Isvara nyaris membeku. Otaknya sibuk memproses: apakah harus menerima itu dengan senyum manis, atau menolaknya dengan sopan? Keduanya terasa sama-sama salah.Menerima itu bisa memancing tanya dari semua orang, menolak bisa dianggap tidak tahu diri—terutama oleh seseorang seperti Retha.‘Alvano! Kamu lagi ngapain, sih?!’ rutuk Isvara dalam hati. Namun, yang keluar dari bibirnya hanya senyum canggung, lengkap dengan tatapan kikuk yang sulit disembunyikan.“Terima kasih, Pak,” ucap Isvara akhirnya, pelan, nyaris seperti bisikan.Di seberangnya, Retha terdiam sejenak. Senyum manis di wajahnya berubah kaku. Tangan yang tadinya sibuk menuang teh kini menggantung di udara, seperti lupa apa langkah selanjutnya.Beberapa rekan kerja melirik—ada yang pura-pura mengunyah dengan serius, ada yang menunduk menahan senyum, dan sebagian lagi saling menyikut diam-diam di bawah meja.Situasi mulai terasa tidak nyaman. Dan seperti biasa, saat suasana makan siang kantor mulai berpotensi jadi gosip, akhirn
Huling Na-update : 2025-05-31 Magbasa pa