Lahat ng Kabanata ng Aku di Antara Kalian: Kabanata 151 - Kabanata 160

"Iya!" jawab Arsha dengan riang."Oke, kita beli. Arsha mau rasa apa?""Cokat," jawabnya masih cedal. Narendra membelikan dua cone es krim. Mereka duduk di bangku panjang dekat air mancur indoor. Wajah Arsha belepotan cokelat. Tawa Narendra pecah melihat wajah Arsha yang lucu. Untungnya tadi dia kepikiran untuk sekalian membeli tisu. Segala kepedihan seolah terkikis habis setiap kali menghabiskan waktu bersama Arsha. Untuk sekarang, standar kebahagiaannya sudah berbeda.🖤LS🖤Langit sore tampak cerah. Angin berembus sepoi-sepoi masuk ke jendela kantor Narendra yang terbuka lebar. Pria itu duduk menatap layar ponsel yang kembali bergetar.Dari Denti ada empat panggilan tak terjawab. Dan satu pesan masuk. [Maaf aku ganggu, Ren. Teman-teman minta kontak kamu buat reuni bulan depan. Boleh aku share?]Narendra menutup layar ponsel. Matanya tak beranjak dari layar yang perlahan meredup dan gelap. Dahinya berkerut tajam. Dia belum membalas pesan itu. Semenjak Denti mendapatkan nomor handp

Andai dia datang tepat waktu, Kiara tidak akan menikah dengan Manggala dan akan menunggu Narendra pulang. Namun sesalan tinggal sesalan. Segalanya benar-benar tidak bisa di ulang kembali."Maafkan aku, Ren. Kalau saja kamu mau jujur dengan apa yang terjadi antara kamu dan Kiara, aku pasti akan mengusahakan bicara pada Kiara dan menjelaskan pada orang tuamu. Mereka tidak mungkin memaksa adikmu untuk menikahi Kiara."Aku nggak nyalahin Kiara kalau dia panik, bingung, putus asa. Dia tidak aborsi dan bunuh diri saja sudah luar biasa itu. Ternyata bayi yang kukabarkan padamu sebagai anak Kiara dan Manggala, ternyata anakmu. Aku ngerti banget kesedihan dan penyesalanmu seperti apa." Mata Husein pun berkaca-kaca."Ya. Aku yang salah," jawab Narendra dengan suara serak."Aku tahu kamu cinta banget sama dia, Ren. Tapi hidup berjalan terus. Kiara udah nikah dengan adikmu dan sebentar lagi mereka juga punya anak. Kamu juga harus bahagia. Luka itu nggak bisa sembuh kalau kamu terus menggoreknya."

AKU DI ANTARA KALIAN- Ketika PutusSaat bersimpangan dengan Narendra, Denti hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Kemudian membuka pintu mobil lantas masuk dan kendaraan itu bergerak pergi. Dia hanya bermaksud menjalin silaturahmi saja. Namun lebih baik menjauh ketika menyadari bahwa Narendra tidak nyaman.Setelah memarkir motor, Narendra memperhatikan mobil yang bergerak menjauh. Lalu melangkah menghampiri adiknya dan mereka masuk ke kantor."Kalian jadi bekerjasama dalam jangka panjang?" tanya Narendra pada sang adik setelah mereka duduk berhadapan."Ya. Ini murni kerjasama secara profesional. Mas, nggak usah khawatir dengan Denti. Dia nggak ada maksud apapun. Tadi dia sempat ketemu Ibu. Dan Ibu mempelawanya untuk mampir ke rumah, tapi Denti memutuskan nggak mampir karena dia tahu kalau Mas nggak nyaman. Dia jujur hanya ingin bersilaturahmi saja. Sebab teman-teman banyak yang menanyakan tentangmu."Denti nggak tahu apa masalahmu sampai berniat menjauhi teman-teman alumni. Denti j

Itulah pertemuan pertama mereka yang membuat perasaan Narendra tumbuh subur, menggelora. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan bersama Denti. Ia cinta, sayang, iba juga ada. Kiara adalah sosok gadis impiannya. Narendra suka perempuan lembut dan tidak banyak gaya. Mau menutup auratnya. Memang berbeda dengan Denti yang modis dan selalu ikutan tren. Agresif.Beberapa bulan jalan dengan Kiara, hubungan mereka biasa saja. Kiara juga menganggap tidak ada yang istimewa. Wajar pertemanan dengan orang yang berasal dari desa yang sama dan sedang ada di perantauan. Namun lama kelamaan, Narendra mulai berani memberikan perhatian. Terlebih disaat Kiara memang kesulitan keuangan. Sejak saat itu mereka sangat dekat.Hingga suatu malam, Narendra menjemputnya pulang kerja dan mengajaknya dinner romantis di sebuah kafe. "Kia, aku ingin ngomong sesuatu."Kiara yang belum reda dengan rasa terkejutnya karena diajak makan malam di ruang private yang romantis, kini semakin berdebar mendengar Narendra bicar

Nada baru saja selesai berganti pakaian. Dia mematut dirinya di depan cermin kamar. Kehamilannya memasuki bulan ke sembilan. Perutnya terlihat menegang. Matanya cekung, wajahnya terlihat kusam tanpa perawatan. Sudah tidak ada lagi uang untuk ke salon. Ayahnya terbukti bersalah atas kasus korupsi dan mendapatkan hukuman. Tinggal dirinya bersama sang ibu. Perhiasan yang dulu didapatkan dari Manggala, sebagian sudah terjual untuk biaya hidup. Masih ada sisa yang akan dijual nanti untuk persiapan biaya melahirkan.Kini dirinya jauh dari sosok Nada yang dulu. Yang glamor dan penuh percaya diri saat melenggang di luar sana. Nada sekarang lebih banyak mengurung diri di rumah. Periksa kehamilan menunggu kakaknya datang untuk mengantarkan. Dia tidak akan pergi ke mana pun tanpa di antar kakak atau iparnya.Namun pagi itu dia ingin menemui Dhani di sebuah tempat. Dia lelaki yang menghamilinya. Tak putus asa, Nada berusaha terus untuk meminta pertanggungjawaban. Sebab dia tidak akan sanggup mena