Semua Bab Menantu Tak Ternilai: Bab 241 - Bab 250

Tentu saja Bastian sangat geram melihat tingkah laku Fajar dan Satria yang semakin berani saja dalam bertindak. Dan kini yang menjadi sasaran adalah Maria, seorang wanita yang pernah membantu Bastian dalam menyingkirkan Austin."Aku sudah menemuinya. Panjang lebar aku berbicara berusaha untuk mencoba menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin. Tapi pemimpin redaksi mereka, kalau tidak salah namanya Satria, banyak berkelit dan banyak sekali alasannya untuk menolak permintaanku mencabut seluruh beritanya," jelas Deo."Oh, jadi kamu sudah bertemu dengannya? Dan kamu diam saja ketika dia melakukan itu kepadamu?" tanya Bastian dengan kedua alis yang diangkat ke atas.Deo merasa malu untuk menjawab pertanyaan itu. Memang jika dilihat dari posisinya saat ini, sudah sepatutnya Deo berbuat sesuatu. Tapi pada kenyataannya dia malah lebur untuk mengadu kepada Bastian."Tadinya aku sudah mendidihkan akan menyuruh anak buahku untuk menyeret dia. Tapi saat aku mengancamnya, Satria sama sekali t

Melihat ekspresi wajah Deo yang tampak cemas, Tina tertawa kecil. Lalu wanita itu pun masuk ke dalam kamar Maria."Aish … sialan!" kesal Deo.Harga dirinya sebagai seorang mafia entertainment sudah tidak ada lagi sepertinya. Setelah dia dengan mudahnya diinjak-injak oleh Satria, kini dia diledek oleh Tina yang notabenenya adalah anak buahnya.Kemudian Deo berjalan cepat mengejar Bastian untuk mengetahui apa yang akan dikatakan oleh Bastian kepadanya.Namun ternyata Bastian terus saja berjalan dan kini pria itu memasuki lift. Deo berlari dengan cepat sebelum pintu lift tertutup.Di dalam lift pun Bastian tetap menutup mulutnya. Tidak terlihat tanda-tanda kalau pria itu akan berbicara dengannya. Namun walau begitu Deo tetap menyiapkan dirinya dan sesekali melirik ke arah tuan Dominic untuk melihat reaksinya.Pintu lift terbuka ketika mereka sudah tiba di lantai dasar. Dan Bastian masih dengan mulut yang tertutup berjalan menuju ke depan lobby.Barulah ketika mereka sudah masuk ke dalam

Dewi menatap Bastian dan teringat akan kejadian waktu itu yang begitu membekas di dalam dirinya.Ada rasa marah dan malu yang bercampur aduk yang dirasakan oleh Dewi saat ini."Kamu tinggal di sini sekarang?" tanya Bastian.Dewi menganggukkan kepalanya. Lalu dia berkata, "Aku tinggal di sini bersama dengan kakak aku.""Sebenarnya Pak Dominic ke sini ada perlu apa? Ingin bertemu denganku atau bertemu dengan siapa?" tanya Dewi dengan mimik wajah yang terlihat tidak nyaman."Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Lewis. Apa dia ada?" kata Bastian.Dewi mengernyitkan keningnya. Dia terkejut mendengar Bastian ingin bertemu dengan keponakannya."Bapak ketemu dengan keponakanku? Memangnya apa yang sudah diperbuat oleh Lewis kepada Bapak?" Dewi tampak begitu khawatir.Dia sangat tahu orang yang ada di hadapannya itu siapa. Dan dia juga tahu apa yang bisa diperbuat oleh orang itu.Jika Lewis benar sudah menyinggung Bastian, matilah dia."Dia nggak berbuat salah apapun, kok. Cuma aku mau ketemu di

Pria berbadan tinggi besar itu langsung merebut ponsel milik Rini dengan begitu kasar.Tentu saja Bastian terkejut dengan apa yang terjadi. Pada awalnya dan mengira kalau pria itu adalah kekasihnya Rini, sebab wanita itu menurut yang dikatakan oleh Larry, sudah tidak memiliki suami.Namun ternyata Bastian salah. Orang itu adalah debt collector yang ditugaskan oleh seorang pria terkaya di sekitar rumah Rini untuk menagih hutang yang dimiliki Rini kepada orang itu."Cepat bayar hutang kamu kepada bos Aceng. Kalau nggak, HP ini akan aku ambil untuk menjadi jaminan!" seru pria itu.Rini langsung berdiri seraya berkata, "Aku akan membayarnya, Bang. Tenang saja.""Apa kata kamu? Tenang? Sudah 2 bulan kamu menunggak, masih berani kamu bilang tenang?" tanya debt collector itu dengan suara yang tinggi.Bastian sudah mengetahui akar permasalahannya. Dia pun berdiri dan mencoba untuk menenangkan pria itu dan memberikan jalan agar permasalahan ini dapat selesai."Tenang dulu, Bang! Santai!" ucap

Satria begitu geram kepada Deo. Sebab satu-satunya orang yang kemungkinan besar dalang di balik kejadian ini adalah Deo.Dia masih sangat ingat sekali bagaimana marahnya Deo kepadanya tadi siang. Itulah yang menjadi alasannya bisa menuduh Deo sebagai dalang.Tetapi seharusnya dia bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Deo ketika dia menyebut kalau dia tidak takut sama sekali dengan sang mafia itu. Padahal di sana terlihat jelas kalau Deo tidak mungkin berani melakukan sesuatu yang lebih.Satria akan menghubungi Marcio untuk menggambarkan tentang masalah ini. Namun dia mengurungkannya karena melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 lewat.Walaupun dia yakin kalau Marcio belum terlelap, tetapi dia tidak mau mengganggu malam-malam seperti ini. Di dalam dirinya dia masih merasa segan dan juga takut kepada anak sulung dari keluarga terkaya ke-7 di Indonesia itu.Pria itu sangat sadar jika dia tidaklah sebanding dengan Marcio walaupun saat ini mereka menjalin kerjasama yang saling mengunt