Semua Bab Love You More (21+): Bab 31 - Bab 39

Anugrah benar-benar hancur saat mengetahui Bella kecelakaan. Yang lebih menyakitkan lagi, seorang mayat wanita ditemukan di dalam jurang. Polisi menyimpulkan bahwa mayat wanita itu adalah Bella, tetapi supir yang membawa Bella belum ditemukan. Saat berada di rumah sakit, Anugrah baru saja sadar dari pingsan, namun ia enggan berbicara dengan siapapun. Apalagi polisi yang hanya membuatnya semakin rapuh. "Pak Anugrah menolak ditemui siapapun saat ini." Seorang pria yang menjaga kamar Anugrah mencegah polisi memasuki ruang perawatan. "Kami hanya ingin menyampaikan hasil identifikasi mayat yang ditemukan di dalam jurang." Polisi tersebut menunjukkan berkas kematian dari wanita yang berada di dalam jurang. "Maaf Pak, tapi Pak Anugrah masih belum ingin ditemui. Berikan beliau waktu." "Baik." Polisi itu pun menganggukkan kepalanya kemudian pergi. Sementara di dalam kamar perawatan, Anugrah menatap kosong ke arah pintu. Samar-samar ia mendengar percakapan polisi dengan anak buahnya. Na

Hari-hari berlalu. Tanpa terasa sudah tiga bulan Bella dinyatakan meninggal dunia. Meski begitu pencarian yang dilakukan Anugrah masih terus berlanjut. Dalam keadaan rapuh, Anugrah tetap menjalani tugasnya seperti biasa. Setiap pagi hari ia berangkat ke rumah sakit dan bekerja. Di ruang kerja yang hening dan sejuk, Anugrah tengah berkutat di depan laptopnya. Jari-jari tangannya bergerak lincah di atas keyboard. Matanya fokus menatap layar, tetapi pikirannya terus tertuju pada kenangan indah yang ditinggalkan Bella dalam hidupnya. Saat kenangan itu datang, Anugrah merasakan sesak di dalam dada. Napasnya nyaris habis, menahan gejolak kesedihan dan rasa rindu yang mendaging. "Bella!" Anugrah menutup laptop di depannya dan mengusap wajah berkali-kali. "Aku merindukanmu Honey." Ia tatap foto kenangan mereka berdua yang berada di atas meja. Dalam foto tersebut, Bella seakan sedang menatapnya dalam.

"Aku menemukan cincin berlian di atas meja kerja Papa."Setelah menemui ayahnya di rumah sakit, Anggun mendatangi ibunya di restoran mewah, salah satu bisnis keluarga yang dihandle langsung oleh Yuliana.Mendengar ucapan sang anak, Yuliana tampak biasa saja, seperti sudah mengetahui tentang cincin berlian itu. Sikap yang ditunjukkan sang ibu membuat Anggun bertanya dalam hati. Ia menatap bingung ke arah ibunya yang tengah berkutat dengan laptop di atas meja kerja."Mam!" panggil Anggun. "Are you okay? Mam?"Yuliana menghela napas panjang, menatap anaknya sambil tersenyum tipis. "Mama baik-baik saja Sayang. Memang kenapa? Apa Mama kelihatan sakit hati?"Anggun berdecak jengkel. Bukan ekspresi seperti itu yang ingin dilihat dari ibunya. Seharusnya sang ibu marah, kecewa pada wanita yang dicintai mantan suaminya itu."Mama nggak marah sama Papa dan selingkuhannya? Mama pasti tahu 'kan cincin itu untuk siapa? Bukan untuk Ma

Anggun memiliki rencana yang diyakini akan berhasil. Ia akan mempersatukan kedua orang tuanya dalam pernikahan yang sah. Tepat di jam lima sore, Anggun mendatangi kamar hotel tempat sang ayah menginap. Sudah beberapa bulan sejak kepergian Bella, sang Direktur tidak pernah meninggalkan kamar hotel tempatnya memadu kasih dengan dokter cantik itu. Saat berdiri di depan pintu kamar, Anggun menekan bel berkali-kali. Menunggu dengan sabar hingga pintu dibuka. Beberapa menit waktu terbuang percuma, akhirnya pintu kamar dibuka oleh Anugrah yang langsung memutar tubuhnya dan melangkah mendekati ranjang berukuran king size. "Papa baik-baik saja 'kan?" Anggun mengekor Anugrah dari belakang kemudian melangkah mendekati jendela kamar hotel. Matanya mengedar, memperhatikan seluruh ruang mewah itu sambil tersenyum kecil. "Kamu mau apa ke sini, Nak?" tanya Anugrah yang saat ini duduk di bibir ranjang. Wajah tanpa gairah sudah menjelaskan kesedihan pria paruh baya itu. Anggun mengalihkan

Suasana menjadi canggung saat Anugrah dan Yuliana duduk saling berhadapan di depan meja makan. Hidangan mewah dan lezat yang tersusun rapi di atas meja, tidak membuat selera makan kedua mantan pasangan itu naik. Sesekali Anugrah melihat jam yang melingkar di lengannya sambil berdecak kasar. Seolah waktunya terbuang percuma hanya untuk menghadiri makan malam ini. Meski wajah ayah satu anak itu terlihat kesal, tetapi Anggun tak memperdulikan. Ia tetap menikmati acara makan malam kali ini. "Ayo dimakan dong Ma, Pa," ucap Anggun membuka pembicaraan. Sejak tadi sudah beberapa menu yang ia cicipi. Anugrah melirik anaknya dengan curiga, "Katanya kamu lagi nunggu pacar kamu, kenapa kamu makan duluan?" tanyanya sedikit ketus. Anggun menghentikan suapan ke mulut. Matanya membulat dengan alis yang sedikit naik ke atas. Ia pun menyunggingkan senyuman tanpa dosa pada ayahnya yang terlihat kesal. "Maaf Pa, aku sudah lapar," kekehnya. Anugrah mendengus. "Mana pacar kamu? Kenapa di