All Chapters of Silakan Ambil Suamiku, Nona Pelakor: Chapter 51 - Chapter 60

“Heh!!” seru Kenan.Lea tersenyum, menatap Kenan dengan lembut kemudian mengusap tangannya penuh cinta.“Mereka sudah lama tidak bertemu, Mas. Pastinya mereka ingin privasi. Kamu sendiri bagaimana kalau sudah lama tidak bertemu aku?”Tidak ada jawaban dari Kenan. Ia hanya diam, melirik Lea dengan jakun yang semakin cepat bergerak naik turun.“Ada baiknya kamu tanyakan ke Lisa supaya dia bisa bersiap menyambut suaminya datang. Aku yakin Lisa pasti senang.”Lea mengatakannya dengan penuh suka cita bahkan mata wanita cantik itu tampak berbinar. Berbanding terbalik dengan Kenan yang hanya terdiam sejak tadi. Benaknya sibuk mengumpat akan kelancangan ucapan Ghalib semalam.Kenan tahu beberapa kerabat Ghalib merupakan abdi negara bahkan memiliki kedudukan penting. Kenan tidak menduga jika Ghalib akan bertanya kepada Lisa seperti tadi malam. Bahkan kini Lea yang terlihat acuh semalam, kembali menanyakannya.

“KENAN!! Kok kamu di sini? Apa sudah selesai mengobrolnya?”Nyonya Eliana langsung bersuara lebih dulu. Kenan tersenyum, kemudian mengganti posisi duduknya lebih nyaman di sebelah Lea. Ia mengangguk sambil tersenyum.“Sudah selesai, kok. Terus siapa yang mau Mama antar kontrol kehamilan tadi?” Kenan malah kembali bertanya.Nyonya Eliana terdiam, tapi matanya tampak melihat Lea dan sibuk memberi isyarat.“Bukan siapa-siapa, hanya anak teman Mama saja.”Kenan tampak manggut-manggut dan sama sekali tidak curiga dengan jawaban mamanya. Pria itu kini terlihat asyik menikmati beberapa kudapan yang disajikan di atas meja.“Kalau sudah selesai ngobrolnya. Kita pulang yuk, Sayang?”Nyonya Eliana terkejut dan kembali melihat ke arah Lea.“Bagaimana kalau kalian menginap di sini malam ini? Mama sudah menyiapkan kamar untuk kalian.”Berganti Kenan yang terkejut, menghentika

“Ghalib?” ulang Kenan.Lea mengangguk sambil tersenyum. Wajahnya terlihat ceria bahkan Kenan melihat mata istrinya terus berbinar indah. Kenan mendengkus sambil memalingkan wajah.“Dalam rangka apa dia memberi ini semua?”“Aku gak tahu. Aku dari tadi belum bisa menghubunginya.”Kenan terdiam. Wajahnya terlihat muram bahkan Lea melihat tangan Kenan sudah mengepal seolah sedang menahan amarah.“Gak usah hubungi dia. Biar aku temui langsung saja.”Sebuah senyuman samar terlihat jelas di raut wajah Lea. Sedangkan Lisa sudah memasang tampang cemberut saat melihat reaksi Kenan pagi ini.Selang beberapa saat Lea sudah tiba di toko bunganya. Baru saja Lea masuk toko, ponselnya sudah berdering nyaring. Lea terdiam dan melihat nama Ghalib di sana. Mungkin gara-gara Lea mengirim pesan padanya tadi pagi, Ghalib jadi tahu nomornya.“Iya, Ghalib,” sapa Lea dengan ramah.&ldqu

“Klinik bersalin? Ngapain kita ke sana?” tanya Lea.Ghalib menghela napas sambil fokus mengemudi. Sengaja dia tidak meminta Pak Jonas mendampinginya.“Nanti kamu juga tahu. Bentar lagi aku sampai.”Ghalib langsung mengakhiri panggilan, sedangkan Lea hanya diam. Benaknya tampak sedang memikirkan sesuatu kali ini.‘Apa mungkin Ghalib tahu mengenai kehamilanku? Itu sebabnya dia mengajakku ke klinik bersalin.’Lea berdecak sambil menggelengkan kepala. Rasanya dugaannya tidak benar. Hanya Nyonya Eliana dan Lisa yang tahu mengenai itu. Kenan saja tidak tahu, apalagi Ghalib. Akhirnya Lea memilih berkemas dan menunggu hingga Ghalib datang.“Yuk, buruan!!!” ujar Ghalib setelah sepuluh menit kemudian.Lea tampak terkejut, mengerjapkan mata berulang sambil melihat tangan Ghalib yang sudah menarik lengannya. Ghalib menelan ludah, membuat jakunnya naik turun dan buru-buru melepas cekalannya.&

Kenan belum menjawab, hanya jakunnya yang naik turun menelan saliva. Selama ini Kenan menyembunyikan keberadaan Lisa dari keluarganya. Entah apa maksud Kenan menutupi boroknya, yang pasti semuanya akan terbongkar malam ini.“Saya Lisa, Tante.”Tiba-tiba Lisa bersuara dan itu membuat Kenan terkejut. Ia melirik Lisa dengan kesal. Entah mengapa wanita manja ini seolah ingin membuatnya dalam kesulitan. Sementara Lea tampak tenang berdiri di sisi Kenan yang lain.“Dia … adiknya Rinto, Ma.”Akhirnya Kenan bersuara setelah terdiam beberapa saat. Nyonya Eliana tampak tercengang dan menatap Kenan dengan bingung.“Rinto yang mana? Temanmu? Bawahanmu atau siapa?”Sekali lagi Lea melihat Kenan menelan saliva dengan tergesa, jakunnya bergerak semakin cepat. Kenapa juga Nyonya Eliana tidak mengenal nama Rinto? Bukankah katanya Lisa adik sahabat Kenan, jika bersahabat harusnya Nyonya Eliana mengenal dengan baik. J