All Chapters of Kesepakatan Balas Dendam: Chapter 81 - Chapter 90

Seke benar-benar menikmati pertarungannya dengan Matoba. Rasa iri, dendam, dan kebencian yang selama ini ia pendam langsung tersalurkan pada setiap pukulannya. Seke benar-benar tidak mengendorkan momentumnya walau Matoba pun sudah berkali-kali berhasil mendaratkan sebuah serangan ke tubuh Seke.Matoba sendiri merasa bahwa Seke benar-benar bertekad untuk menang. Tidak peduli bagaimana pun kondisinya nanti, Seke akan terus melayangkan pukulan dan berharap akan ada saat di mana salah satu pukulannya membuat Matoba pingsan. Dan karena itulah Matoba merasa sedikit kerepotan sekarang. Matoba melakukan tendangan ke arah kaki Seke. Berniat untuk menganggu pondasi laki-laki itu. Namun Seke sudah menebak gerakan Matoba. Seke lebih dulu menendang keras kaki Matoba yang menuju ke arah kakinya. Dan memutar tubuhnya untuk melakukan tendangan ke arah perut Matoba. Berhasil. Membuat Matoba terdorong ke arah belakang."Apa yang sebenarnya ada di pikiranmu bodoh? Kenapa kamu mengkhianati Keluarga Fle

Bersamaan dengan hujan yang semakin deras. Ada sesuatu yang muncul. Semuanya orang di sana dapat merasakan dan melihatnya dengan jelas. Ketakutan. Bencana. Ancaman. Semuanya tau bahwa laki-laki yang menjadi poros dari pertempuran kali ini sudah melampaui batasnya sebagai manusia. Terlahir kembali sebagai iblis. Merangkak dari neraka terdalam dengan kondisi lapar dan kehausan. Siap melahap siapapun yang ada di hadapannya.Dengan begini ada dua iblis yang sekarang berdiri di sana. Alfred dan Walter. Pemimpin Keluarga Fletcher. Dan anak terbuang dari Keluarga Fletcher.Saat Walter kembali menerjang Alfred, tidak ada satu pun orang yang berani menghalangi ataupun membantu. Pertarungan antara iblis. Mereka hanya bisa menyaksikan. Betapa kasar dan berbahaya pertarungan itu. Dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat pertarungan yang tidak mempedulikan nyawa sendiri. Peningkatan pesat terlihat pada sisi Walter. Yang di mana sebelumnya Walter sama sekali tidak bisa memberikan luka pad

Acara duka. Mungkin itulah kalimat yang bisa digunakan untuk saat ini. Kematian dari Alfred, ayah dari Walter membuat Sean, Rias, dan Alicia datang ke Filandia. Tentu saja, Alicia membawa Yuna bersamanya. Karena anaknya itu masih berumur belum lebih dari dua minggu dan masih membutuhkan ASI.Untuk pertama kalinya dalam hidup Alicia, ia melihat lingkungan keluarga suaminya. Ketat dan penuh dengan penjagaan. Di setiap langkahnya, Alicia melihat ada banyak orang yang mengawasinya. Tentu saja Alicia tau bahwa orang-orang itu melihatnya bukan karena niatan buruk. Namun untuk menjaganya. Berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya.Alicia masih belum mengetahui tentang latar belakang orang-orang itu. Namun jika menilai dari tampilannya, Alicia percaya bahwa orang-orang itu bukanlah rakyat yang patuh atas peraturan negara. Preman? Atau lebih buruk.Sampai pada akhirnya Alicia melangkah dan ia tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki. Seingat Alicia, laki-laki it

Alicia bangun dari tidurnya. Entah mengapa, malam ini Alicia tidur dengan sangat nyaman. Tidak ada suara tangisan Yuna yang sebelum-sebelumnya selalu terbangun dan menangis di tengah malam. Secara fisik, Alicia tidak terlalu lelah merawat Yuna. Karena Rias selalu berada di sisinya dan mengambil tugasnya saat Alicia merasa bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat.Namun Alicia sadar bahwa Rias tidak akan lagi berada di sisinya. Rias akan pergi. Dan mungkin dalam kondisi sekarang, Alicia akan mengurus Yuna seorang diri. Mengingat Walter sama sekali belum memberikan Alicia ruang untuk kembali ke dalam kehidupan laki-laki itu.Saat Alicia bangkit dari posisinya dan perasaannya panik saat melihat tidak ada Yuna di sisinya. Alicia sangat ingat bahwa ia membaringkan Yuna tepat di sampingnya. Sisi tepi kasur pun sudah ia berikan pembatas menggunakan bantal sehingga tidak mungkin Yuna jatuh ke bawah. Kalaupun jatuh maka sudah bisa dipastikan bayi kecil itu akan menangis. Yang menandakan bahwa Yun

Yang Walter lakukan hanyalah berada di rumah dan menatap layar laptop, namun entah mengapa Walter merasa sangat lelah. Jenuh. Dan merasa tidak nyaman.Hingga pada akhirnya, Walter mendapatkan pesan dari Sean. Sahabatnya itu meminta Walter untuk datang ke sebuah restoran kecil yang selalu mereka kunjungi saat mereka masih menjadi mahasiswa.Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Restoran shusi yang tidak terlalu besar dan hanya ada sedikit pengunjung. "Mari kembali ke Korea," ujar Sean menghancurkan suasana hening di antara mereka."Pergilah jika memang ingin pergi. Bawa Rias bersamamu," balas Walter menatap gelasnya yang berisikan Soju."Bukankah kita harus kembali bersama? Akan sangat merepotkan jika seandainya aku harus mengurus segala perusahaan yang ada seorang diri. Dan semua orang sudah mengenalmu sebagai pewaris Ephraim. Jika aku muncul, maka akan ada banyak sekali pertanyaan. Semuanya akan berbalik dan kita dalam bahaya," keluh Sean."Bukankah sudah selesai? Beck juga sudah d