All Chapters of Istri Pengganti: Chapter 161 - Chapter 170

Dokter keluar bersama beberapa perawat, Nadya dan Bastian langsung menghampiri mereka kemudian dia melihat Ghava tengah berbaring di ranjang pasien.“Dokter, mau di bawa ke mana anak saya?” Tanya Nadya dengan wajah panik.“Kita harus membawa Ghava ke ruang ICU karena dia sangat kritis.” Jawab Dokter. “Apa! ruang ICU?” Nadya tertegun.“Ya, maaf kita buru-buru sekali karena nyawa putramu dalam bahaya.” Ucapnya sambil menenangkan menepuk pundak kemudian pergi meninggalkan mereka. “Ghava…” Nadya menatap kepergian Ghava yang telah pergi ke ruang ICU. Nadya histeris dia tidak mau anaknya kenapa-napa, hatinya sangat hancur sekali melihat anaknya yang kini sedang berjuang antara hidup dan mati. Tiba-tiba dia tidak sadarkan diri tubuhnya jatuh ke bawah lantai. Bastian menggendong Nadya karena dia jatuh pingsan, Nadya di larikan ke ruang rawat sementara Ghava masuk ke ruang ICU.“Anakku… tolong selamatkan dia.” Gumam Nadya.“Sayang.” Bastian sangat cemas sekali.Bastian sangat hancur keadaa

Bab. 168Lima bulan kemudian…Tidak terasa Ghava sudah 5 bulan pergi meninggalkan mereka semua, seperti biasa di rumah mewah itu sudah tidak terdengar suara tangisan anak mereka lagi. Semuanya terasa sunyi sepi dan hampa sekali. Serly tengah berobat ke luar negeri yang di temank oleh Mona.Nadya merasa sangat kangen sekali kepada Ghava, satu minggu sekali Nadya selalu berkunjung ke makam putra kesayangan mereka. Hari ini Nadya baru bisa kembali ke kamar Ghava di mana semua mainan dan pakaian putranya akan dia berikan kepada orang lain. Rasa sesak menyelimuti dada taat kala Nadya mulai membuka satu persatu mainan kesayangannya kemudian beralih ke lemari. Walaupun sangat berat melepaskan semuanya akan tetapi Nadya harus benar-benar sanggup memberikan semuanya kepada orang yang membutuhkan. Toh Nadya sudah tidak memikirkan anak kedua karena merasa sangat trauma.“Sayang, apa kamu sudah siap?” Tanya Bastian menghampiri.“Ayo kita berangkat.” Ucap Nadya dia membawa beberapa kardus untuk

Nadya akhirnya pergi meninggalkan kantor perusahaan suaminya, kotak kecil yang berisi tespek sebagai hadiah, Nadya kembali menyimpannya ia masukkan ke dalam tas. Sambil menangis Nadya berlalu pergi menggunakan mobil miliknya. Sesekali dia mengusap perut ratanya, untuk menambah rasa penasaran Nadya memilih pergi ke rumah sakit untuk meyakinkan bahwa dirinya benar-benar hamil atau tidak. Di sisi lain Bastian mengusir Dita di mana dia sudah berani masuk ke kantor tanpa ijin. Dia sangat marah dan kesal karena Dita merasa bahwa putrinya anak kandungnya. “Pergilah, ancamanmu tidak membuatku goyah, dan jangan sesekali mengusik Nadya.” Bastian menatapnya dengan sorot mata dingin. “Asal kamu tahu ya, Bastian putriku adalah putrimu juga, dia berhak mengetahui siapa ayah kandungnya. Termasuk Nadya dia harus tahu bahwa kamu memiliki seorang anak dari wanita lain.” Dita tidak kalah sengit dia menunjuk oleh jari ke arah wajah Bastian. “Pergilah atau kalau tidak aku akan panggilkan satpa

“Kenapa kok kamu diam saja?” Tanya Bastian. Kedua tangannya ia taruh di pundak Nadya lalu menatap dalam, Nadya terlihat sangat gugup sekali. Terlihat ada kecemasan dalam dirinya membuat Bastian penasaran.“Kenapa kamu diam saja?! Sayang, apa kamu baik-baik saja?” Tanya Bastian kembali lalu menarik dagu lancip Nadya supaya dia berani menatapnya.“Ahhh.. tidak, hanya saja kamu sangat berlebihan.” Ujarnya kemudian menepis tangan suaminya lalu pergi menjauh.“Jangan sampai dia tahu tahu bahwa aku telah mengandung.” Batinnya.“Sayang, keadaanmu semakin hari semakin parah. Aku tidak mau diam saja sementara keadaanmu seperti ini. Lihatlah tanganmu terlihat kecil, badanmu terlihat kurus, makanan kesukaanmu kerap kamu muntahkan lagi. Apa jangan-jangan kamu hamil?” Tanya Bastian dia menarik pergelangan tangan Nadya lalu menatap dalam.“Tidak usah berlebihan, aku berhasil menjaganya kok, lagi pula aku tidak akan hamil anak kedua. Karena ak

Dita tertawa dia beranjak dari tempat duduknya kemudian memeluk dada oleh kedua tangan sambil menghembuskan napas panjang. Ia menyeringai melihat raut wajah Nadya yang sangat terkejut. Dita menatap ke arah Nadya yang kini sedang duduk diam menatap ke arahnya, melihat raut wajah Nadya yang terlihat panik Dita semakin senang dibuatnya.“Nadya, asal kamu tahu, aku dan Bastian cukup lama berhubungan menjalin ikatan cinta, aku sudah meminta pertanggung jawaban darinya hanya saja dia selalu menolak. Setelah beberapa tahun aku datang menemuinya lagi tapi dia sudah menikahi mantan istrinya.” Dita menjelaskan dia berusaha meyakinkan Nadya supaya rumah tangga mereka hancur berantakan. Ia memutar bola mata malas rasanya sangat puas selali melihat kondisi Nadya yang terpukul.“Ta-pi.. kenapa baru sekarang kamu datang ke sini, kenapa setelah menikah denganku kamu meminta tanggung jawab darinya, kenapa baru sekarang kamu muncul?” Nadya dengan suara beratnya terdengar suara bergetar. Menatap dengan