Semua Bab Terjebak Ambisi Sang Pewaris: Bab 101 - Bab 110

"Kau nakal sekali, Sebastian." Eloise tersenyum puas masih tetap dengan posisi paha di atas paha suaminya. Sebastian terkekeh. Ia melongok melihat ke arah Ethan yang tak terusik dengan kegiatan orang tuanya. "Ini kegiatan seks pertama kita di rumah ayahmu," ucapnya, "aku merasa seperti remaja kasmaran yang mendatangi rumah pacarnya dengan mengendap melalui jendela kamar." "Kau sepertinya berpengalaman," komentar Eloise mengernyitkan dahi. Sebastian tersenyum hambar. "Masa remajaku membosankan. Aku kutu buku. Aku tak pernah pacaran waktu sekolah." "Oh ya?Aku tak percaya," bisik Eloise memandangi wajah Sebastian, "dengan wajah setampan ini aku yakin banyak gadis berebut menjadi pacarmu." Sebastian tidak mengiyakan ucapan Eloise. Ia menatap Eloise, merapikan rambut Eloise yang berada di pipinya. "Aku berambisi untuk segera lulus dan bisa menyamai ilmu Jeff dalam berbisnis meski ternyata membutuhkan waktu lama." Sebastian mengenang masa lalunya. Eloise membelai rambut cokla

Pekerjaan awal tahun menumpuk. Jadwal pertemuan dengan beberapa mitra kerja baru menyita waktu Sebastian. Hari ini agenda pertemuan dengan salah satu pemasok baru untuk bahan baku produk Olympic Corp. Sebastian tiba lebih dulu di ruang pertemuan. Suara derap sepatu khas wanita memecah suasana hening di dalam ruangan. Sebastian yang sedari tadi menunduk, sibuk dengan layar laptopnya segera mendongak. Sosok wanita dengan setelan blazer dan celana panjang warna coklat terlihat berjalan mendekat di dampingi oleh Sean. Wajahnya cantik dengan rambut dicepol tinggi memperlihatkan leher jenjangnya. Tinggi tubuhnya menyamai tinggi Sean saat wanita itu memakai stiletto heel setinggi 7 senti. Sebastian mengingat-ingat wajah wanita itu, seseorang yang pernah dikenalnya tapi ia lupa. "Sebastian, perkenalkan ini Nona Grace, perwakilan dari perusahaan mitra baru kita."Wanita cantik itu tersenyum penuh arti pada Sebastian. "Kami sudah kenal," ucapnya santai sembari berdiri di depan Sebastian.

"Ayolah, Sebastian. Aku telah membayangkan bersamamu seperti ini." Grace mencekal kedua sandaran tangan kursi kerja Sebastian dengan kedua tangannya. Dengan agresif ia menunduk, memperlihatkan belahan dadanya, berharap Sebastian akan merespon. Sebastian menghela nafas panjang. "Aku mencoba untuk bersikap sopan, Grace. Tolong menjauhlah.""Kau tidak pernah melihatku saat di kelas dulu. Aku memang tidak semenarik gadis-gadis yang mendekatimu tapi sekarang aku memiliki kepercayaan diri. Apa kau tetap tidak mau melihatku?""Grace, aku telah menikah. Aku mencintai istriku."Grace mendengus sengit. "Aku menawarkan bentuk hubungan tanpa ikatan, Sebastian. Aku takkan menyebarkan rahasia kita.""Tak ada yang perlu dirahasiakan di antara kita karena tidak ada hubungan apapun selain mitra bisnis, tolong silahkan pergi," ucap Sebastian tegas. Kilatan matanya menunjukkan amarah. Tapi Grace tetap tak peduli. Ia menjauh tapi bukan untuk pergi. Ia duduk di meja Sebastian dengan pose menantang saat

"Eloise dengan sukarela menjadi obyek lukisanku." Lucas berdiri dengan goyah. "Aku yakin kau mengetahui jika Eloise sedang ada masalah dan kau memanfaatkannya!" Sebastian kembali hendak menerjang maju saat Dominic sekali lagi menahan tubuh Sebastian dengan sekuat tenaga. "Lepas, Dom!" teriak Sebastian murka. "Berjanjilah untuk tenang, Tuan." Sebastian mengatur nafasnya yang tersengal. Ia menghela nafas panjang. Ia menoleh sekilas ke arah Eloise dan baru tersadar kondisi istrinya, "baik, aku berjanji." Dominic melepaskan pegangan tangannya. Sebastian mendekati Eloise dan melepas jasnya. "Aku membencimu, bajingan," bisik Eloise saat Sebastian menutupi tubuh Eloise dengan jasnya. "Ya, aku tahu. Maafkan aku." Sebastian pasrah dengan kemarahan Eloise, "ayo pulang." "Aku tidak mau pulang denganmu." Eloise kembali menangis. Sebastian menghela nafas panjang. "Kau pulang dengan Dominic. Kau tidak mengkhawatirkan keadaan Ethan?" Eloise tertegun sesaat. Kemarahan dan kesedihan

Hari ini Sebastian menelepon Eloise untuk mengabarkan jika dirinya akan pulang terlambat karena ada pertemuan bisnis di luar kota. Sean memutuskan untuk langsung pulang malam harinya tanpa ada rencana menginap. Sudah larut malam saat kelimanya berkendara pulang. Sean berada di samping sopir, sementara Sebastian dan kedua kepala bagian, masing-masing dari bidang legal, Sam dan keuangan, Andreas berada di kursi penumpang. "Jika kau butuh istirahat, katakan saja, Chris. Kita bisa berhenti di kedai kopi sebentar, "ucap Sebastian sebelum mereka sepakat untuk langsung pulang. Chris mengangguk hormat. Perjalanan pulang setidaknya membutuhkan waktu dua setengah jam. Chris sesekali berhenti di bahu jalan untuk beristirahat. Ketiga penumpang di belakang tertidur begitu juga dengan Sean. Chris tertidur sebentar sebelum melanjutkan berkendara. Sebuah truk bermuatan penuh terlihat melaju dari arah berseberangan dengan kecepatan tinggi. Chris yang setengah mengantuk berusaha menghin