All Chapters of PERNIKAHAN PELUNAS HUTANG: Chapter 271 - Chapter 280

Cantika duduk di depan meja riasnya, dengan senyum tipis di bibirnya ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Di sampingnya Amora duduk dengan tenang, sambil terus memoles wajah Cantika yang sepanjang pagi tadi terlihat kucel dan tidak terurus.Keduanya terlibat obrolan ringan, sambil sesekali suara tawa kecil terdengar. Beberapa kali, Cantika terlihat melirik ke arah Amora, ada pertanyaan yang sejak tadi ingin dia utarakan, tapi dia nampak ragu karena khawatir merusak suasana.“Kamu tuh kalau ada yang mau ditanya, tanya aja Can. Jangan melirik terus ragu-ragu gitu.” Cantika terkekeh mendengar ucapan Amora, ternyata temannya itu sadar kalau sejak tadi Cantika ingin bertanya sesuatu.“Mau tanya apa?” tanya Amora.“Hm … gak kok, aku cuma penasaran sama kamu dan Asha. Sepertinya kalian ….” Amora mengulas senyum mendengar ucapan Cantika yang menggantung di udara.Ia perhatikan dulu wajah Cantika sebelum meletakkan semua peralatan make ke atas meja. Ia menghela nafas sambil tetap mengulas s

Dua pekan berlalu, giliran rumah Indira dan Rama yang diramaikan oleh kedatangan Asha dan teman-temannya. Pagi itu, rumah Indira dan Rama jauh lebih ramai dari biasanya. Akash, Asha dan yang lain kali ini menghadiri acara empat bulanan Indira.“Indira cantik ya Kak,” ucap Nania pada Sizy saat mereka berada di barisan para tamu. Matanya menatap Indira yang saat itu duduk di samping Rama. Keduanya nampak serasi dengan balutan baju koko dan gamis yang senada.“Auranya kelihatan banget,” tambah Nania.Sizy mengulum senyum dan mengangguk pelan. “Mungkin yang dibilang Tante benar, calon anaknya sepertinya perempuan,” balas Sizy.Mereka memang mengagumi Indira dari kejauhan. Dulu, saat melihat pernikahan Indira dan Rama, keduanya juga terpesona dengan keanggunan sahabat Asha itu, tapi kali ini … mereka melihat aura yang berbeda.“Sssttt … acaranya mau mulai,” bisik Asha membuat kedua iparnya mengatupkan bibir mereka bersamaan.MC membuka acara dengan ucapan basmalah, ucapan terima kasih yan

Indira dan Asha menoleh bersamaan pada sumber suara. Seorang pria dengan kemeja putih bermotif abstrak berjalan ke arah mereka. Asha melihat ke kanan kiri, memastikan ada banyak orang yang bisa diminta pertolongan kalau pria itu mendekat dan melakukan tindakan di luar nalar.Yah ... pria itu adalah Erik.Indira sendiri, wajahnya pucat. Dia sudah tahu kalau Erik muncul kembali, tapi dia tidak pernah membayangkan akan bertemu lagi dengan pria yang pernah menjebaknya dan hampir mengambil kehormatannya.Asha memegang tangan Indira di atas meja, menggenggamnya dan menyalurkan kekuatan.“Mau apa?” tanya Asha dengan suara tenang.

Begitu tiba di rumah sakit, Akash langsung memarkirkan mobil di dekat pintu IGD. Asha berniat berlari, namun Akash mengingatkan kalau dia juga sedang hamil, dan berlari saat ini bukanlah pilihan yang tepat.“Jangan lari ya, tenang dulu.” Asha mengangguk pasrah. Ia berjalan di samping suaminya dengan tenang sambil terus menggaungkan doa di dalam hatinya. Langkah cepat keduanya berhenti saat melihat Anna dan Rama yang berdiri di depan pintu ruangan yang tertutup.“An!” Anna mengangkat kepalanya dan lekas memeluk Asha. air mata yang ditahannya sejak tadi akhirnya pecah.“Bunda sakit Ante, perutnya sakit,” keluh Anna.Asha duduk di samping Anna dan menenangkannya. “Gak papa, Bunda gak papa kok, mungkin adik bayinya sudah mau keluar sayang … jadi tenang ya.”“Adik bayi?” ucap Anna setengah bertanya, dan Asha mengangguk pelan. “Tapi Bunda gak apa-apa kan Ante?”“Insya Allah Bunda gak papa sayang, tenang ya.” Asha memeluk Anna dalam dekapan hangat. Sementara Akash menepuk bahu Rama yang tamp

Sebulan berlalu, usia kandungan Asha memasuki usia 34 bulan. Asha sudah mengambil cuti menjelang kelahiran, sementara Akash mulai mengatur jam kerjanya agar bisa pulang tepat waktu tiap harinya, tanpa lembur atau tambahan jam kerja.Rutinitas paginya dimulai dengan bangun lebih awal, membantu Asha menyiapkan sarapan di kantor, bermain sebentar dengan Atha, setelahnya dia akan berangkat ke kantor dan pulang menjelang magrib.Sebelum berangkat kerja, dia akan memberi wejangan pada Atha untuk mengambil alih tugas menjaga Asha dan harus segera mengabarinya ketika ada yang penting.“Ayah berangkat kerja dulu, ingat tugas Mas Atha ya,” ucapnya sambil mengusap kepala putra yang sudah setinggi pinggangnya.“Halus jaga Bunda, temanin Bunda dan kabalin Ayah kalau