LOGINNadya tidak pernah bermimpi akan menikah dengan Bastian—pengusaha kaya raya yang dingin dan kejam. Ia hanya berniat menolong keluarganya dengan menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahan. Namun, niat baik itu justru menyeretnya ke dalam neraka. Pukulan, hinaan, bahkan penghinaan demi penghinaan harus ia telan dari pria yang kini resmi menjadi suaminya. Bastian menganggap Nadya hanya pengantin pengganti, bukan istri yang layak dicintai. "Nadya, kita memang sudah menikah sekarang kau menjadi istriku dan aku adalah suamimu, tapi jangan berharap lebih saya tidak akan pernah menerimamu sebagai istriku!" Tapi takdir mulai berubah ketika kebencian perlahan bercampur dengan gairah yang tidak bisa mereka kendalikan. Apakah Nadya akan hancur dalam pernikahan penuh luka ini atau justru membuat Bastian bertekuk lutut padanya?
View MoreSemua orang panik termasuk Mona sang mamah, pikirannya berkecamuk, padahal hari ini pesta sudah digelar acara pun tampak meriah.
Perlahan Nadya masuk mengetuk pintu ia ingin sekali melihat Jeni memakai gaun pengantin menghiasi tubuhnya. Tok.. tok.. tok “Masuk.” “Nadya, syukurlah kau datang juga, bersiaplah acara akan segera dimulai.” Ucap Mona menghampiri. “Di mana, kakak?” Tanya Nadya melihat ke sekitar ruangan. “Nadya, kamu pakai gaun ini dan segera hadiri acara pernikahan.” “Apa yang mamah katakan? Pernikahan? Bukankah kakak yang menikah?” Tanya Nadya lembut. “Kau yang menggantikan Jeni, dia kabur dan kau harus menuruti apa yang seharusnya mamah perintahkan.” Mona menekan. Seketika tubuhnya lemah tidak berdaya, dia terjatuh dengan banyak pertanyaan di benaknya. Kenapa harus dirinya yang menjadi pengganti sang kakak. Kenapa bukan orang lain. “Ta-pi, Nadya sudah punya pasangan sebentar lagi menikah.” Nadya menundukan wajah. “Kamu melawan?! Kalian bisa saja putus! Ini demi kebaikan keluarga kita kamu harus menggantikan posisi kakak mu. Semua tamu undangan telah menunggu pengantin wanita. Bersiaplah mamah tidak punya waktu dan akan segera mengurusnya.” Paksa Mona. Nadya hanya bisa pasrah dia menangis, tubuhnya lemah tak kuasa menahan rasa sakit, di antara banyak saudara Jeni kenapa harus dirinya yang menjadi pilihan Mona. Akhirnya perias itu berhasil merias wajah cantik Nadya, gaun itu terlihat sangat cantik saat Nadya memakainya terkesan seperti putri ratu. Semua terkesan atas kecantikan Nadya, rambut panjang itu sekarang terlihat di sanggul dan indah, sebagian rambutnya terurai di bagian pinggir. Make up tipis menghiasi wajahnya yang imut. Langkah demi langkah Nadya menuruni anak tangga semua pandangan tertuju pada pengantin wanita. “Dia sangat cantik, Bas. Lihatlah istrimu seperti cinderella.” Seru Sherly- mamah Bastian tampak bahagia menyambut kedatangan istri dari putranya. Bastian terkejut dia bahkan tidak mengenal siapa pengantin wanita yang ada di depan matanya. “Siapa wanita itu?” Bastian bertanya-tanya. “Ke mana, Jeni?” Nadya akhirnya sampai di pelaminan Bastian tidak mungkin mengacaukan acara pernikahannya. Apalagi dia harus menjaga nama baik keluarga bahkan beberapa televisi menyiarkan siaran pernikahan mereka. Acara telah selesai digelar Bastian kini duduk di sebuah ruangan, mereka kini telah sampai di rumah besar miliknya. “Tu-an.” Nadya mengetuk pintu memanggil Bastian. “Masuklah.” Perlahan kaki jenjang Nadya melangkah masuk membawa gaun pengantin yang sangat cantik. Namun, Bastian tidak menghiraukan Nadya. “Siapa kamu? Kau bukan wanita yang saya inginkan! Di mana dia sekarang?” Tanya Bastian dingin mengecam. “Tu-an, saya-.” “Cukup! kau menggantikan pengantin wanita seolah kau yang menikah denganku, semua berkas yang sudah saya tandatangani berhasil diubah oleh keluargamu.” Bastian kembali memberikan banyak pertanyaan. Nadya hanya bisa menundukan wajahnya bahkan dia tidak tahu harus menjawab apa. Jeni kabur dan dia yang menggantikan posisi kakak tirinya. “Saya mengerti, tapi izinkan saya menjelaskan semuanya.” Nadya tercekat sesaat melihat pria itu menghampirinya. Ia menundukan wajah ke bawah lantai meremas gaun pengantin, jantung berdegup kencang pikirannya berkecamuk. “Nadya? Nama yang sangat indah, pergilah ganti pakaianmu.” Titah Bastian. Tangan kekar itu menarik dagu mungil Nadya. Terlihat air mata membasahi kedua pipi wanita itu kemudian Bastian melepaskan dan meninggalkannya. “Kenapa seperti ini,” batin Nadya menjerit. Dia bahkan belum menjelaskan pernikahan kilatnya kepada sang suami. Malam ini malam pertama bagi Nadya berada di dalam kamar pria yang sama sekali tidak dia kenal. Dia melihat ke sekeliling aroma harum ruangan menyengat ke dalam hidung mancung miliknya. Nadya tengah mengeringkan rambut oleh handuk basah yang tengah ia pegang. Perlahan Nadya keluar dari kamar mandi lalu melihat Bastian tengah duduk menyilang kaki dengan satu gelas minuman di tangannya. “Malam ini, saya tidak akan tidur satu ranjang denganmu, tidurlah di lantai saya tidak mau kita bersama. Kalau sampai orang tuaku mengetahui hal ini dia pasti akan marah.” Ujar Bastian lalu meletakan minuman itu di atas meja. Nadya hanya menundukan tanda mengerti lalu dia segera mengambil koper dan pergi menjauh. Ada ruangan penyekat di belakang lemari Bastian, dia sengaja menyuruh Nadya berada di sana supaya keluarganya tidak mengetahui bahwa pengantin wanita telah di tukar. Ini bisa menimbulkan permasalahan besar bagi keluarganya. Terlebih Bastian tidak akan mendapatkan hak waris dari sang kakek. “Kita akan makan malam bersama, pastikan kau tidak membuat masalah, segera rapikan pakaian. Saya menunggumu di sini.” Tutur Bastian. Nadya mengangguk kecil dia kemudian meletakan koper di bawah lantai lalu memilih make up yang akan merias wajahnya. Nadya menoleh ke arah ponsel miliknya lalu membaca pesan singkat dari sang kekasih. “Leon, kau menghubungi beberapa kali, maafkan aku belum sempat memberi kabar buruk ini.” ujar Nadya kemudian meletakan kembali ponselnya dan akan memblokir kontak Leon. Karena pilihan ini sudah ia pikirkan agar Leon bisa dengan bebas mencari penggantinya. Terkesan kejam tapi beginikah kenyataan bahwa Nadya sudah menikah. Nadya sudah siap dengan lipstik pink muda di bibir mungilnya, rambutnya terurai. Aroma minyak wangi menyengat di batang hidung Bastian. Nadya menghampiri Bastian yang kini tengah menunggunya di ambang pintu, Nadya menunduk dia bahkan enggan melihat ke arah pria yang saat ini sudah menjadi suaminya. Walau pun hati menolak tapi Nadya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia hanya anak tiri yang di asuh sejak kecil oleh Mona. Maka dari itu dia tidak mau menolak keinginannya. Tiba-tiba saja Bastian membalikan tubuhnya lalu menutup pintu kamar. Nadya yang saat ini berada di hadapannya tampak terlihat wajah heran. “Nadya, kita memang sudah menikah sekarang kau menjadi istriku dan aku adalah suamimu, tapi jangan berharap lebih saya tidak akan pernah menerimamu sebagai istriku. Bersikap manis di hadapan kakek dan mamah. Mereka sangat menginginkan menantu tapi ternyata saya salah memilih menantu untuk mereka.” Ungkap Bastian menatap dingin kedua sorot mata memandang ke arah lain dan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Nadya tercekat mendengar perkataan yang keluar dari mulut suaminya.Satu bulan kemudian. Nadya meringis merasakan sakit yang amat di bagian perut buncitnya, mungkin sudah saatnya dia melahirkan. Dirinya membangunkan Bastian yang baru saja tertidur karena sejak siang tadi dia menemani Serly berobat ke rumah sakit. Hingga sekarang Bastian baru tertidur pulas, Nadya membangunkan suaminya untuk meminta bantuan karena perutnya sudah merasakan kontraksi yang luar biasa. “Sayang, perutku sakit tolong bawa aku ke rumah sakit.” Rintih Nadya. Ia terkejut karena cairan bening mulai merembes ke seluruh pakaian yang dia kenakan, Bastian dengan sigap langsung membuka kedua mata lalu melihat kondisi istrinya. Di sana Nadya tengah mengelus-elus perutnya sambil menangis karena kontraksi yang dia alami sangat luar biasa. “Kamu mau melahirkan?” Tanya Bastian. “Sepertinya sayang, karena memang sudsh waktunya aku melahirkan.” Ucap Nadya dengan suara terengah menahan rasa sakit. Tanpa menunggu w
Laura malah cemberut dia tetap ingin duduk di kursi yang Nadya duduki membuat Arga jengkel dan kesal. Walau bagaimana pun Laura harus dia ajarkan tatakrama karena ia akan meninggalkannya cukup lama, Arga tidak mau Laura tidak tahu sopan santun apalagi kepada keluarga Nadya. “Laura pengen duduk di sana.” Rengek Laura menunjuk ke arah kursi yang Nadya duduki.Bi Ayu yang melihat dari arah dapur merasa jengkel atas sikap yang Laura perlihatkan, ia merasa anak itu sangat menyebalkan.“Sayang, kamu tidak boleh merebut hak orang lain apalagi kursi itu sudah tante Nadya duduki.” Arga menatap tajam ke arah Laura. “Sudah-sudah, hanya kursi, Laura kalau kamu pengen duduk di sini boleh sayang biar tante duduk di tempat lain.” Ucap Nadya merayu. “Pergilah.” Titah Laura membuat Arga terkejut atas apa yang anak itu lontarkan kepadanya.“Laura.”“Sudah, Arga. Namanya juga anak kecil, kamu tidak boleh bersikap keras, biar nanti aku yang urus.” Ucap Nadya.Nadya hanya bisa menggelengkan kepala ia m
Arga datang malam-malam untuk menemui Bastian dan keluarganya dia ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang telah ia perbuat. Malam ini Arga ingin menitipkan Laura kepada mereka karena dia yakin bahwa Bastian dan Nadya bersedia merawat putri kandungnya. Sampai dia benar-benar bisa menerima segalanya, Arga menahan rasa malu dan memutuskan untuk datang ke rumah mereka. “Arga, ada apa ini?” Tanya Nadya terlihat cemas. Arga membawa tas jinjing dan koper berisi pakaian Laura. “Maafkan, aku.” Ucapnya sambil menghampiri Nadya. Koper dan tas ia taruh kemudian Arga langsung mendekati Nadya dan bersujud dihadapannya. Nadya menggelengkan kepala dia tidak mengerti apa yang telah terjadi kepada pria itu, sampai-sampai Arga bersujud di kakinya.“Apa yang kamu lakukan, bangunlah.” Titah Nadya.“Apa yang kamu lakukan, Arga berhenti bersikap seperti itu.” Nadya mulai meninggikan suaranya karena Arga masih bersujud di kakinya.“Maafkan atas segala kesalahanku, aku tahu kalian pasti tidak akan mau
Nadya segera menyusul suaminya di mana Bastian langsung melihat kondisi Serly yang tiba-tiba pingsan. Serly tergeletak di bawah lantai membuat Bastian sangat terkejut dan sedih sekali, padahal tadi pagi Serly baik-baik saja. ”Mamah, bangun, Mah.” Ucap Bastian. Tidak terasa air matanya mengalir begitu deras, hal yang Bastian takutkan akhirnya terjadi kepada Serly di mana kondisi sang Mamah sudah tidak terkendali. Penyakit yang di deritanya semakin parah membuatnya sangat takut kehilangan orang tuanya. Bastian segera menyiapkan mobil untuk membawa Serly ke rumah sakit. “Sayang, bagaimana kondisi Mamah?” Tanya Nadya menghampiri.“Kepalanya berdarah, sepertinya Mamah jatuh dan terbentur.” Ucap Bastian. “Ya ampun, Mamah.” Lirih Nadya. Serly tengah berbaring dengan kondisi sangat mengenaskan padahal Bastian sudah berusaha melindungi orang tuanya. Akan tetapi hal tidak terduga terjadi di mana Serly tidak sengaja terjatuh mengakibatkan dirinya jatuh pingsan.“Aku harus membawa Mamah ke r
Nadya perlahan duduk di kursi lalu memandangi Jeni yang tengah berbaring lemah, dia masih ingin mengandung dan melahirkan. Walau pun penyakit yang dia derita sangat parah tapi Jeni tetap bersikeras untuk melahirkannya.“Nadya, maafkan aku.” Ucapnya dengan suara lemah. Kedua matanya tertutup rapat napasnya terengah. “Kenapa kamu masih mau mempertahankan kehamilanmu, Kak?” Tanya Nadya.Terdengar suara napas berat dari Jeni, dia meneteskan air mata kemudian mulai membuka kedua matanya. Kemudian ia langsung menoleh ke arah Nadya yang kini ada di sampingnya. “Aku tidak mau anakku April tidak memiliki adik, aku tidak mau dia kesepian. Jadi aku putuskan untuk tetap mempertahankan kehamilanku supaya dia memiliki adik kandung. Aku merasakan bagaimana hidup sendiri tidak punya kakak atau adik, itu sebabnya aku ingin mempertahankan kehamilanku. Tinggal menunggu satu bulan lagi aku akan melahirkan anak ini. Nadya, aku percaya kepadamy kau akan menyayangi anakku juga sama seperti anakmu, kan?” T
Beberapa hari kemudian.Nadya mencari-cari ke mana perginya Jeni, sampai-sampai orang yang berada di rumahnya tidak memberitahu bahwa Jeni berada di rumah sakit. Bastian tidak mau terus-terusan seperti ini di mana dirinya membohongi istrinya tentang keadaan Jeni. Semua yang dia lakukan untuk kesehatan Nadya karena dia sedang mengandung. Hari ini Nadya tengah duduk termenung pikirannya sangat kacau padahal sebentar lagi dia akan melahirkan tinggal menunggu satu bulan lagi. Tapi Jeni pergi entah ke mana, dia juga tidak pamit membuatnya sangat mencemaskannya.“Sayang, aku mau bicara sesuatu kepadamu,” ucap Bastian mendekatinya. Nadya masih duduk menatap ke arah jendela hatinya sangat hancur karena beberapa setelah kejadian mereka tidak tegur sapa. Ia enggan mempertanyaan siapa yang membuat suaminya berubah. “Aku tahu kamu pasti marah kepadaku, aku juga tahu kamu menjauhiku. Aku khawatir tentang keadaanmu karena kamu sedang hamil besar.” Ucap Bastian ia duduk tepat di pinggir Nadya la
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments