Isvara menoleh cepat ke arah suara itu, lalu mendapati sosok pria berdiri tidak jauh dari mereka. Wajahnya tegang, sorot matanya tajam, rahang mengeras. Napasnya tampak memburu menahan emosi.Aksara, sang adik, melangkah maju dengan langkah berat, jelas hendak menyerang Tara. Namun, Isvara segera mengangkat tangannya, menahan lengan Aksara dengan kuat.“Jangan,” ucap Isvara tegas. “Nggak usah mengotori tangan kamu buat orang yang bahkan nggak penting lagi.”Aksara menoleh sekilas, masih dengan dada naik-turun. Namun, tatapan kakaknya cukup untuk membuatnya mengurungkan niat. Lalu keduanya berbalik pergi. Langkah mereka tegap, tidak sudi menoleh sedikit pun. Sementara Tara hanya bisa berdiri terpaku—ditinggalkan oleh harga diri yang terjun bebas dan kenyataan pahit bahwa dia benar-benar kalah.__Di atas sepeda motor milik Aksara, suasana sempat hening beberapa saat. “Kak, kamu kok nggak pernah cerita kalau dia kayak gitu orangnya?” tanya Aksara, pelan tapi tidak bisa menyembunyikan k
Dernière mise à jour : 2025-06-05 Read More