"Aku bukan pelakor, tapi sebutan itu disematkan padaku karena ulah mantan istri Anugrah." Dokter Bella menjalin hubungan serius dengan Anugrah setelah pria itu resmi berstatus duda, namun siapa yang menyangka, hubungan tersebut menjadi awal kehancuran hidup dan karirnya. Saat masih menjalin kisah asmara dengan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak itu, Bella terus diteror mantan istri Anugrah, hingga akhirnya dia menyerah dan meninggalkan sang Direktur. Lama tak mendengar kabar dari Anugrah, ternyata pria itu kembali menjalani rumah tangga dengan mantan istrinya. *** Berjumpa kembali setelah dua belas tahun berpisah, menjadi pertemuan paling mendebarkan bagi Bella dan Anugrah, yang masih menyimpan perasaan cinta satu sama lain. "Dua belas tahun aku mencari keberadaanmu. Aku pikir kita sudah benar-benar berakhir. Ternyata, ada ikatan yang tidak akan pernah bisa dihapus oleh apapun." Anugrah menatap wajah Bella, lekat. Kedua manik matanya berkaca-kaca, berharap bisa memeluk wanita cantik itu seperti dulu. "Bastian hadir bukan karena kesalahan, tapi keinginan kita berdua. Kamu ingatkan ... berulang kali aku mengatakan, aku akan menikahimu."
View MoreBella Thania memasuki ruang kerjanya, melangkah mendekati kursi lalu duduk bersandar menghilangkan penat setelah seharian menangani pasien melahirkan.
Baru saja mata terpejam, menikmati dingin ruangan, ia mendengar suara pintu dibuka, disusul suara seseorang yang memanggil mesra. "Honey." Bella membuka mata, menatap ke arah laki-laki tampan yang tersenyum sambil membawa sebuket bunga mawar dengan kedua tangan. "Mas, kamu ke sini?" Mata Bella membulat dengan senyuman indah merekah di wajah. Kejutan dari sang kekasih sukses membuat rasa lelah setelah seharian bekerja, hilang seketika. "Kenapa? Apa aku ngga boleh datang ke sini, hmm? Aku Direktur di rumah sakit ini." Pria dengan senyuman menawan itu mendekati Bella, meletakkan buket bunga ke atas meja. "Aku merindukanmu, Honey." Ia tatap wajah cantik sang kekasih yang tengah tersenyum lebar di padanya. "Aku juga Mas, tapi kenapa kamu ke ruangan aku? Kenapa ngga nunggu di mobil aja? Kalau ada yang melihat kamu di sini, gimana?" Bella melangkah mendekati pria itu, lalu memeluk manja. Pria tampan bernama Anugrah, yang tak lain Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak tempat Bella bekerja itu, adalah kekasih sang Dokter. Sudah hampir tiga bulan mereka menjalin asmara. Bella Thania_Dokter Kandungan berusia 29 tahun, menerima cinta sang Direktur yang berusia jauh di atasnya. Ya, Anugrah adalah duda beranak satu yang baru setengah tahun bercerai dari istrinya. Hubungan asmara itu belum berani diungkap oleh Bella karena berbagai alasan. Salah satunya, karena Anugrah baru saja menyandang status sebagai duda anak satu. Anugrah menatap sang kekasih dengan senyuman kecil. "Kenapa? Kamu masih malu mengakui hubungan kita di depan orang-orang? Apa alasannya?" Bella menggeleng, "Bukan malu Mas, tapi aku ngga mau orang mikir aku diistimewakan di sini karena aku pacaran sama Direktur Rumah Sakit. Aku maunya dianggap sama seperti Dokter lain." Kening Anugrah berkerut, "Memang ada yang mengistimewakanmu di sini selain aku?" Bella menggeleng sambil tersenyum manja. "Ngga ada sih, cuma kamu yang mengistimewakan aku." Cup! Kecupan lembut mendarat di kening. Anugrah menatap Bella lekat, membuat kedua pipi wanita itu memerah, malu. "Jangan ngeliatin aku begitu, Mas. Aku ma .... " Belum selesai ucapan keluar dari mulut Bella, kecupan kembali mendarat di bibir. Anugrah merapatkan tubuh Bella ke meja di belakang, merengkuh jenjang leher wanita kesayangan, melumat habis bibir manis rasa strawberry itu dengan rakus. "Ehm!" Suara desahan kecil keluar dari mulut keduanya yang menikmati kecupan dan permainan lidah satu sama lain. Suasana hening di dalam ruangan seolah mendukung keduanya untuk melakukan yang lebih dari sekedar kecupan panas. Sadar tempatnya tidak tepat, Bella mendorong pelan tubuh Anugrah, memalingkan wajah. "Jangan di sini Mas." Ia tahu apa yang ada di pikiran Anugrah. Sang Direktur tersenyum lembut, "Tidak ada orang di sini." Bella mengangkat kepalanya, menatap pria tinggi tampan itu, "Kalau tiba-tiba ada yang masuk, gimana? Jangan di sini. Di hotel aja." Anugrah mengangguk pelan, "Oke, di hotel." Ia melangkah mendekati pintu, mengunci ruangan itu. Deg! Kedua mata Bella membulat sempurna, melihat kekasihnya mengantongi kunci ruangan. "Mas, kok dikunci?" Tak ada jawaban, Anugrah melangkah cepat mendekati Bella, memeluk erat, membawanya ke dinding dan merapatkan tubuh mereka. "Mas!" Bella mencengkram kemeja sang Direktur yang mulai tak dapat mengendalikan diri. "Hanya satu kali, setelah itu kita lanjutkan di hotel." Anugrah mengecup bibir Bella, melumat rakus hingga Bella kehabisan napas. Perlahan, tangan sang Direktur membuka satu per satu kancing kemeja sang kekasih, melempar pakaian itu ke atas lantai. Selesai dengan pakaian yang melekat di tubuh sintal Bella, Anugrah menaikan rok ke atas pinggang, meloloskan pakaian dalam merah muda, ke bawah. "Ehm!" desah Bella saat Anugrah memainkan jarinya di dalam liang kenikmatan. Wanita cantik itu menurunkan resleting Anugrah, mengeluarkan Joni yang sudah mengeras. Sang Direktur tersenyum mesum, mengarahkan tombak berurat itu ke liang yang basah dan memasukannya. "Ah! Mas!" desah Bella, mengigit bibir bawah pelan sambil memejamkan kedua mata. Anugrah memompa tubuhnya dengan ritme cepat, menahan desahan yang ingin meledak. Sadar, tempat itu tak memiliki peredam suara. "Kamu nakal Mas!" protes Bella manja. "Kamu menikmatinya juga 'kan, Honey?" Bella mengangguk malu-malu dengan suara napas terengah-engah. Peraduan peluh yang berlangsung beberapa menit itu terusik oleh suara ketukan pintu yang terdengar tiba-tiba. Anugrah mempercepat gerakan tubuh maju-mundur sambil mengigit telinga Bella pelan. "Mas, ada orang," bisik Bella, mendorong tubuh kekasihnya. "Aku belum selesai. Sebentar lagi," engah Anugrah, semakin mempercepat gerakan. "Tapi Mas." Wajah Bella memucat panik saat mendengar suara ketukan itu semakin kencang. "Udah Mas. Ada orang!" Anugrah menghentikan gerakannya. "Belum keluar. Sebentar lagi." Bella melirik ke arah pintu. "Ada yang ngetuk pintu." Tok Tok Tok! Membuang napas kasar, Anugrah menarik pusakanya dari dalam celah kenikmatan dengan wajah kesal. Buru-buru Bella memunguti pakaiannya dan memakai satu per satu. Tok Tok Tok! "Iya tunggu!" teriak Bella dengan wajah panik. Ia menatap pria tampan yang berdiri di depannya. "Masuk ke kamar mandi dulu Mas!" "Kenapa?" Anugrah mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. "Please, masuk dulu. Ngga enak dilihat orang kalau kamu ada di sini." Dengan lesu, Anugrah menaikan celananya, melangkah masuk ke dalam kamar mandi. "Mas kuncinya." Bella berjalan mendekati kamar mandi, meminta kunci. Kamar mandi dibuka, kunci diberikan pada Bella yang langsung mendekati pintu dan membuka lebar. Seorang perawat berdiri di depan pintu, "Bu Bella, Anda diminta ke ruang Diskusi Medis." Bella mengerutkan dahi. "Ke ruangan itu? Untuk apa? Bukannya sekarang sudah waktunya saya pulang?" "Kalau itu saya kurang tahu, Dok. Saya hanya diminta menyampaikan saja. Saya permisi Dok." Perawat itu melangkah pergi. Bella menoleh ke belakang, melihat kamar mandi. "Aku pergi sebentar Mas," serunya lalu melangkah ke ruang Diskusi Medis, tempat para Dokter membicarakan tentang pasien dan prosedur rumah sakit. Sesampainya di ruangan tersebut, Bella langsung diminta masuk ke tempat yang ternyata sepi. Bella melangkah pelan sambil mengamati ruangan. Deg! Ia melihat seorang wanita duduk di kursi, membelakangi pintu. "Maaf, Anda siapa ya?" tanya Bella. "Ruangan ini hanya untuk Dokter." Wanita itu memutar kursinya, memperlihatkan wajah dingin dengan tatapan tajam. "Aku tahu hubungan gelapmu dengan Mas Anugrah! Jadi benar Mas Anugrah selingkuh dan dia menceraikan aku karena wanita murahan sepertimu!" Kedua mata Bella membulat sempurna, tak paham dengan tuduhan dari wanita yang baru pertama kali dilihat. "Maksudnya apa? Saya ngga ngerti sama ucapan Anda. Anda siapa?" tanya Bella gugup. Wanita itu tersenyum kecut, berdiri dari tempat duduknya lalu melangkah cepat mendekati Bella. "Kamu ingin tahu saya siapa?" desisnya. Bella mengangguk pelan. "Jauhi Mas Anugrah! Dasar pelakor!" sarkas wanita itu dengan sorot mata tajam.Kabar kecelakaan taksi yang ditumpangi Bella didengar oleh Anugrah. Pria itu panik dan langsung mendatangi tempat kejadian.Di area kecelakaan mobil, polisi dan TIM SAR sudah berkumpul mengelilingi lokasi. Anugrah menerobos kerumunan orang-orang itu sambil berteriak memanggil nama kekasihnya.Melihat Anugrah mendekati jurang, seorang polisi menghampiri, mencegah pria itu yang semakin mendekat."Maaf Pak! Anda dilarang mendekati jurang ini!" tahan polisi."Saya mencari Bella. Dia kekasih saya Pak. Tolong cari dia!" teriak Anugrah dengan napas terengah emosi.Polisi mengangguk paham. "Tim SAR kami sedang mencari korban kecelakaan di dalam mobil itu Pak. Tolong tunggu sampai Tim kami memberi informasi.""Menunggu sampai kapan Pak? Hari sudah hampir malam!" teriak Anugrah. Wajahnya memerah emosi. Air matanya masih membasahi wajah, mengalir kian deras.Polisi di samping kiri dan kanan saling tatap, memberi kode dengan gerakan mata mereka untuk mencegah Anugrah bertindak nekat.Sementara pr
Supir yang membawa Bella, menatap dari kaca spion. Kedua tangannya gemetar, berkeringat. Jari-jarinya tampak putih karena tekanan dari genggaman tangan yang sangat kuat.Keraguan mulai menyelimuti hatinya. Memang sejak awal ia tidak mau melakukan tugas itu, apalagi ia harus menyingkirkan seseorang yang tidak berdosa. "Pak, saya tahu Anda orang baik. Tolong jangan lakukan pekerjaan ini. Anda pasti memiliki hati nurani. Tolong sekali saja gunakan hati nurani Anda Pak. Ingat istri dan calon anak Anda," ucap Bella sambil merapatkan bibir, menahan getaran di dagunya.Pria di depan hanya diam. Terdengar helaan napas panjang. Keringat bercucuran membasahi keningnya.Bella memajukan tubuh rapat ke sandaran jok supir. "Saya akan membantu persalinan istri Anda, Pak. Tolong jangan lakukan apa yang diperintahkan orang itu. Saya mohon. Saya masih ingin hidup. Saat ini saya sedang mengandung. Tolong kasihani saya dan calon anak saya."Deg! Mata pria itu membulat lebar saat mendengar pengakuan Bel
Bella semakin gelisah saat melihat mobil yang ditumpangi tidak kunjung sampai ke tempat tujuan.Berulang kali ia bertanya, tetapi jawaban supir tetap sama. Pria itu hanya memotong jalan agar lebih cepat sampai. Namun, Bella semakin ragu, karena jalanan yang dilewati benar-benar tidak ia kenal. "Tolong berhenti di sini saja Pak, saya mau pesan taksi lain." Bella melepas sabuk pengaman di pinggang lalu merogoh tasnya, mencari ponsel. Sang supir melirik, bukannya menghentikan laju kendaraan roda empat itu, ia justru membanting stir ke kanan, hingga guncangan keras pun terjadi. Tubuh Bella terhentak, ponsel di tangan terlepas dan jatuh ke kolong jok mobil. Bella meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang terbentur atap. "Apa yang Anda lakukan Pak? Anda kenapa?" Bella menatap wajah supir yang terlihat dingin. Matanya memerah dengan tatapan tajam ke arah Bella. Akhirnya Bella tahu ada yang tidak beres. Sepertinya ia dijebak. "Hentikan mobil ini!" teriaknya, memegang sandaran jo
"Aku temani kamu ke kantor Polisi, ya.""Ngga usah Mas, aku bisa sendiri."Anugrah hanya menganggukkan kepala sedikit mendengar penolakan Bella. Siang ini dokter cantik itu akan mendatangi kantor polisi untuk memberikan kesaksian atas tuduhan malpraktek.Beberapa kali tawaran Anugrah ditolak oleh sang dokter. Ia merasa bisa pergi seorang diri, apalagi sudah ada dua pengacara yang disewa oleh kekasihnya.Bella memasukan beberapa barang yang tergeletak di atas meja ke dalam tasnya. Sesekali ia menarik napas panjang untuk meredakan perasaan gugup dan takut.Sebentar lagi dia akan berhadapan langsung dengan polisi yang menginterogasinya. Beberapa bukti tentang proses dan produser rumah sakit sudah disiapkan.Meskipun dia yakin akan menang, namun tidak dapat dipungkiri perasaan takut itu tetap ada."Aku sudah menyewa pengacara terbaik untuk mendampingimu di kantor polisi nanti," ucap Anugrah, yang sejak tadi berada di ruangan sang kekasih."Makasih, Mas. Kamu udah banyak bantu aku." Bella
"Bagaimana? Apa Bella pasti akan datang ke kantor Polisi?" "Dia tidak memiliki pilihan lain, Bos. Dia pasti akan datang ke kantor Polisi. Kemungkinan dia akan menyewa pengacara hebat untuk mendampinginya nanti.""Kalau begitu, kita ubah rencana.""Maksudnya?""Lenyapkan Bella. Buat seolah kematiannya karena kecelakaan. Setelah dia benar-benar sudah meninggal, aku akan kembali ke Indonesia dan mendekati Mas Anugrah lagi."Di dalam ruangan dengan udara apek yang menusuk hidung, dua orang anak buah Yuliana sedang berbicara dengan bos mereka di telepon.Salah satu anak buah Yuliana terdiam. Sedikit syok mendengar perintah bosnya yang berbeda dari rencana."Kalian bisa melakukannya kan? Atau perlu aku sewa pembunuh bayaran untuk melakukan tugas itu?" tanya Yuliana."Jangan Bos, kami bisa melakukannya. Bos tenang saja, kami akan melakukan semua yang Bos perintahkan." Lelaki yang memiliki tato di sekitar wajah, ketak
Dengan langkah kaki teratur, Bella menghampiri tiga pria berpakaian coklat di depannya. Sebisa mungkin ia menunjukkan wajah tenang, tak memperlihatkan ketakutan sama sekali."Selamat pagi, Bu Bella." Seorang polisi menghampiri Bella, mengulurkan tangannya ke depan wanita cantik itu. "Selamat pagi, Pak. Boleh kita bicara di sana saja." Bella menunjuk koridor di sebelah kanan, tempatnya sepi, dia akan terhindar dari perhatian orang-orang di rumah sakit.Ketiga polisi saling melempar pandang, kemudian menganggukkan kepala dan mengikuti langkah kaki Bella. Mereka berdiri di dekat pintu ruang kerja dokter cantik itu.Setelah merasa aman dari tatapan orang-orang, Bella mulai berbicara lagi dengan polisi di depannya, "Ada keperluan apa Anda datang ke sini Pak? Seingat saya, saya tidak pernah melakukan kejahatan."Seorang polisi mengeluarkan selembar kertas dari saku kemeja coklatnya. "Kedatangan kami ke sini untuk memberikan surat panggilan kepolisian pada Anda. Anda dilaporkan oleh saudar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments