Pagi itu, Ahmad tertidur di kursi rotan depan kamar. Semalam, ia hanya tidur di pinggir kolam karena pikirannya kusut dan tak sanggup masuk kamar. Bahkan tadi subuh, ia sempat dipukul oleh si ART saat ditemukan. Ia mengira ada maling sedang tertidur di teras. Punggungnya terasa ngilu, bahunya memar.Nurlaela yang baru keluar dari kamar mendapati suaminya terkulai di kursi, wajahnya pucat, tubuhnya kaku menahan sakit. Tanpa berkata-kata, ia masuk kembali mengambil air hangat dan alat P3K. Dengan tangan gemetar, tapi lembut, ia mengompres bahu Ahmad. Wajahnya cemas. Namun, ia tetap tenang melakukannya dengan penuh taksim."Maaf… semalam aku tidak menghiraukan, Mas." ucap Nurlaela pelan, matanya menunduk.Ahmad hanya tersenyum samar, matanya mengerjap-ngerjap."Bukan salahmu. Mungkin aku yang terlalu banyak diam."Akan tetapi, di tengah suasana hening itu, Nurlaela memberanikan diri bicara soal kepastian status mereka. Ia tidak menuntut, hanya ingin tahu: akan seperti apa nasibnya? Tapi
Terakhir Diperbarui : 2025-08-02 Baca selengkapnya