Siang itu, Seline memutuskan pergi ke supermarket. Ia baru ingat, kulkas di apartemen Elang tak pernah benar-benar terisi layak. Saat bangun, Elang sudah tidak ada. Pergi entah kemana, tanpa sepatah kata, tanpa pamit. Seolah, ia hanya meninggalkan ruang, bukan seseorang.Seline menghela napas saat mendorong troli berkeliling rak demi rak. Bumbu dapur, roti tawar, sereal, susu, hingga mi instan menumpuk di dalamnya. Troli itu nyaris penuh. Saat hendak berbelok ke arah kasir, rodanya tersangkut—dan hampir oleng.Seseorang menahan troli itu sebelum benar-benar terjungkal.Seline menoleh. “Kak Rio.”Mario berdiri di sana, mengenakan kemeja santai dan celana bahan gelap. Senyumnya mengembang saat melihat wajah Seline.“Belanja bulanan, Sel?” tanyanya, matanya melirik isi troli yang penuh sesak.“Iya. Seperti yang Kakak lihat,” jawab Seline, tersenyum kecil. Ada kegetiran yang sulit disembunyikan. Sudah menikah, tapi belanja sendiri“Sendirian?”Seline mengangguk. Dia kembali mendorong trol
Terakhir Diperbarui : 2025-06-24 Baca selengkapnya