereka seperti saudara kembar.Orang tua mereka sering sekali mendandani mereka serupa. Dari mulai baju, sepatu, gaya rambut, hiasan rambut, tas, boneka bahkan semua isi dalam kamar hampir sama. Bersekolah di sekolah yang sama dan bangku duduk mereka bersebelahan. Kemanapun selalu bersama, lengket seperti perangko dan amplop.Jika orang tua mereka sedang bepergian ke luar negeri, apa yang baru di sana, mereka selalu membelikan dua yang sama sebagai ole—ole. Mereka sudah menganggap seperti saudara dan putri kandung kesayangan.Ketika mereka memasuki remaja, mereka berkenalan dengan seorang pria yang bernama Edwin. Dan di saat yang sama, keduanya juga jatuh cinta pada Edwin. Semua berubah ketika Edwin memasuki hidup mereka. Dari sahabat yang rela berbagi ap