"Kamu!" Abel memukul-mukul pundak suaminya. Saat itu pula Adi menoleh dan sadar jika saat ini berhadapan dengan istrinya. "Teganya kamu membandingkanku dengan Mbak Senja, Mas! Kalau kamu pengin aku sepertinya yang mengurus urusan rumah dan keperluan suami, kamu bisa nggak seperti Langit yang memenuhi semua keinginan istrinya? Kamu bisa nggak mencukupi semua kebutuhan kita? Memberiku rumah, mobil, tabungan dan segala macamnya itu? Sadar dong, Mas! Kamu itu cuma karyawan biasa, sementara dia bos!" sentak Abel begitu emosi. Lagi dan lagi dia memang tak suka dibandingkan, apalagi dengan Senja. "Setidaknya kamu introspeksi, Bel. Kamu yang mulai duluan membandingkanku dengan orang lain. Kenapa sekarang kamu mencak-mencak saat aku memuji kakakmu?" balas Adi membela diri. "Nggak habis pikir ya, Mas. Belum genap dua bulan menikah, ternyata semua sikap burukmu sudah terkuak. Kupikir aku akan menjadi perempuan yang sangat beruntung menjadi istrimu, tapi ternyata dugaanku keliru. Kamu tak seb
Last Updated : 2025-05-24 Read more