Semua Bab Terjebak Ambisi Sang Pewaris: Bab 81 - Bab 90

Sebastian membuat janji dengan Charles untuk bertemu di The Consulate Midtown, sebuah restoran dengan sajian makanan khas Perancis di sekitar hotel tempat Charles menginap. Suasana canggung muncul saat Charles berdiri menyambut kedatangan Sebastian dan Eloise. Sebastian mencoba mencairkan suasana dengan bertanya tentang kegiatan Charles selama menginap di NYC. "Aku ada pertemuan dengan beberapa kurator seni," jawab Charles singkat sembari mencuri pandang ke arah Eloise yang menunduk. Pandangan mata rindu seorang ayah pada anaknya. "Kau memiliki galeri seni di Washington?" tanya Sebastian. "Ya, aku memiliki galeri lukisan, di samping tempat itu aku juga mempunyai kelas menggambar." Sebastian tersenyum. "Aku jadi penasaran bagaimana jika kalian kolaborasi menghasilkan karya." Charles tertegun. Wajahnya kemudian tampak antusias. "Maksudmu Eloise juga menyukai seni menggambar?" "Eloise seorang florist, suka menggambar dan akhir-akhir ini ia bisa menghasilkan lukisan hanya dal

Sebastian mengajak Eloise berjalan-jalan di Central Park di Sabtu pagi. Setelah lima belas menit berjalan mengelilingi taman, Sebastian membawa istrinya beristirahat di bangku taman, ia mengeluarkan botol minum di dalam ransel dan mengulurkan pada Eloise. "Terima kasih, Sebastian." Eloise meminum isinya hingga tersisa setengah botol. "Capek?"Eloise menoleh sembari tersenyum. "Punggungku sakit."Sebastian memijat dengan tekanan lembut di sekitar punggung Eloise. Ia ingat ucapan dokter Corneli yang mengingatkan untuk tidak memberi pijatan kuat di sekitar punggung terutama di sekitar tulang belakang. Eloise mendesah sembari menegakkan tubuh. "Hentikan desahanmu, Eloise, kau mengundang gairah pria-pria yang lewat.""Sepertinya hanya dirimu yang masih bergairah melihat orang hamil."Sebastian terkekeh. Ia mengecup pipi Eloise. "Bagaimana tidurmu semalam?""Kenapa?""Kau tidur memunggungiku, aku tidak berani mengganggumu."Eloise diam, memejamkan mata menikmati pijatan lembut tangan s

Charles datang tepat jam tujuh malam. Sebastian menjamunya di ruang makan beserta Dominic yang juga ikut serta makan malam. Eloise sengaja memasak makanan khusus kesukaan Sebastian. Obrolan mengalir di antara ketiga pria itu. Eloise hanya diam memperhatikan. Setelah makan malam usai, Dominic pamit berjaga di depan sementara Charles duduk di sofa ruang tengah. Sebastian membantu Eloise mencuci peralatan makan. "Kau tidak melukis lagi akhir-akhir ini?" tanya Charles saat kedua pasangan suami istri itu telah duduk di sofa. Eloise diam, sekilas ia memandang Sebastian yang juga tengah menatapnya penuh arti. "Aku sedang malas," jawab Eloise jujur. "Kau ingin aku menilai lukisanmu?" tanya Charles lagi. "Tentu saja," jawab Eloise cepat. Tanpa diminta Sebastian bergegas menuju kamar yang dipenuhi alat melukis. Sebastian mengambil dua lukisan hasil karya Eloise. Charles menjelaskan panjang lebar tentang kekurangan lukisan Eloise. Ia berbicara dari sisi seorang seniman, bukan se

Naomi duduk dengan gelisah di sofa ruang tengah sementara ia menyuruh Eloise duduk bersimpuh dengan jarak agak jauh darinya. Hari ini Naomi enggan untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter John, psikiater yang merawatnya beberapa bulan belakangan. Ia menolak diagnosa dokter yang menyebut depresi yang dialaminya mengarah pada skizofrenia. Diagnosis dokter John tercetus karena beberapa kali Naomi tidak bisa membedakan antara kenyataan dan delusi. Naomi terkadang merasa jika Sebastian adalah suaminya. Pria itu akhirnya bertekuk lutut dan mau menikahi nya. Saat menyadari itu hanyalah khayalannya, ia kembali kehilangan minat untuk makan, tidur bahkan beberapa kali ia harus menolak tawaran agensi nya menjadi model sebuah majalah yang cukup terkenal di NYC. Lamunan Naomi terputus oleh suara Sebastian di interkom samping pintu. "Naomi, biarkan aku masuk, tolong buka pintunya." Tampaknya Naomi memakai slot pintu ganda sehingga kartu akses milik Sebastian tak berfungsi membuka

Sebastian panik saat menyadari satu tangan Naomi mencari pistol di bawah tubuhnya. Ia mendorong tubuh Naomi hingga keduanya terjatuh di atas lantai. Sebastian bangkit berdiri dan melihat pistol berada di atas sofa cukup jauh dari jangkauan tangannya. Dengan tangan terbelit ikat pinggang dan juga tali yang masih terpasang di kaki meja membuat Sebastian terpaksa melepas ikatan tali di leher Naomi untuk bisa meraih pistol. Naomi menyadari tatapan mata Sebastian tertuju pada pistol miliknya. Keduanya sama-sama berusaha menjangkau pistol. Naomi yang pertama kali berhasil meraih pistolnya. Sebastian menekan tangan Naomi saat Naomi menekan pelatuk. Suara tembakan terdengar. Ujung pistol mengeluarkan asap tapi peluru hanya mengenai sofa. "Angkat tangan!" suara petugas kepolisian menyadarkan keduanya.Sebastian yang pertama mengangkat tangannya yang terikat. Naomi melepaskan pegangan pada pistol dan mengangkat tangan saat petugas berlarian menuju ke arahnya dan mengamankan pistol Naomi. Na