All Chapters of Aku di Antara Kalian: Chapter 161 - Chapter 170

Kiara mengangguk. Sudah pasrah tindakan yang akan diambil oleh dokter, meski harus cesar kalau darurat. Sedangkan Manggala kian cemas. Khawatir bayinya yang kedua mengalami kendala. Saat di USG tadi, bayi yang terlihat berjenis kelamin laki-laki. Entah untuk yang satunya. Sebab tidak terlihat. Jenis kelamin tidak penting bagi Manggala. Laki atau perempuan tetaplah anaknya. Yang penting Kiara dan mereka sehat selamat."Bu Kiara, yang penting jangan panik," jawab dokter Lestari tenang, tapi tetap siaga. Persalinan kembar bukan hal sederhana. Beresiko. Namun dokter kandungan itu tenang karena kondisi Kiara yang fit di trimester ketiga ini.Kontraksi kembali datang. Kiara menggeliat, punggungnya melengkung, suara jeritannya mengguncang Manggala meskipun lirih. Pria itu mencium ujung jemari istrinya berulang kali."Sudah pembukaan lengkap, Dok." Bidan memberitahu dokter. Dan mereka semua bersiap. Manggala ikutan panas dingin dan berdebar.Kiara merasakan perutnya berdenyut hebat, lalu rasa

AKU DI ANTARA KALIAN - Dear diary ....Narendra memejam untuk beberapa lama. Menata hati yang terasa sangat sesak. Kemudian menarik napas panjang sambil memandang ke luar. Kiara, sedalam itu menaruh cinta dan kepercayaan padanya. Kenapa dulu ia pergi meninggalkannya? Bahkan setelah malam dirinya merenggut hal paling berharga dari perempuan polos itu. Serasa seperti penjahat saja.Seharusnya ia mengabari bagaimana pun caranya. Ternyata ia lelaki paling picik. Sibuk dengan dirinya sendiri, sibuk dengan segala persepsi, dan sekarang sibuk dengan penyesalan.Dan saat Narendra mencoba mencarinya, semua sudah terlambat. Ia kembali hanya untuk menemukan bahwa perempuan yang dulu sangat mencintainya, kini telah menjadi istri Manggala, adiknya sendiri.Sakit. Terlalu sakit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Tapi apakah ia pantas terluka, setelah semua yang ia perbuat? Apa pantas dirinya merasa paling tersakiti, sedangkan ia yang memulai segala kekacauan ini?Tangannya gemetar saat kembali men

Tangis kedua bayi memecah hening di pagi yang sepi. Kamar perawatan mendadak ramai oleh suara tangisan si kembar yang sedang digantikan popoknya oleh seorang perawat.Manggala memperhatikan dari samping brankar istrinya. Tangannya menggenggam jemari Kiara. Pak Gatot dan Bu Puri baru saja pulang untuk mandi dan nanti kembali sambil membawakan baju ganti untuk Manggala.Di sana ada satu suster yang berjaga untuk merawat si kembar. Manggala benar-benar fokus pada Kiara. Si kembar masih bayi dan bisa dirawat oleh perawat, sedangkan Kiara butuh support dan perhatian setelah perjuangan panjangnya melahirkan dua bayi dalam selisih beberapa menit saja. Makanya Kiara belum seberapa banyak bergerak. Tidak seperti selesai melahirkan Arsha dulu."Mas, sudah nelepon Mbak Asih belum? Tanyai Arsha rewel apa nggak?""Iya. Mas telepon sekarang." Manggala meraih ponselnya. Panggilan langsung dijawab oleh ART. Kiara diam mendengarkan. "Mbak Asih bilang, Arsha belum bangun. Dia juga nggak rewel tadi mal

Dengan mata memanas, Narendra memandang kembali salah satu halaman buku harian di tangannya. -----5 Desember ....Hari ini aku menemui Pak Gatot dan Bu Puri. Aku benar-benar nekat. Tidak peduli bagaimana tanggapan mereka. Entah percaya atau tidak. Aku tidak punya pilihan selain datang ke rumah mereka.Tatapan mereka penuh rasa tidak percaya, terlihat marah, juga ada malu. Aku ingat bagaimana tatapan Bu Puri tertuju ke perutku ketika aku bilang sedang hamil anak dari putranya. Foto USG dan pemeriksaan dokter kutunjukkan serta.Namun akhirnya aku pulang dalam kehampaan. Rasanya aku sudah gagal. Aku harus bagaimana? Membesarkan anak ini sendirian? Menanggung aib tanpa ada teman untuk bersandar. Yang pasti, setelah ini aku akan menjadi cemoohan orang. Mereka mana mungkin percaya kalau gadis sebatangkara sepertiku, dihamili oleh anak orang kaya di desa kami. Kalau mereka bertanya nanti, salahkah kalau aku jujur?Aku takut karena keluarga Narendra sangat terhormat dan terpandang. Lalu ak

AKU DI ANTARA KALIAN - Bagaimana ini? "Kamu nggak tidur?" Manggala heran. Kiara yang tadinya sudah berbaring tiba-tiba muncul dan duduk di sebelahnya. "Aku mau lihat Arsha. Sudah tidur apa belum? Tapi dia masih asyik bermain." "Nanti biar Mas yang nidurin Arsha." "Apa yang Mas pikirkan?" Kiara memandang suaminya dengan tatapan heran. Setelah diajak berbincang serius oleh ibunya, Manggala diam melamun. Apa mereka melakukan kekeliruan hingga harus ditegur? Manggala menoleh sekilas pada Kiara. Lebih baik memang jujur saja dengan apa yang disampaikan sang ibu. Hal begini sangat sensitif jika tetap disimpan atau diselesaikan sendiri. "Kita ke kamar. Mas akan cerita." Kiara mengangguk. Keduanya bangkit lantas melangkah masuk kamar. Saat itu Arsha masih asyik bermain mobil-mobilan sambil disuapi Mbak Asih. Mereka berdua duduk di dekat jendela kamar yang dibuka lebar-lebar. "Ibu ngasih saran, kita ganti baby sitter saja." Mendengar ucapan suaminya, Kiara terkejut. Ada masa