Semua Bab Menantu Tak Ternilai: Bab 451 - Bab 460

Bukan hanya Amy yang wajahnya memerah karena malu, tetapi juga Bastian. Hanya dengan mendengarkan saja membuatnya malu, namun tentunya sebagai pria biasa dia pun mulai naik hasratnya."Memangnya apa bedanya dengan punya Oscar dan Rey? Pasti sama aja 'kan? Rasanya juga pasti sama," tanya Bastian yang pura-pura polos.Sebenarnya pertanyaan dari Bastian itu dibuatnya sengaja hanya untuk membuat pembicaraan tentang hubungan ranjang makin panjang. Entah kenapa setiap membahas tentang masalah itu, Bastian sangat senang.Bisa dimaklumi karena selama ini dia hampir tidak pernah membicarakan tentang masalah itu dengan seorang wanita. Dan pada saat ini ketika ada wanita yang membahas masalah ranjang, dia merasa senang. Ya … walaupun wanita itu adalah mertuanya sendiri."Ya bedalah, Bas. Dari bentuknya saja sudah berbeda-beda, ada yang besar, ada yang kecil. Ada juga yang keras dengan banyak urat, ada yang lembek dengan polos tanpa urat. Sudah pasti ketika dimasukkan ke dalam, rasanya pasti akan

Kemudian Bastian memanggil Samuel. Dia memerintahkan kepada general manager hotel untuk menyiapkan ballroom untuk pertemuan antara dirinya dengan Dewa Perang. Dengan cepat Samuel bergerak. Dia memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan ballroom dengan sebaik-baiknya. Dia tidak ingin membuat Tuan Dominic kecewa dengan pelayanan hotel."Tunggu sebentar Dewa Perang, tempatnya disiapin dulu," kata Bastian seraya tersenyum."Tenang saja Bastian. Aku juga tidak sedang diburu waktu, santai," ujar Anders.Namun ketika sedang menunggu tiba-tiba terdengar suara tangisan seorang wanita dari luar hotel.Tentu saja Bastian penasaran dengan sosok wanita itu dan apa alasannya sampai menangis.Seorang wanita muda di awal 20 tahun sedang berjalan menangis dengan membawa anaknya yang terlihat masih bayi.Seorang pengawal datang menghampirinya. Lalu dia bertanya, "Ada apa, Mbak? Apa Mbak baru saja mendapatkan tindak kejahatan? Dicopet atau bagaimana?"Sebelum wanita itu menjawab, Davis berlari mengham

Bagi Bastian saat ini sudah saatnya untuk membicarakan sesuatu hal yang lebih penting dan lebih serius sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Dewa Perang saat pertama kali datang.Jadi mereka berdua sudah tiba di dalam ruang pertemuan yang besar. Dan mereka hanya berdua saja di dalam sana."Sebenarnya apa yang ingin kamu sampaikan, Dewa Perang?" tanya Bastian yang mencoba untuk langsung masuk ke dalam inti pembicaraan.Anders menganggukan kepalanya. Lalu dia berkata, "Ya, ada dua hal yang ingin aku bicarakan denganmu. Yang pertama mengenai apa yang kamu lakukan semalam."Bastian menegakkan posisi duduknya. Dia mencoba untuk lebih fokus lagi dengan pembicaraan yang akan dibicarakan oleh Anders."Sebenarnya aku mengetahui tentang apa yang kamu lakukan terhadap Keluarga Falcon dari Intel militer sebelum Charlie menghubungiku. Jadi sebenarnya apa yang kamu lakukan sudah tersimpan bukti-buktinya di Intel militer," lanjut Anders.Bastian menarik napas dalam-dalam. Lalu dia mengembuskannya

Para penjaga itu sudah diperintahkan oleh Willem untuk mengusir siapa saja orang yang datang, terkecuali mereka yang sudah membuat janji terlebih dahulu dengannya.Dan karena tidak ada kabar dari dalam rumah mengenai seseorang yang akan datang menggunakan sepeda motor, maka penjaga itu mengusir Hans.Karena tidak mau membuat keributan dan pada akhirnya memancing kerumunan, Hans pun memilih untuk pergi meninggalkan rumah Willem mencari tempat untuk memantau aksi yang akan dilakukan oleh Dewa Perang dan Bastian terhadap mantan Menteri Pertahanan.Setelah melihat Hans pergi, kedua pengawal itu kembali masuk ke dalam area rumah tanpa merasakan firasat apapun."Ada apa di depan sana?" tanya seorang pengawal lainnya dari handy talky."Tidak ada apa-apa, hanya orang norak saja yang belum pernah melihat rumah mewah. Tapi padahal motornya sendiri adalah motor mahal," kata seorang pria berambut pendek itu."Hahaha … dasar ya." seorang pria terdengar tertawa setelah mendengar perkataan dari tema

Dengan perlahan Willem kembali berdiri. Rasa sakit yang ada di perutnya berusaha untuk tidak dirasa oleh Willem. Dia menerima begitu saja tanpa ada sedikitpun rasa kesal, marah maupun dendam. Willem menerimanya dengan baik karena dia sadar akan kesalahannya dan hukuman itu masihlah ringan."Apa kamu punya pembelaan atas perbuatanmu? Aku berikan kamu kesempatan untuk membela dirimu!" ucap Anders dengan suara yang sangat tegas dan tinggi.Sebenarnya Anders ingin mengetes keputusan dia selanjutnya. Walaupun dia tidak ingin pula memaafkan dan membebaskan mantan Menteri Keamanan dari hukuman, namun dari jawabannya nanti dia akan memutuskan hukuman apa yang akan dia berikan kepada sosok pria paruh baya di hadapannya itu.Bastian melirik ke arah Anders. Dia tahu niat dari Sang Dewa Perang, dia pun setuju dengan jalan yang diambil oleh Anders dalam memutuskan nasib Willem.Kemudian Bastian mengembalikan pandangan kepada Willem. Dia mengira-ngira apa jawabannya yang akan keluar dari mulutnya p