All Chapters of PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG: Chapter 141 - Chapter 150

Rombongan Keluarga Kurniawan tiba dengan dua mobil di yayasan pukul sepuluh pagi. Arjuna turun lebih dulu dari mobil terdepan, lalu Ia berlari memutar dan membukakan pintu untuk Sizy, perutnya yang mulai membuncit menandakan usia kandungannya yang menginjak empat bulan sudah mulai terlihat. Dari mobil yang dikemudikan Arjuna, Sandy dan Amerta ikut turun dari kursi tengah.Sementara itu di mobil lain Bima terlihat membukakan pintu untuk Cakra dan setelahnya membantu Maha keluar dari pintu tengah bersama Nania. Untuk mempermudah pergerakan, Maha bersedia memakai kursi roda, dan Nania yang mendorongnya dari belakang.Akash dan keluarganya belum terlihat saat itu, tapi dari info yang diberikan mereka sudah dalam perjalanan.“Nania.” Panggilan seseorang membuat Nania menoleh pelan. Seorang pria berpostur tegap menghampirinya dengan senyum khas. Pria itu melihat ke arah Maha yang juga menatapnya. “Siapa?” tanya pria itu.Nania tanpa ragu menyentuh pundak Maha dan berkata, “Kenalin, ini Kak

Setelah mendengar obrolan Maha dan Arjuna, Nania masuk ke kamarnya. Duduk dengan tenang di pinggiran kasur tanpa bicara apapun. Tatapannya kosong, ia mulai merasa gagal karena tidak menjadi orang pertama yang mengetahui kegelisahan Maha.Nania mengalihkan pandangannya pada pintu kamar saat mendengar pintu itu terbuka dari luar. Matanya menangkap sosok Maha yang masuk dengan langkah pelan sambil tersenyum ke arahnya.Tidak seperti biasanya, kali ini Nania tidak menghampirinya, dia hanya menunggu Maha mendekat dan duduk di sampingnya. Pria itu menoleh pelan dan menangkap raut sedih di wajah istrinya.“Ada apa? Kenapa kelihatan sedih?” tanya Maha.Nania mengulas senyum samar dan berkata. “Aku memang lagi sedih,” ujarnya sambil membalas tatapan Maha.

Perawat menaruh bayi kecil berjenis kelamin perempuan itu di atas dada Sizy dan melakukan IMD. Meski matanya terpejam, tapi tangan dan mulutnya bergerak ke kanan kiri mencari sumber kehidupannnya yang akan membuatnya hangat.Sizy terkekeh pelan saat tangan anak itu bergerak dan menemukan sesuatu yang sejak tadi dicarinya. Wajah bayi itu menghadap ke wajah Sizy dan membuatnya tersenyum. “Hai sayang… selamat datang di dunia,” ucapnya lembut, suaranya bergetar penuh kasih.Arjuna duduk di tepi ranjang, tangannya menyentuh lembut pipi anaknya yang lembut dan kemerahan. “Selamat datang sayang,” bisiknya sambil tersenyum haru.Keduanya tidak hanya tersenyum, tapi juga menangis bersama dan menciptakan kehangatan tersendiri dalam hati mereka.&ldqu

Bulan madu.Mendadak pertanyaan itu membuat tubuh Nania menegang tidak karuan. Tangannya mencengkram setir mobil erat, mulutnya terkatup rapat dan tidak ada jawaban apapun yang diberikan Nania pada suaminya.Apa dia keberatan?“Nan, kamu keberatan?”Nania menoleh sekilas dan kembali fokus pada jalanan. “Gak gitu, cuma…” “Ya sudah gak usah, gak papa kok.” Potong Maha.Nania merasa bersalah karena tidak bisa menyampaikan maksud hatinya saat itu. Tapi meski begitu, dia tidak berusaha memperbaiki keadaan. Dia memilih diam dan tetap fokus mengemudi pulang ke rumah keluarga Kurniawan.Sampai di rumah, keduanya tidak membahas apapun tentang bulan madu. Maha diam karena dia pikir Nania tidak menginginkannya, sementara Nania sedang memikirkan hal lain yang sebenarnya sudah dia siapkan sejak beberapa hari lalu.Aat Maha sedang berada di ruang baca, Nania memilih ke dapur, melihat kesibukan di dapur sambil menawarkan bantuan yang sebenarnya selalu ditolak oleh para ART.“Tolonglah Bi, kali ini

Be wise! Adegan 21+*Klik!Pintu kamar mandi terbuka, Maha yang berdiri di depan pintu tertegun melihat penampilan Nania saat itu. Rambutnya digerai, wajahnya dipoles minimalis, bibirnya sedikit basah, wangi parfum menguar.Kulit putih bersih Nania tertutup lingerie hitam dengan tali spageti di bagian bahu. Malam ini, wanita itu tampil seksi di hadapan Maha. Terlalu seksi untuk diabaikan.“Nan, kamu…” kalimat Maha terhenti, ia meneguk salivanya kasar saat Nania berjalan mendekat ke arahnya. Senyum wanita begitu menggoda. Mata keduanya bertemu, seperti saling menginginkan.CupNania mengecup pelan bibir Maha, pelan d