บททั้งหมดของ Menantu Tak Ternilai: บทที่ 261 - บทที่ 270

Bastian kemudian mendekati Alexa dan memijat pundak wanita itu untuk mengambil hatinya."Memangnya hari ini ada tugas yang harus kamu selesaikan?" tanya Bastian."Tugas masih banyak banget. Tapi untuk yang diselesaikan hari ini baru saja aku selesaikan. Tenang aja pokoknya nanti malam saat kita makan malam bersama, aku nggak akan kepikiran dengan pekerjaan!" ucap Alexa."Nah bagus! Ayo kita ke Puncak, yuk! Besok pagi kita pulang jadi nggak akan mengganggu pekerjaan kita masing-masing. Oke!" Bastian berkata seraya mencondongkan badannya hingga dia bisa menatap wajah Alexa dari samping.Pikiran Alexa tertuju kepada sesuatu hal, yaitu niat Bastian untuk mempertegas hubungan mereka sebagai suami-istri dengan berhubungan badan.Alexa memutar kursinya hingga saat ini sendirinya dengan Bastian saling berhadapan. Lalu dengan mata yang menatap tajam, kalau bisa berkata, "Kenapa kamu begitu ngotot banget untuk ngajak aku nginep di Puncak? Jangan-jangan kamu mau berbuat macam-macam sama aku, ya?

Bastian tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan kepada Lee jika gurunya itu ikut bersamanya untuk melawan Marcio. Kalau ada kemungkinan Marcio mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh Lee, namun ada juga kemungkinan Marcio akan berbalik melawan Lee dan tidak lagi menganggapnya sebagai seorang guru."Bastian! Jika aku tidak turun tangan maka Marcio akan merajalela. Aku takutnya dia berbuat sesuatu di luar kewajaran. Setidaknya jika aku berada di sana aku bisa menekan dirinya hingga dia tidak lepas kendali," ucap Lee menceritakan tentang kekhawatirannya. "dengan kendali diri saja dia bisa begitu hebatnya apalagi jika kendalinya lepas, dia akan membuat kerusakan yang parah.""Tapi Guru, aku bisa mengendalikannya. Bahkan aku bisa mengalahkannya. Aku berjanji kepada Guru kalau aku akan menundukkan Marcio. Jadi, untuk sekarang, aku mohon Guru tetap berada di sini. Aku mohon," ucap Bastian dengan wajah memohon.Bastian menelan salivanya, lalu kembali berkata, "Aku juga meminta tolong p

Ponsel Charlie berdering, panggilan suara masuk."Ada apa Davis?" tanya Charlie."Aku ingin mengabarkan kalau dua buah truk besar berisi manusia baru saja melewati tempat pasukanku bersiaga. Aku perkirakan kalau itu adalah pasukan musuh," terang Davis.Wajah Charlie begitu cemas mendengarnya. "Jadi mereka sudah sampai. Baiklah kalau begitu."Bastian melambaikan tangannya kepada Charlie meminta ponselnya karena dia ingin berbicara langsung dengan Davis.Charlie langsung memberikan ponselnya kepada majikannya itu.Setelah mengambil ponsel Charlie, Bastian langsung berkata kepada Davis, "Ada pasukan musuh yang sudah masuk?"Davis sangat mengenal suara itu. Dia pun langsung menjawab dengan cepat, "Ada dua truk yang masuk dengan diisi full manusia di dalamnya. Jadi aku perkirakan kemungkinan ada 100 orang di dua truk itu.""Jadi aku kira akan ada 4 orang lagi yang akan tiba. Untuk rombongan terakhir jika mereka terpaut jauh jaraknya, kamu langsung eksekusi saja mereka. Ban mobil truk itu b

Marcio kini terpancing emosinya. Dirinya yang sebelum ini hanya memosisikan diri untuk bertahan dan membaca kekuatan lawan terlebih dahulu, kini mengubah strategi menjadi menyerang.Dengan hati yang berapi-api, Marcio kini berlari dan melepaskan sebuah tendangan yang mengarah ke kepala Bastian.Serangan yang dilancarkan oleh Marcio tidak cukup cepat sehingga Bastian masih bisa menghindarinya dengan cukup baik.Tetapi perlu diketahui, Marcio baru mengeluarkan 25% kekuatannya. Tentunya masih jauh dari kekuatan dia yang sesungguhnya."Hanya seperti itu saja kemampuanmu? Aku jadi merasa ragu dengan apa yang dikatakan oleh Guru Lee kalau kamu adalah murid terbaik yang pernah dilatih olehnya," kata Bastian yang kini sudah mulai bisa kembali ke dirinya yang asli yang bisa mempermainkan perasaan musuhnya hingga membuat musuhnya itu tidak bisa berpikir dan menggunakan intuisinya dengan baik karena emosi yang meledak-ledak.Marcio mengernyitkan keningnya mendengar kalau Bastian mengetahui sosok

Karena keputusan dari 100 orang yang tidak ingin bergabung, mengganggu pikiran Bastian. Oleh sebab itu, Bastian memanggil salah satu dari 100 orang itu untuk berbicara mewakili yang lainnya."Kamu maju ke depan! Aku ingin dengar alasanmu yang tidak mau bergabung denganku!" seru Bastian.Pria berwajah oval dengan rambut hitam disisir belah tengah itu tampak ketakutan ketika dirinya dipanggil oleh Bastian untuk maju. Dan tentu saja karena takut dia menjadi tidak berani walau hanya maju satu langkah."Kenapa? Kamu takut? Tenang saja kamu akan aman. Jika ada yang berani macam-macam kepadamu, saat ini, di sini, aku akan membunuh orang itu!" ucap Bastian dengan begitu tegas.Setelah melihat keseriusan yang diucapkan oleh Bastian, maka pria itu pun menjadi percaya. Lalu dia pun melangkahkan kakinya mendekati Bastian.Kini jarak di antara keduanya kurang dari 3 meter. Sebuah jarak yang cukup dekat bagi pria berambut belah tengah itu."Nama kamu siapa?""Roy.""Oke Roy, sekarang kamu jawab per